Emiten pengelola perkebunan kelapa sawit, yakni PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk, serta penyedia jasa konstruksi, PT PP Presisi Tbk, berencana menerbitkan obligasi guna membayar utang serta menambah modal.
Oleh
ANASTASIA JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sumber pendanaan untuk ekspansi usaha dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang menggunakan kredit dari bank atau pihak lain. Ada pula yang menerbitkan surat utang atau obligasi sebagaimana ditempuh PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk dan PT PP Presisi Tbk.
Salah satu emiten Grup Sinar Mas yang mengelola perkebunan kelapa sawit, yaitu PT Sinar Mas Agro Resources dan Technology Tbk, merencanakan penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV SMART Tahap I Tahun 2022. Nilai obligasi ini Rp 1,5 triliun dan merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan IV SMART dengan target total sebesar Rp 6 triliun.
Dalam laporan keterbukaan informasi yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (31/5/2022), manajemen Sinar Mas Agro mengungkapkan, ada tiga seri surat utang yang ditawarkan dengan berbagai tenor. Seri A memiliki tenor 370 hari, Seri B bertenor tiga tahun, dan Seri C memiliki tenor lima tahun. Berapa tingkat suku bunga yang akan diberikan pada masing-masing seri akan diinformasikan lebih lanjut.
Perolehan dana penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk membayar seluruh pokok utang bank serta melunasi pokok obligasi Berkelanjutan III SMART Tahap II Tahun 2021 Seri A dan Obligasi Berkelanjutan III SMART Tahap III Tahun 2022 Seri A yang akan jatuh tempo.
Sementara itu, penyedia jasa konstruksi dan sewa alat berat PP Presisi akan menerbitkan obligasi Berkelanjutan I Tahap I PP Presisi Tahun 2022. Dari penerbitan obligasi ini diharapkan terkumpul dana sebesar Rp 500 miliar. Obligasi ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan dengan total keseluruhan target dana sebesar Rp 1 triliun.
”Penawaran Umum Berkelanjutan (PUB) Obligasi Berkelanjutan I sebesar Rp 1 triliun ini akan dilaksanakan dalam dua tahap,” demikian keterangan tertulis dari Direktur Utama PP Presisi Rully Noviandar.
Rully menambahkan, pada tahap pertama akan dilakukan PUB sebanyak-banyaknya Rp 500 miliar. Obligasi ini telah mendapatkan peringkat idBBB+ dari PT Pemeringkat Efek Indonesia.
Sebanyak 70 persen dari dana yang dihimpun dari penerbitan obligasi ini akan digunakan untuk belanja modal dan 30 persen lainnya untuk modal kerja. Porsi belanja modal akan digunakan untuk penambahan kontrak baru pada proyek jasa pertambangan. Diversifikasi ke jasa pertambangan itu merupakan strategi PP Presisi untuk mengantisipasi siklus bisnis konstruksi dan mengoptimalkan produktivitas dari aset alat berat yang dimiliki PP Presisi.
Diversifikasi ke jasa pertambangan itu merupakan strategi PP Presisi untuk mengantisipasi siklus bisnis konstruksi.
Cara lain ditempuh oleh anak usaha PT Sarana Menara Nusantara Tbk. Tiga anak usaha tersebut menyepakati perjanjian kredit dengan Bank Mandiri sebesar Rp 3 triliun. Tiga anak usaha PT Sarana Menara adalah PT Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo), PT Iforte Solusi Infotek (Iforte), dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk.
Adapun Protelindo dan Iforte merupakan debitor dalam perjanjian ini, sementara Solusi Tunas Pratama bertindak sebagai penanggung. Kredit itu terdiri atas Fasilitas A sebesar Rp 2,5 triliun dan hanya dapat digunakan oleh Protelindo. Ada juga Fasilitas B sebesar Rp 500 miliar yang hanya dapat digunakan oleh Iforte.