Lonjakan Konsumsi Internet, Peluang Ekonomi Kreator
Peningkatan konsumsi internet untuk penggunaan aplikasi, mulai dari layanan komunikasi, gim, media sosial, hingga video/musik beraliran langsung atau ”streaming”, membuka peluang baru bagi tumbuhnya ekonomi kreator.
Oleh
MEDIANA
·6 menit baca
Penggunaan aplikasi, mulai dari kategori layanan komunikasi, gim mobile, media sosial, hingga video dan musik beraliran langsung atau streaming, mendominasi lalu lintas konsumsi internet sehari-hari. Kenaikan pemakaian terjadi saat periode khusus, seperti selama masa mudik dan libur Lebaran 2022 yang berlangsung 29 April - 9 Mei 2022. Fenomena ini sebenarnya dapat dipakai untuk menumbuhkan ekonomi kreator.
Berdasarkan data yang dikumpulkan Kompas dari operator telekomunikasi seluler, dari sisi operator telekomunikasi seluler Telkomsel, lalu lintas konsumsi layanan data internet di jaringan Telkomsel melonjak hingga 45,1 petabyte atau 21 persen dibandingkan dengan momen libur Lebaran tahun sebelumnya dan naik 9 persen dibandingkan dengan konsumsi data internet di hari biasa.
Kenaikan lalu lintas konsumsi data internet itu dipengaruhi oleh penggunaan aplikasi layanan komunikasi (naik 21 persen), gim mobile (17 persen), streaming video (16 persen), dan media sosial (3 persen). Terkait spesifik nama aplikasi, Telkomsel mencatat penggunaan Whatsapp tumbuh 35 persen, diikuti dengan Tiktok 16 persen, Instagram 15 persen, Youtube (13 persen), dan Facebook (1 persen).
Pada saat bersamaan, lalu lintas konsumsi data internet untuk aktivitas lain mengalami penurunan. Data Telkomsel bahkan menyebut konsumsi data internet untuk penelusuran di mesin pencari turun 7 persen dan mengakses aneka layanan belanja barang secara daring turun 38 persen.
Sementara dari sisi XL Axiata, sesuai data Customer Experience and Service Operation Center XL Axiata, lalu lintas konsumsi data internet di jaringan XL Axiata naik 33 persen dibandingkan libur Lebaran 2021 dan naik 11 persen dibandingkan hari biasa.
Kenaikan konsumsi data itu didominasi oleh gim mobile (66 persen), diikuti video streaming (naik 52 persen), dan media sosial (42 persen). Nama-nama aplikasi yang paling banyak digunakan yaitu Tiktok (naik 76 persen), Youtube (40 persen), Facebook (38 persen), Spotify (21 persen), Twitter (29 persen), dan Netflix (16 persen). Aplikasi kategori layanan komunikasi Whatsapp juga mengalami peningkatan pemakaian sebesar 38 persen.
Apabila di jaringan Telkomsel terjadi penurunan pemakaian data internet untuk mengakses penelusuran di mesin pencari dan belanja daring saat masa mudik dan libur Lebaran 2022, kondisi sebaliknya terjadi di jaringan XL Axiata. Konsumsi data internet untuk mengakses layanan belanja daring di jaringan XL Axiata tetap naik hingga 23 persen, sedangkan penelusuran di mesin pencari naik sampai 36 persen.
Kemudian, dari sisi Indosat Ooredoo Hutchison, sesuai data perusahaan hasil merger Indosat Ooredoo dan Hutchison Tri Indonesia, lalu lintas konsumsi data internet selama masa mudik dan libur Lebaran 2022 meningkat 13 persen dibandingkan dengan hari biasa dan naik 27 persen dibandingkan dengan saat libur Lebaran 2021. Konsumsi lalu lintas data internet untuk layanan komunikasi naik 43 persen, diikuti gim mobile 25 persen, video dan musik streaming 19 persen, serta media sosial 15 persen.
Aplikasi Youtube, Whatsapp, Facebook, Tiktok, dan Instagram menjadi aplikasi yang paling banyak digunakan oleh pelanggan Tri dan IM3. Untuk aplikasi gim, Indosat Ooredoo Hutchison menyebutkan nama aplikasi yang populer dipakai oleh pelanggan selama mudik dan libur Lebaran 2022 adalah Mobile Legends, PUBG Mobile, dan Free Fire.
Adapun dari sisi Smartfren, Vice President Network Operations Smartfren Agus Rohmat saat dihubungi Sabtu (14/5/2022), di Jakarta, menyampaikan, konsumsi lalu lintas data internet di jaringan Smartfren naik 10–15 persen selama mudik dan libur Lebaran 2022 dibandingkan libur Lebaran tahun sebelumnya. Kenaikan ini dipicu oleh kebutuhan pelanggan untuk mengakses video, musik streaming, dan media sosial.
