Belasan kasus penyakit mulut dan kuku pada sapi ditemukan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pemerintah Kabupaten Boyolali bergerak cepat mengisolasi ternak terpapar guna mencegah penyebaran penyakit di daerah tersebut.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
BOYOLALI, KOMPAS — Belasan kasus penyakit mulut dan kuku pada sapi ditemukan di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Pemerintah Kabupaten Boyolali bergerak cepat mengisolasi ternak terpapar guna mencegah penyebaran penyakit di daerah tersebut. Upaya preventif dikedepankan demi mengantisipasi terjadinya wabah.
Adapun lokasi temuan kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) bertempat di Desa Singosari, Kecamatan Mojosongo, Kabupaten Boyolali. Temuan berawal dari laporan seorang warga yang ternak sapinya mengalami gejala penyakit tersebut, seperti berkurang nafsu makannya, luka pada lidah, hingga demam dengan suhu 39-40 derajat celsius. Laporan itu diterima Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Sabtu (7/5/2022).
”Kami langsung bergerak hari Minggu (8/5/2022). Ada dua sapi yang mengalami seperti itu langsung kami obati dan suntik vitamin. Kami juga lakukan penyemprotan disinfektan,” kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali Lusia Dyah Suciati di Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Boyolali, Kamis (12/5/2022).
Ternyata, kata Lusia, dua sapi yang bergejala itu tinggal dengan 13 sapi lainnya milik warga tersebut. Sapi-sapi lain itu juga mengalami gejala yang sama. Setelah dites, 15 sapi itu dinyatakan terpapar PMK.
Selanjutnya, langkah yang diambilnya adalah menyuntikkan vitamin dan mengobati penyakit yang dialami sapi-sapi tersebut. Belasan sapi itu juga langsung diisolasi pada satu kandang yang sama. Pengawasan ketat akan kondisi kesehatan sapi juga dilakukan intens oleh dokter hewan setempat. Penyuntikan vitamin juga dilakukan
”Sebanyak 13 sapi semakin membaik sampai Kamis ini karena pengawasan terus dilakukan. Isolasi ini membuat penyakit tidak menyebar biar tidak jadi wabah. Semuanya bergerak cepat,” kata Lusia.
Lusia memaparkan, menurut hasil penelusurannya, dua sapi yang paling awal mengalami gejala PMK dibeli dari wilayah Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri, Jateng. Sapi dibeli tanpa ada surat keterangan kesehatan hewan. Hal itu berisiko mengingat wabah penyakit tersebut tengah terjadi di Jawa Timur yang wilayahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Wonogiri.
Sapi dibeli tanpa ada surat keterangan kesehatan hewan.
Demi mengantisipasi masuknya paparan penyakit dari daerah lain, kata Lusia, pihaknya mengeluarkan kebijakan pembatasan pergerakan ternak. Salah satunya dengan tidak mengeluarkan surat keterangan kesehatan hewan untuk keperluan transportasi ternak. Pedagang sapi juga diimbau tidak mendatangkan sapi dari wilayah Jatim.
”Sosialisasi juga kami lakukan ke peternak-peternak. Kami titip kepada pemangku wilayah lewat rapat-rapat RT agar imbauan untuk tidak membeli sapi dari wilayah wabah itu disampaikan. Saya kira, para peternak memahami ini dan mereka juga sama-sama tidak mau wabah itu terjadi,” kata Lusia.
Pemeriksaan juga dilakukan Lusia dan jajarannya di kecamatan yang punya populasi ternak tinggi, seperti di Kecamatan Musuk dan Kecamatan Cepogo. Hasil pemeriksaan menunjukkan ternak-ternak di sana mengalami gejala yang mengarah ke penyakit PMK.
Namun, pengamatan kondisi ternak tetap dilakukan intens mengingat kabupaten tersebut termasuk lumbung sapi di wilayah Surakarta Raya. Total jumlah populasi sapi mencapai sekitar 200.000 ekor di kabupaten tersebut.
Sekretaris Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Jawa Tengah Haryanta Nugraha menyampaikan, langkah preventif yang dilakukan Kabupaten Boyolali sudah tepat. Hendaknya itu menjadi pedoman bagi wilayah lainnya dalam mengantisipasi terjadinya wabah. Pihaknya juga telah merumuskan konsep ”Jogo Ternak” sebagai bentuk pencegahan terjadinya penularan penyakit ternak tersebut.
”Jika ada masalah-masalah, segera lapor saja agar ternak bisa segera ditangani. Kalau kita bisa mengawal masalah ini, penyebaran bisa dilokalisasi sehingga wabah tak terjadi,” kata Haryanta.
Dari pemantauannya, kata Haryanta, kasus PMK memang diduga sudah ditemukan di sejumlah kabupaten di Jateng. Beberapa kabupaten itu antara lain Boyolali, Klaten, Rembang, dan Pemalang. Jumlahnya diperkirakan masih kurang dari 50 kasus. Sebagian di antaranya juga belum terkonfirmasi PMK, tetapi masih berstatus suspek.