Kebutuhan Pekerja Berketerampilan Digital Terus Bertambah
Pekerja yang memiliki keterampilan teknologi digital akan selalu dibutuhkan. Perusahaan yang berkecimpung di sektor teknologi menggandeng komunitas, kampus, dan pemerintah untuk memberikan pelatihan.
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kebutuhan pekerja yang memiliki keterampilan teknologi digital terus bertambah seiring dengan pesatnya perkembangan industri digital. Untuk memenuhi kebutuhan itu, pelaku industri biasanya menggandeng komunitas, kampus, dan instansi pemerintahan saat menjalankan program pelatihan.
Di Tokopedia, misalnya. Head of External Communications Tokopedia Ekhel Chandra Wijaya mengatakan, pada saat Tokopedia berdiri pada 2009, Tokopedia hanya memiliki tujuh pekerja di bidang teknologi digital. Sekarang, jumlah pekerja di bidang tersebut telah bertambah menjadi sekitar 2.000 orang atau sepertiga dari keseluruhan karyawan.
”Sebagian besar lulusan Indonesia,” ujar Ekhel saat menghadiri diskusi daring ”Bersama Bangkitkan Semangat Inovasi Teknologi”, Jumat (20/5/2022), di Jakarta.
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) beberapa kali menyampaikan hasil salah satu riset McKinsey yang menyebutkan bahwa Indonesia masih kekurangan 9 juta pekerja di bidang teknologi digital pada 2030. Kekurangan setiap tahun diperkirakan berkisar 400.000-500.000 orang.
Menurut Ekhel, Tokopedia mengembangkan Akademi Tokopedia yang di dalamnya berisi program pelatihan keterampilan hingga konferensi seputar industri digital. Program ini diperuntukkan bagi siapa saja yang ingin menekuni ataupun terjun sebagai profesional di industri teknologi digital yang sedang berkembang.
Menambahkan penjelasan Ekhel, Head of Engineering iOS Tokopedia Tonito mengatakan, Tokopedia juga bekerja sama dengan komunitas dan perguruan tinggi. Sebagai contoh, Apple Developer Academy. Dirinya berpengalaman pernah menjadi mentor bagi anak muda yang tertarik berprofesi sebagai pengembang. Dengan cara seperti itu, Tokopedia turut merekrut tenaga kerja baru.
”Kemunculan inovasi cepat sekali, seperti aplikasi mobile dan komputasi awan tidak menjadi ’kewajiban’ pengembangan pelayanan satu dekade lalu. Tenaga kerja dituntut cepat beradaptasi dan mau terus belajar sendiri. Perusahaan seperti Tokopedia mencari pekerja bidang teknologi digital yang punya karakter seperti itu juga,” ujar Ekhel.
Berdasarkan riset Revou (perusahaan rintisan bidang teknologi pendidikan), terdapat 10 perusahaan rintisan bidang teknologi di Indonesia yang mengalami pertumbuhan jumlah karyawan tertinggi sepanjang 2021. Mereka adalah Bibit (233 persen atau tambah 283 orang), Ajaib (209 persen atau tambah 228 orang), Ula (163 persen atau tambah 263 orang), Flip (161 persen atau tambah 184 orang), dan Zenius (136 persen atau tambah 521 orang). Kemudian, Xendit (104 persen atau tambah 307 orang), Shipper (104 persen atau tambah 447 orang), eFishery (103 persen atau tambah 258 orang), Cakap (93 persen atau tambah 121 orang), dan SiCepat (89 persen atau tambah 1.218 orang).
Adapun perusahaan rintisan bidang teknologi skala regional Asia Tenggara yang mengalami pertumbuhan jumlah karyawan tertinggi sepanjang 2021 yaitu Tada (69 persen), Shopee (64 persen), dan RedDoorz (16 persen). Jumlah karyawan Tada bertambah 103 orang, lalu Shopee 14.205 orang, dan RedDoorz 176 orang.
RevoU mengumpulkan dan mengolah data karyawan tersebut dari LinkedIn Premium Insights setiap perusahaan pada Desember 2020 dan Desember 2021. Perusahaan yang ada dalam daftar harus mengalami minimal pertumbuhan karyawan 30 persen atau pertambahan 100 orang.
Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Dedy Permadi saat dihubungi terpisah menuturkan, kementerian berupaya tetap mengembangkan program komprehensif kecakapan digital di tingkat dasar, menengah, dan lanjutan. Di tingkat dasar, Kemenkominfo telah memiliki program Gerakan Nasional Literasi Digital Siberkreasi yang telah berhasil menyasar 12,3 juta masyarakat sepanjang 2021.
Sementara di tingkat menengah, Kemenkominfo telah meluncurkan program beasiswa talenta digital (digital talent scholarship/DTS) untuk tahun 2022. Program beasiswa ini menargetkan 200.000 peserta. Mereka berhak mengikuti studi kompetensi teknologi digital, seperti keamanan siber dan kecerdasan buatan.
Adapun pada jenjang lanjutan, Dedy menyampaikan, Kemenkominfo mengajak universitas-universitas untuk mengembangkan program kepemimpinan digital atau digital leadership academy. Program ini bertujuan untuk menyiapkan pemimpin di sektor industri swasta ataupun instansi publik agar piawai mengambil kebijakan berkaitan dengan tren digital.
”Dalam forum Kelompok Kerja Ekonomi Digital Presidensi G-20, kami mendorong sesama negara anggota bisa saling bertukar pengalaman meningkatkan kompetensi teknologi terkini, seperti kecerdasan buatan, analisis mahadata, dan benda terhubung internet,” kata Dedy.