Kendati masih relatif kecil, bisnis layanan belanja bahan pokok secara daring dinilai berpeluang dikembangkan dalam jangka panjang. Hasil riset menunjukkan pertumbuhannya mencapai 4-5 persen sepanjang tahun 2019-2020.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Aktivitas berbelanja bahan pokok secara daring dinilai masih relatif rendah dan lebih populer di kelompok masyarakat kelas menengah atas. Meski demikian, bisnis layanan belanja bahan pokok secara daring tetap memiliki peluang dan potensi untuk terus dikembangkan dalam jangka panjang.
Berdasarkan analisis YouGov, perusahaan analisis data perilaku konsumen, sebanyak 57 persen warga yang berbelanja bahan pokok secara daring di Indonesia merupakan perempuan. Mayoritas di antara mereka berlatar belakang kelompok kelas menengah atas. Studi itu dilakukan 52 minggu dari triwulan I-2021 sampai triwulan I-2022.
Kemudian, berdasarkan hasil survei indeks jenama yang dilakukan YouGov kepada sekitar 500 konsumen Indonesia yang dilakukan pada periode sama, mereka semakin sadar terhadap kemunculan jenama-jenama penyedia layanan pembelian bahan pokok secara daring. Sebagai gambaran, perbincangan dari mulut ke mulut jenama seperti itu naik dari 25 persen menjadi 35 persen.
”Aktivitas belanja bahan pokok secara daring juga digerakkan oleh warganet yang berlokasi di Jabodetabek dan Bandung. Penetrasi pengguna internet di Indonesia, yang menyentuh 65 persen dari total populasi penduduk, belum merata ke seluruh Indonesia,” ujar General Manager YouGov Indonesia Edward Hutasoit dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (12/5/2022).
Kelompok masyarakat kelas menengah ke atas cenderung memiliki akses internet memadai. ”Belanja bahan pokok secara daring relatif merupakan kebiasaan baru di masyarakat. Bisnis penyedia layanan belanja seperti itu tetap punya peluang. Asalkan, penyedia mampu mendorong warga terus mencoba, meningkatkan frekuensi berbelanja dan nilai belanja,” katanya.
Sejalan dengan hal itu, analis industri Google Indonesia, Iftikar Izzaturrahman, mengatakan, sesuai laporan studi ”e-Economy SEA 2021” yang dirilis oleh Google, Temasek, dan Bain & Company kepada enam negara di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, porsi belanja bahan pokok secara daring baru 2 persen. Sementara porsi warga yang berbelanja barang selain bahan pokok telah mencapai 25 persen.
Meski porsi warga di Asia Tenggara yang berbelanja bahan pokok secara daring masih kecil, secara penjualan mengalami pertumbuhan. Hal ini tecermin dalam LEK Insights (November 2021) yang menunjukkan penjualan bahan pokok secara daring di Indonesia tumbuh empat sampai lima kali lipat sepanjang 2019-2020. Nilainya diperkirakan akan mencapai 5 miliar-6 miliar dollar AS pada 2025, tumbuh dibandingkan situasi tahun 2019 yang tercatat 0,3 miliar-0,5 miliar dollar AS.
Penjualan bahan pokok secara daring di Indonesia tumbuh empat sampai lima kali lipat sepanjang 2019-2020.
Iftikar juga menjelaskan, berdasarkan mahadata pencarian terkait bahan pokok di Google Shopping, terjadi kenaikan pencarian sepanjang triwulan I-2022 dibandingkan dengan triwulan I-2021. Pencarian untuk kata ”sayur”, misalnya, tumbuh 90 persen, sementara kata ”garam” tumbuh 60 persen, dan ”madu” tumbuh 25 persen.
”Penelusuran ’bahan pokok’ naik 24 persen dari triwulan I-2021 ke triwulan I-2022. Kami menduga, ada faktor kemudahan berbelanja bahan pokok secara daring di balik kenaikan penelusuran itu,” ujarnya.
Selain itu, dia menduga ada pengaruh dari pembatasan sosial karena pandemi Covid-19. Dugaannya itu diperkuat dengan temuan tren pencarian makanan untuk di rumah, seperti pencarian layanan katering (naik 20 persen) dan makanan beku (naik 23 persen).
Iftikar juga optimistis bahwa bisnis layanan belanja bahan pokok secara daring memiliki prospek cerah pada jangka panjang. Sebab, berdasarkan studi ”E-Economy SEA tahun 2021”, ragam bisnis yang masuk dalam kelompok perdagangan secara elektronik atau e-dagang diprediksi tumbuh dua kali lipat pada tahun 2025.
Akan melengkapi
Chief Marketing Officer Blibli.com Edward Kilian Suwignyo mengatakan, Blibli.com telah mengamati warga berbelanja bahan pokok secara daring mulai marak pada 2018. Beberapa perusahaan teknologi penyedia layanan belanja bahan pokok sudah bermunculan saat itu. Kehadiran Blibli Mart melengkapi daftar penyedia yang sudah berdiri sebelumnya, seperti SayurBox dan HappyFresh.
Layanan belanja bahan pokok secara daring meraih popularitasnya pada saat pembatasan sosial karena pandemi Covid-19. Sejumlah pengguna Blibli Mart, menurut dia, telah melakukan pembelian kembali.
”Berdasarkan data internal kami, ada di antara pengguna Blibli Mart menjadikan belanja bahan pokok secara daring sebagai gaya hidup sehingga mereka meminta kelengkapan dan kualitas stok. Jika pandemi Covid-19 reda, kami rasa belanja bahan pokok secara daring tetap tidak akan ditinggalkan alias tumbuh bersamaan dengan layanan luring. Pengguna layanan daring mungkin akan memilih barang pesanannya diantar ke rumah atau mereka mengambil sendiri di fasilitas yang sediakan,” kata Edward.