Petani Kelapa Sawit Berunjuk rasa di Jakarta Kritik Kebijakan Ekspor
Jarang terjadi, petani kelapa sawit dari berbagai daerah beraksi menyampaikan suara mereka di Jakarta.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Petani kelapa sawit swadaya berunjuk rasa di Jakarta Pusat, Selasa (17/5/2022) pagi. Mereka menyuarakan dampak larangan ekspor minyak goreng dan CPO terhadap anjloknya harga tandan buah segar kelapa sawit, yang berdampak pada kesejahteraan keluarga mereka.
Petani kelapa sawit dari Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) dari sejumlah daerah di Indonesia mendatangi Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian di Kecamatan Sawah Besar, lalu ke seberang Patung Kuda Arjuna Wiwaha atau di pintu Monas, Jakarta Pusat.
Unjuk rasa yang mereka namakan "Aksi Keprihatinan" itu diadakan sejak pukul 09.00 hingga pukul 12.00. Mereka mengklaim kegiatan itu diikuti 150 orang. Namun, dari pengamatan, peserta tidak mencapai lebih dari 100 orang. Lalu lintas sekitar area aksi, yang dikawal sejumlah polisi, pun tidak terganggu.
Para petani kelapa sawit yang hadir terlihat mengenakan kaus putih dengan cetakan tulisan di dada berbunyi ”Selamatkan Petani Sawit Indonesia”, dengan simbol bendera Merah Putih di sisi kanan dan logo asosiasi di sisi kiri atas tulisan. Peserta aksi unjuk rasa yang mayoritas laki-laki juga mengenakan hiasan kepala yang mencirikan asal daerah mereka. Ada yang mengenakan kupiah meukeutop dari Aceh sampai peci songkok manik dari Kalimantan.
Di Monas, peserta unjuk rasa mahasiswa dari Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi di Bekasi, Jawa Barat, juga ikut mendampingi para petani sawit. Jumlah mereka yang mengenakan jas almamater berwarna biru gelap juga tidak sampai 100 orang.
Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Apkasindo Gulat Manurung pada kesempatan itu, mengatakan, mereka mewakili petani kelapa sawit swadaya di 146 kabupaten dan kota di 22 provinsi menuntut sejumlah hal terkait nasib kesejahteraan petani kelapa sawit swadaya dan kebijakan perdagangan kelapa sawit dan produk turunannya.
Mereka, kata Gulat, meminta Presiden Joko Widodo kembali membuka izin ekspor produk kelapa sawit. Kebijakan larangan ekspor sejak beberapa bulan lalu membuat harga tandan buah segar (TBS) anjlok hingga Rp 1.200 per kilogram (kg) dibandingkan sebelumnya Rp 4.500 per kg.
”Kebijakan ini bagus untuk mengamankan stok minyak goreng, tapi belum sempurna. Kami makin menderita, jadi bisalah diganti regulasi baru, bahan baku bisa masuk pabrik, minyak bisa diolah, dan diekspor. Kalau harga jatuh begini, kami jadi enggak bisa belanja pupuk, enggak lagi manen, sekolah anak enggak terbayar, sakit pakai BPJS, sampai ikut mengharapkan bantuan langsung tunai,” tuturnya.
Selain itu, mereka juga meminta pemerintah pusat merevisi Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2018 tentang Pedoman Harga TBS Sawit Pekebun. Revisi diharapkan lebih melindungi dan berpihak kepada petani kelapa sawit swadaya yang mencapai 79,3 persen dari keseluruhan petani yang ada dan menguasai lebih dari 6 juta hektar lahan kebun kelapa sawit di Indonesia.