Wapres Ungkap Tiap Bulan Indonesia Masih Impor 600.000 Bibit Aglaonema
Meski memiliki potensi dan variasi jenis aglaonema, Indonesia masih mengimpor ratusan ribu bibit tanaman hias tersebut setiap bulan. Kolaborasi pemangku kepentingan dibutuhkan untuk mewujudkan swasembada aglaonema.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang memiliki spesies aglaonema bervariasi dan penghasil aglaonema hibrida berkualitas. Tanaman hias dari suku talas-talasan itu pun sangat potensial dikembangkan di dalam negeri terlebih dengan dukungan iklim tropis di Indonesia. Namun, sayangnya, sampai saat ini bibit aglaonema yang jumlahnya ratusan ribu pohon masih diimpor dari luar negeri.
”Potensi di dalam negeri sangat memungkinkan jika ada upaya-upaya untuk mengembangkannya. Pemerintah berharap agar para petani aglaonema ini dapat berkembang maju sehingga kebutuhan setiap bulan, sekitar 600.000 pohon, yang masih impor dapat kita penuhi,” kata Wakil Presiden Ma’ruf Amin saat memberikan sambutan secara virtual pada acara pembukaan Kontes Nasional Aglaonema Nusantara, di Jakarta, Minggu (29/5/2022).
Terkait hal tersebut, Wapres Amin mengajak para pihak memajukan tanaman hias dengan memenuhi kebutuhan tanaman hias dari dalam negeri sendiri atau bahkan mengekspor tanaman ini ke mancanegara. Selain mempunyai potensi ekonomi besar, upaya pemenuhan kebutuhan tanaman hias di dalam negeri juga merupakan proses pembudidayaan demi menjaga kelestarian berbagai tanaman hias.
Wapres Amin menuturkan, tanaman florikultura merupakan salah satu komoditas hortikultura yang bernilai ekonomi tinggi dan memiliki prospek sangat cerah sebagai komoditas unggulan ekspor ataupun untuk pemasaran di dalam negeri. Tanaman florikultura mencatatkan pertumbuhan ekspor yang positif selama pandemi Covid-19.
Berdasarkan data Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), ekspor tanaman hias tahun 2021 mampu mencatatkan pertumbuhan hingga 98 persen atau mencapai lebih dari 17 juta dollar AS. Tanaman hias menjadi tren baru setelah pandemi yang membatasi pergerakan masyarakat di luar rumah. Namun, lebih dari itu, tanaman hias juga memberikan banyak manfaat bagi kesehatan dan kehidupan manusia, mulai dari perbaikan kualitas udara hingga meningkatkan produktivitas kerja.
”Untuk meningkatkan daya saing produk florikultura milik kita, maka kita harus meningkatkan kualitas SDM (sumber daya manusia) pelaku di bidang ini, mulai petani hingga pelaku usaha. Selain itu, kita juga harus terus mendorong inovasi untuk menghasilkan produk sesuai permintaan konsumen,” kata Wapres Amin.
Kolaborasi di antara berbagai pemangku kepentingan, menurut Wapres Amin, juga tidak kalah penting untuk memajukan sektor ini. Hal itu dapat ditempuh, antara lain, melalui pelatihan dan pendampingan kepada para petani tanaman hias aglaonema.
Pionir di tengah pandemi
Sebelumnya, Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Aglaonema Nusantara Agus Choliq menuturkan, saat pandemi Covid-19, ketika berbagai bisnis berhenti, usaha aglaonema justru menjadi pionir dalam bisnis tanaman hias di Indonesia. Ironisnya, masih ratusan ribu tanaman hias aglaonema yang diimpor setiap bulan.
”Tokoh-tokoh aglaonema ada di Indonesia. Aglaonema (dari berbagai) spesies ada di Indonesia. Tetapi, kenapa sampai sekarang (untuk memenuhi kebutuhan) aglaonema kita masih selalu mengimpor dari negara-negara tetangga?” kata Agus.
Menurut Agus, kolaborasi antara pemerintah dan pemangku kepentingan, termasuk penggiat aglaonema, dibutuhkan untuk mewujudkan swasembada aglaonema di Indonesia. Meski terbilang masih seumur jagung karena baru didirikan 12 Desember 2021, Asosiasi Aglaonema Nusantara menjadi embrio untuk mengatasi keresahan-keresahan petani dan penggiat aglaonema di Indonesia.
Tokoh-tokoh aglaonema ada di Indonesia. Aglaonema (dari berbagai) spesies ada di Indonesia. Namun, kenapa sampai sekarang (untuk memenuhi kebutuhan) aglaonema kita masih selalu mengimpor dari negara-negara tetangga?
”(Hal ini) Supaya kita bisa mencari solusi bersama-sama agar swasembada aglaonema bisa diciptakan di negara kita,” kata Agus.
Sementara itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan) Prihasto Setyanto menuturkan, sektor pertanian mampu bertahan dan terbukti dapat menjadi pengungkit perputaran perekonomian nasional di kondisi pandemi Covid-19. Permintaan tanaman hias, khususnya bunga potong, pun meningkat cukup signifikan.
Kementan mencatat izin pengeluaran atau izin ekspor benih florikultura pada 2021 sebesar 190 juta pieces senilai 275 juta dollar AS. ”Khusus untuk aglaonema, ini yang menarik, kami catat ada 55 perusahaan yang mengajukan surat izin pengeluaran di tahun 2021 dengan jumlah lebih kurang 7 juta pieces senilai 35,3 juta dollar AS,” kata Prihasto.
Realisasi ekspor aglaonema pada 2020 tercatat 856.521 pieces dan meningkat 61 persen pada 2021 menjadi 1.382.243 pieces. ”Dengan semakin meningkatnya persaingan global pada era pasar bebas, kita perlu melakukan beberapa langkah strategis guna meningkatkan daya saing produk florikultura nasional,” katanya.
Langkah strategis dimaksud, antara lain, melalui peningkatan mutu, produktivitas, kreativitas, dan efisiensi produksi. Selain itu, diperlukan dukungan teknologi inovatif yang siap diterapkan di lapangan. ”Ajang kontes seperti ini merupakan salah satu langkah dalam upaya memperkaya beragam jenis tanaman hias dan mencari jenis yang mempunyai keunggulan spesifik atau keunikan dan kekhasan tersendiri serta disukai oleh masyarakat,” ujar Prihasto.
Direktorat Jenderal Hortikultura pada 2020-2021 memiliki program kampung florikultura. Melalui konsep kampung florikultura tersebut diharapkan akan terbangun kawasan-kawasan florikultura dalam satu wilayah administratif desa atau kelurahan berskala ekonomi yang menguntungkan petani.
Prihasto menuturkan sejumlah syarat pengembangan kampung florikultura. Pertama, wilayah tersebut memang sesuai secara agroklimat. Kedua, mesti ada kelompok tani yang siap bekerja sama dan siap mengembangkan florikultura. Ketiga, ada dukungan dari pemerintah daerah.
”Direktorat Jenderal Hortikultura dalam hal ini, dengan tiga persyaratan ini, siap memfasilitasi untuk terbangunnya kampung-kampung florikultura di mana-mana, termasuk untuk aglaonema,” kata Prihasto.