Sebulan ke Depan Aceh Tamiang Ditargetkan Keluar dari Status Wabah PMK
Menteri Pertanian Syahrul Y Limpo meninjau daerah wabah penyakit mulut dan kuku di Aceh Tamiang. Sudah 2.555 ternak terjangkit penyakit mulut dan kuku di sentra ternak sapi itu. Sumut pun menutup perbatasan Aceh.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
ACEH TAMIANG, KOMPAS — Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo meninjau daerah wabah penyakit mulut dan kuku, yakni Kabupaten Aceh Tamiang, Aceh, Kamis (12/5/2022). Hingga saat ini sudah 2.555 ternak terjangkit PMK di sentra ternak sapi itu. Status daerah wabah ditargetkan bisa dicabut dalam sebulan ke depan dengan penanggulangan maksimal.
Syahrul pun mengunjungi Desa Paya Meta, Kecamatan Karang Baru, yang mempunyai populasi sapi cukup banyak dan beberapa di antaranya sudah terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK). Dengan status sebagai daerah wabah, Syahrul mengatakan akan melakukan tindakan-tindakan kedaruratan untuk memutus rantai penularan.
”Ada beberapa tindakan kedaruratan yang akan diambil, seperti vaksinasi darurat, pemusnahan ternak yang terjangkit PMK, penutupan lalu lintas ternak hingga tingkat kecamatan, serta sosialisasi pencegahan dan pengendalian,” kata Syahrul.
Bupati Aceh Tamiang Mursil mengatakan, sebagai daerah wabah, pihaknya berfokus menutup lalu lintas ternak agar tidak keluar atau masuk dari dan ke daerahnya. Hal itu sangat penting agar wabah PMK tidak meluas.
”Banyak ternak yang terjangkit PMK ternyata bisa sembuh. Karena itu, kami juga meminta masyarakat jangan panik,” katanya.
Kepala Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Aceh Tamiang Safuan mengatakan, saat ini wabah PMK sangat memukul perekonomian masyarakat di wilayahnya. Menurut catatan mereka, sudah 2.555 ternak sakit terjangkit wabah PMK, 13 ternak mati, dan dua ternak disembelih saat sakit.
”Sebagian besar ternak sapi yang mati masih pedet dengan berumur di bawah satu tahun. Ternak mati karena tidak ada asupan susu dari induknya yang juga sakit,” kata Safuan.
Banyak ternak yang terjangkit PMK ternyata bisa sembuh. Karena itu, kami juga meminta masyarakat jangan panik. (Safuan)
Saat ini, pihaknya melakukan berbagai tindakan untuk menanggulangi darurat wabah, seperti menyemprot disinfektan ke kandang ternak, mengobati ternak yang sakit, dan penerapan biosekuriti yang ketat. Selain itu, Aceh Tamiang juga menutup rumah potong hewan dan melarang jual beli ternak.
”Baik petani maupun pedagang kami minta untuk tidak melakukan jual beli ternak baik memasukkan ternak maupun membawa keluar ternak dari Aceh Tamiang,” kata Safuan.
Sosialisasi penanganan ternak yang terjangkit PMK pun terus dilakukan. Sosialisasi ini sangat penting agar peternak bisa menangani penyakit yang menyerang ternaknya dengan maksimal, tetapi tetap tidak panik. Safuan mengatakan, Menteri Pertanian meminta agar status Aceh Tamiang tidak lagi sebagai daerah wabah PMK dalam sebulan ke depan dan masuk ke masa pemulihan.
”Status daerah wabah sangat memukul perekonomian masyarakat di Aceh Tamiang yang banyak menggantungkan hidup pada peternakan sapi,” kata Safuan.
Penutupan perbatasan Sumut
Di Medan, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Pemerintah Provinsi Sumut M Azhar Harahap mengatakan, Sumut saat ini melakukan tindakan kewaspadaan dini pada PMK karena berbatasan langsung dengan daerah wabah Aceh Tamiang.
Penutupan lalu lintas ternak dilakukan di empat kabupaten yang berbatasan langsung dengan Provinsi Aceh, yakni Langkat, Karo, Pakpak Bharat, dan Tapanuli Tengah. Surveilans pun dilakukan di beberapa daerah sentra ternak di Sumut.
Sampel ternak untuk tes PMK juga sudah diambil dari sejumlah daerah. Hasil tes itu sangat penting untuk melihat apakah sudah ada kejadian PMK di Sumut atau tidak. Langkat sudah melaporkan temuan gejala PMK dan saat ini sedang dalam pemeriksaan laboratorium.