Konsisten Dukung Kemajuan Pendidikan, TP Rachmat Raih Paramadina Award 2022
Pendiri Triputra Group, Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat, menerima Paramadina Award dari Universitas Paramadina. TP Rachmat dinilai konsisten berkontribusi terhadap kemajuan pendidikan.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengusaha Theodore Permadi Rachmat atau TP Rachmat menerima Paramadina Award dari Universitas Paramadina, di Jakarta, Sabtu (4/6/2022). Dia dinilai secara konsisten turut berkontribusi terhadap kemajuan pendidikan, di antaranya memberikan beasiswa kepada dosen dan mahasiswa. Konsistensi ini akan tetap dia lanjutkan demi mendukung perbaikan kualitas manusia Indonesia.
Penghargaan itu diberikan kepada TP Rachmat oleh Rektor Universitas Paramadina Didik J Rachbini dan disaksikan oleh Ketua Umum Yayasan Wakaf Paramadina Hendro Martowardojo. Bersamaan dengan pemberian penghargaan tersebut, Universitas Paramadina menggelar wisuda 226 sarjana dan pascasarjana ke-36.
Paramadina Award adalah sebuah penghargaan yang diberikan Universitas Paramadina sebagai bentuk apresiasi kepada orang-orang yang secara konsisten berjuang untuk mewujudkan masyarakat madani Indonesia. Paramadina Award bisa dikatakan juga sebagai penghargaan tertinggi dari Universitas Paramadina kepada tokoh dan institusi yang dinilai sangat berjasa tidak hanya bagi kemajuan dunia pendidikan, tetapi juga bangsa dan negara secara luas.
Apresiasi melalui Paramadina Award tidak diberikan terbatas pada bidang tertentu, tetapi mencakup jasa dan kontribusi tokoh atau institusi yang sejalan dengan nilai-nilai Universitas Paramadina, yakni keislaman, keindonesiaan, dan kemodernan. Sebelumnya, ada sejumlah tokoh dan institusi yang menerima Paramadina Award, antara lain pendiri Kompas almarhum Jakob Oetama (2013), Tri Mumpuni Wiyatno (2015), dan MedcoEnergi (2017).
Di Universitas Paramadina, TP Rachmat merupakan donor tetap TP Rachmat Fellowship Paramadina. Dia juga memberikan beasiswa doktoral kepada dosen-dosen di Universitas Paramadina.
Dalam pidatonya yang berjudul ”Indonesia Raya, Seribu Tahun Lamanya”, pendiri Triputra Group itu mengatakan, Indonesia memiliki berbagai keunggulan alam, jumlah penduduk yang besar, serta letak geografis yang strategis. Akan tetapi, aspek kualitas manusia sering kali perwujudannya terkalahkan oleh aspek-aspek lain yang bersifat lebih mendesak.
Aspek kualitas manusia sulit untuk disiapkan karena sifatnya jangka panjang, perlu komitmen, dan konsistensi lintas generasi/pemerintahan, yang gigih dan pantang menyerah. Padahal, kualitas manusia akan jadi penentu dan pembeda bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa.
Aspek kualitas manusia sulit untuk disiapkan karena sifatnya jangka panjang, perlu komitmen, dan konsistensi lintas generasi/pemerintahan, yang gigih dan pantang menyerah.
Di negara lain dunia yang jumlah penduduknya sedikit, tidak memiliki sumber daya alam yang berlimpah, dan posisi geografis yang menguntungkan, tetapi peduli terhadap kualitas manusia. Bangsa-bangsa itu kemudian merumuskan prinsip dasar pendidikan, menempatkan talenta-talenta terbaik untuk mengelola pendidikan, mengalokasikan sumber dana yang besar, dan menetapkan kebijakan yang mendukung serta meningkatkan kualitas pendidikan.