Terkait aplikasi yang dianggap Smartfren mengalami kenaikan penggunaan yang signifikan, Agus menyebut Tiktok. Dia mengaku terkejut penggunaan Tiktok mengalami kenaikan tertinggi.
”Libur Lebaran tahun sebelumnya, lalu lintas data internet dominan dikonsumsi untuk kebutuhan mengakses aplikasi Whatsapp. Setelah kami telaah lebih jauh, Tiktok ternyata termasuk salah satu aplikasi populer dengan jumlah pengguna besar, bahkan di jaringan kami. Ditambah lagi, popularitas Tiktok di Indonesia melejit setahun terakhir,” kata Agus.
Berdasarkan laporan Survei Internet 2019–2020 yang dikeluarkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), populasi penduduk Indonesia sesuai proyeksi BPS pada 2019 mencapai 266,91 juta orang. Jumlah pengguna internet mencapai 196,72 juta orang atau penetrasinya sebesar 73,7 persen. Kontribusi pengguna internet terbesar berasal dari Jawa, diikuti Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, serta Maluku dan Papua.
Dari laporan survei APJII itu diketahui alasan pertama seseorang menggunakan internet adalah mengakses media sosial. Alasan kedua yaitu berkomunikasi, sedangkan alasan ketiga adalah mencari hiburan.
Ketua Umum APJII Muhammad Arif Angga saat dihubungi terpisah menjelaskan, di luar masa libur Lebaran, aplikasi internet buatan luar negeri tetap menjadi pilihan utama pengguna internet di Indonesia. Aplikasi internet buatan dalam negeri belum ada yang menyaingi.
Beberapa tahun lalu, fenomena yang sama sudah terjadi dan sempat muncul isu membuat belanja bandwidth dari Indonesia ke luar negeri membengkak. Sebab, para operator penyelenggara jasa telekomunikasi harus terkonek ke server CDN (jaringan server yang didistribusikan secara global) yang berlokasi di luar Indonesia. Namun, Angga mengatakan, sekarang, sudah ada beberapa server CDN berdiri di Indonesia.
”Salah satunya adalah milik kami. Server CDN APJII bernama Indonesia Internet Exchage (IIX) dan sebagian besar anggota kami terkoneksi dengan (IIX) sehingga menghemat belanja bandwidth internasional. Di luar faktor sudah server CDN berdiri di Indonesia, harga belanja bandwidth internasional telah murah, yaitu menjadi sekitar 1.500 dollar AS per gigabyte per bulan,” ujar Angga.
Mengenai fakta masih tingginya konsumsi lalu lintas data internet untuk mengakses aplikasi media sosial, baik hari biasa maupun momen liburan, Angga berpendapat media sosial sekarang bukan semata-mata dipakai mencari hiburan. Realitas lainnya menunjukkan aplikasi media sosial juga digunakan warga untuk memasarkan barang.
Aktivis digital dan social media advocates, Enda Nasution, saat dihubungi, berpendapat, peningkatan penggunaan media sosial selama libur Lebaran tentunya didominasi interaksi dalam rangka silaturahmi. Kemudian, disusul pemakaian untuk unggah foto/video makanan, suasana Lebaran, dan kampung halaman.
Sebagian pengguna internet, sambil mengunggah konten, mereka memantau dan memonitor unggahan orang lain. Misalnya, teman, keluarga, pejabat, dan selebritas. Semuanya ini, Enda nilai masih dalam konteks silaturahmi digital.
”Di era yang serba tidak bisa dilepaskan dari internet, siapa pun dapat menjadi kreator ekonomi. Unggahan warganet mengenai makan di tempat makan tertentu, kudapan hasil parsel, hingga berbagi konten informasi tentang destinasi wisata tertentu bisa dikatakan menghasilkan multi dampak ekonomi yang besar,” ujar Enda.
Dampak dari promosi via media sosial, baik promosi berbayar maupun sukarela yang kerap menjurus viral, akan membuat pemilik usaha sadar efek dari siapa pun mampu menjadi kreator ekonomi. Dia menambahkan, sejumlah pebisnis masih tetap mencari kreator ekonomi dari berbagai media sosial guna mempromosikan lebih jauh usaha mereka, bahkan menjelang Lebaran.
The Drum melalui artikel ”How Creators are Remaking Business in Asia Pacific”(8 November 2021) menyebutkan, sesuai penelitian yang dilakukan oleh AnyMind (perusahaan penyedia solusi bagi e-dagang atau ecommerce enabler), jumlah makro-influencer di seluruh Asia Pasifik tumbuh sebesar 66 persen selama tahun 2021, khususnya terjadi di Indonesia, Jepang, Filipina, Taiwan, dan Thailand. Kreator ekonomi dikatakan makro-influencer jika mempunyai pengikut 100.000–1 juta di akun media sosialnya.