Ekonomi digital ke kota-kota kecil kian tumbuh karena ditopang transaksi e-dagang. Pilihan pembayaran terus berkembang sehingga masyarakat diminta bijak dalam menentukan cara bertransaksi.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Ekonomi digital kian tumbuh positif di kota-kota besar dan kecil, antara lain didorong oleh perilaku masyarakat yang semakin terbiasa dengan transaksi melalui e-dagang. Metode pembayaran digital juga terus berkembang, antara lain metode kredit secara digital.
Laporan hasil riset ”Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia dan Tren Penggunaan Paylater 2022”, yang diluncurkan Kredivo bekerja sama dengan Katadata Insight Center, memperlihatkan transaksi digital terus berkembang di kota-kota tingkat (tier) kedua dan ketiga di Indonesia. Riset yang berlangsung selama Januari-Desember 2021 itu memperlihatkan proporsi jumlah transaksi digital pada kota-kota tier kedua dan ketiga mencapai 41 persen atau naik dari tahun sebelumnya 37 persen. Nilai transaksi juga naik dari 33 persen menjadi 36 persen secara tahunan.
Sementara itu, proporsi transaksi digital di kota metropolitan atau tier pertama tercatat 59 persen atau turun dibandingkan dengan sebelumnya 63 persen. Meski demikian, nilai transaksi masih terkonsentrasi di kota-kota tier pertama sebesar 64 persen, sedangkan di tier kedua dan ketiga yang berpenduduk lebih sedikit tercatat 36 persen.
Riset itu menganalisis 16 juta sampel transaksi pembayaran dari 1,5 juta sampel pengguna Kredivo pada lima platform e-dagang di Indonesia selama 2021 serta survei pada triwulan I (Januari-Maret) 2022 dengan jumlah responden 3.000 orang.
”Tren berbelanja daring semakin menjadi preferensi masyarakat Indonesia, dengan jangkauannya yang semakin inklusif, terutama di daerah dengan populasi lebih rendah,” kata Head of Katadata Insight Center Adek M Roza, dalam konferensi pers peluncuran riset ”Perilaku Konsumen E-commerce Indonesia dan Tren Penggunaan Paylater 2022”, yang diluncurkan Kredivo bekerja sama dengan Katadata Insight Center, di Jakarta, Kamis (2/6/2022).
Adek menambahkan, peningkatan transaksi digital didukung upaya pemerataan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, termasuk infrastruktur digital dan rantai pasok. Sejalan dengan transaksi digital yang meningkat, pilihan metode pembayaran digital terus berkembang, antara lain penggunaan fitur e-wallet dan paylater yang semakin diminati konsumen.
Hasil survei pada Maret 2022 menunjukkan penggunaan e-wallet mencapai 79 persen sebagai metode pembayaran, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya, 65 persen. Pemakaian fitur paylater atau beli sekarang bayar nanti naik dari 28 persen menjadi 38 persen dalam setahun terakhir, sedangkan transfer bank naik dari 51 persen menjadi 55 persen. Sementara pembayaran lewat kartu kredit cenderung stagnan di 6 persen.
Salah satu pertimbangan utama responden memilih paylater adalah kebutuhan mendadak dan mendesak. Paylater menawarkan fleksibilitas tenor cicilan dan syarat pengajuan yang lebih mudah. ”Kenyamanan dan fleksibilitas membuat tren penggunaan paylater meningkat,” lanjutnya.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno menilai, transformasi digital di Indonesia kian menghadirkan beragam inovasi. Salah satu bentuk keberlanjutan inovasi e-dagang adalah metode pembayaran dengan cicilan. Penyedia kredit digital terus tumbuh untuk transaksi di lokapasar. Konsumen e-dagang memperoleh kemudahan membeli produk secara kredit, di antaranya fitur paylater.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira memprediksi, tren belanja yang memadukan luring dan daring (o2o) akan berlanjut pascapandemi. Cara pembayaran juga terus berkembang seiring percepatan digitalisasi. Pembelian barang dapat kembali bergeser dari daring ke luring, tetapi transaksi pembayaran dilakukan secara daring lewat fitur paylater.
”Ada kolaborasi (belanja) daring dan luring, yakni pembelian barang di toko fisik dengan metode pembayaran lewat fitur paylater. Percepatan digitalisasi akan terus membawa perubahan produk dan cara membeli,” ujarnya.
Ia menambahkan, potensi penggunaan paylater masih sangat besar. Secara makro, layanan kredit belum menyentuh masyarakat yang tidak layak bank (unbankable) ataupun 47 juta penduduk yang sudah memiliki rekening bank, tetapi kesulitan mengakses kredit. Penyedia platform e-dagang kian dituntut untuk mengadopsi paylater dalam skema pembayaran digital.
Vice President Marketing & Communications Kredivo Indina Andamari mengemukakan, platform kredit digital itu akan terus memperluas jangkauan layanan keuangan ke kota-kota pada tier kedua dan ketiga. Pertumbuhan transaksi digital didukung oleh ekosistem, yakni logistik dan layanan keuangan digital yang menawarkan kecepatan dan keamanan bertransaksi.
Ia menambahkan, penggunaan metode paylater akan menjawab kesenjangan akses kredit bagi masyarakat yang belum terlayani perbankan. Sebanyak 60 persen pengguna Kredivo merupakan pengguna kredit untuk pertama kali. ”Penggunaan paylater merupakan solusi untuk fleksibilitas pembayaran dan memperluas akses masyarakat terhadap kredit,” katanya.