”Pendidikan itu segalanya. Saya kerap melihat orang-orang meminta-minta (pengemis) di jalanan dan mungkin ada faktor kesalahan di balik situasi itu. Saya selalu merasa hidup hanya sekali sehingga perlu memberikan kesempatan pendidikan seluas-luasnya kepada setiap individu,” ujarnya seusai acara penganugerahan Paramadina Award.
TP Rachmat merupakan mantan CEO Group Astra Internasional. Tahun 1998 dia baru mendirikan Triputra Group. Langkah terbesarnya dalam bisnis batubara adalah terlibat dalam PT Adaro Energy Tbk (Adaro Energy). Pada 2005, dia bersama Garibaldi Thohir, Benny Subianto, Edwin Soeryadjaya, dan Sandiaga S Uno mengambil alih Adaro Energy dari pemilik lama. Dia bukan pemegang saham terbesar. Kini, dia masih menjadi wakil presiden komisaris. ”Sebisa mungkin saya tetap berkonsentrasi memberikan beasiswa. Tidak ada batasan golongan tertentu, tetapi calon penerima harus pintar dan miskin,” katanya.
Menurut dia, pemerintah terus berupaya melakukan reformasi pendidikan secara intensif, merombak birokrasi, membangun kurikulum yang lebih utuh dan menyeluruh, serta menempatkan talenta-talenta hebat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Dia menyarankan agar beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) juga dioptimalkan untuk mahasiswa yang ingin meneruskan studi pendidikan tinggi di Indonesia.
Masih terkait pendidikan, dia menilai masih ada ketidakseimbangan suplai-permintaan sumber daya manusia. Ini terutama terjadi di sektor teknologi digital. Sejumlah pelaku industri kesulitan mencari pekerja andal di bidang itu.
Dari sisi pengusaha, dia berharap agar sesama pengusaha yang tidak berhenti pada ukuran-ukuran ekonomi yang memuaskan diri. Namun, mereka semestinya membuka diri untuk berkolaborasi dengan institusi pendidikan dan memberikan dukungan finansial.
Saya percaya teknologi digital akan mengubah ekonomi masa depan, tetapi mungkin tidak semua perusahaan rintisan bidang teknologi akan bertahan.
TP Rachmat menilai, saat ini perekonomian Indonesia sedang mengarah ke pemulihan pascapandemi Covid-19. Segala jenis sektor industri, termasuk teknologi digital, kimia, dan otomotif, harus terus didorong tumbuh.
”Dalam jangka panjang, sejumlah komoditas akan habis dan tugas kita semua menggantinya dengan bisnis yang lebih mapan agar Indonesia bisa berkompetisi dengan asing. Saya percaya teknologi digital akan mengubah ekonomi masa depan, tetapi mungkin tidak semua perusahaan rintisan bidang teknologi akan bertahan,” ujarnya.
Dari sisi kebangsaan, dia sempat menyentil almarhum Buya Syafii Maarif yang meninggal beberapa hari lalu. TP Rachmat mengenangnya sebagai salah satu tokoh bangsa yang memahami agama yang dianutnya dengan jernih dan sampai ke inti terdalamnya. Seluruh hidup dan karya Buya Syafii Maarif adalah untuk Indonesia yang beragam.
Kehidupan
Sementara itu, Didik menilai, TP Rachmat memiliki pemikiran yang luar biasa. TP Rachmat mengajarkan bahwa pendidikan sejatinya bukan hanya diperoleh dari kampus, melainkan sepanjang hidup manusia.
”TP Rachmat menyorot korporasi, kepegawaian, tanggung jawab korporasi, serta kebangsaan. Selain pendidikan, nasionalisme merupakan hal utama yang harus dimiliki oleh Indonesia untuk menyongsong 100 tahun kemerdekaan,” kata Didik.
Adapun Hendro berpendapat, kondisi persatuan Indonesia saat ini sedang berada dalam kondisi kurang baik. Integritas sebagai individu tidak diperhatikan. Dia berharap para wisudawan yang turut hadir harus selalu mengedepankan integritas. ”Karena integritas telah menjadi barang langka di negeri ini,” tutur Hendro.