Pengelola hotel dan restoran di Jateng kebagian berkah pada masa libur Lebaran 2022. Okupansi hotel meningkat hingga 90-100 persen dibanding hari normal. Hal ini diharapkan menjadi momentum kebangkitan usaha perhotelan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Petugas melakukan pengecekan kebersihan sesuai standar yang diberlakukan di Hotel Ciputra, Kota Semarang, Jawa Tengah, Jumat (26/6/2020). Sebagian besar aktivitas hotel mulai hidup kembali seiring dengan pelonggaran pembatasan sosial di Kota Semarang.
SEMARANG, KOMPAS — Pelonggaran aturan perjalanan mudik yang diberlakukan pemerintah pada Lebaran 2022 membawa berkah tersendiri bagi pengelola hotel di Jawa Tengah. Setelah dua tahun melesu akibat pelarangan mudik, okupansi hotel di wilayah tersebut kembali meningkat di masa libur Lebaran.
Berdasarkan survei Kementerian Perhubungan, Jateng menjadi daerah tujuan mudik terbanyak pada Lebaran 2022. Menurut perkiraan, ada 23,5 juta orang yang mudik ke Jateng. Angka itu hampir seperempat dari total penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan ke luar kota pada masa libur Lebaran.
Tingginya jumlah pemudik yang masuk ke Jateng berpengaruh terhadap jumlah keterisian hotel di Jateng, terutama di kabupaten/kota yang menjadi tujuan wisata. Di Kota Semarang, misalnya, rata-rata okupansi hotel pada masa libur Lebaran melonjak menjadi 90-100 persen, dari hari-hari normal sekitar 50 persen.
”Masa libur Lebaran kali ini okupansi harian kami mencapai 90 persen. Angka ini merupakan rekor tertinggi sejak pandemi. Semoga, kondisi ini bisa bertahan seterusnya,” ucap Sales Marketing Manager Hotel Khas Semarang Erwin Dwi Sasongko, Rabu (4/5/2022).
Menurut Erwin, pada masa libur Lebaran 2021, okupansi di Hotel Khas Semarang, paling banyak 45 persen per hari. Sementara itu, pada masa libur Lebaran 2020, okupansi di hotel tersebut di bawah 35 persen per hari. Pada masa-masa tersebut, pergerakan masyarakat dibatasi untuk menekan penyebaran Covid-19.
Secara terpisah, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Heru Isnawan menyebut adanya lonjakan okupansi terjadi di hampir seluruh hotel di wilayahnya. Adapun, di Jateng, setidaknya ada 300 hotel berbintang yang menjadi anggota PHRI.
Jika di Kota Semarang okupansi hotel 90-100 persen, di daerah lain rata-rata okupansinya 80 persen. Menurut Heru, daerah-daerah yang okupansi hotelnya 80 persen atau di bawahnya, rata-rata bukan daerah tujuan wisata.
”Okupansi yang tinggi ini kami perkirakan bertahan hingga Jumat (7/5/2022). Sebab, pada hari-hari setelahnya, para pemudik mulai kembali ke perantauan untuk bekerja,” katanya.
Heru berharap, ke depan pelonggaran aturan perjalanan tetap diberlakukan. Dengan demikian, animo masyarakat untuk melakukan perjalanan atau menginap di Jateng bisa meningkat. Dengan begitu, roda perekonomian masyarakat bisa kembali berputar.
Heru menyebut, pihak hotel dan restoran di Jateng telah berupaya menekan risiko penularan Covid-19, terutama selama masa libur Lebaran ini. Hal itu dilakukan dengan memastikan tamu-tamu hotel dan restoran sudah divaksin melalui pemindaian kode baris pada aplikasi Peduli Lindungi.
Termasuk penyemprotan disinfektan setiap sebelum dan sesudah kamar atau ruangan digunakan serta mewajibkan orang-orang yang beraktivitas di hotel maupun restoran tetap memakai masker dan menjaga kebersihan tangan.
Pemulihan
Kepala Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Jateng Sinoeng Noegroho Rachmadi menuturkan, pihaknya sangat bersyukur dengan adanya peningkatan okupansi hotel di wilayahnya pada masa libur Lebaran 2022.
Momentum ini diharapkan bisa menjadi titik balik pemulihan sektor pariwisata, termasuk usaha perhotelan dan restoran di Jateng.
Sinoeng mengaku, pihaknya telah mendapat laporan dari para pengelola hotel yang menyebut rata-rata okupansi di Jateng hampir mencapai 100 persen. Dari total pengunjung yang menginap di sejumlah hotel di Jateng, sekitar 10 persennya disebutkan menginap dengan tujuan ingin berdiam diri di hotel.
Okupansi yang tinggi ini kami perkirakan bertahan hingga Jumat (7/5/2022). Sebab, pada hari-hari setelahnya, para pemudik mulai kembali ke perantauan untuk bekerja. (Heru Isnawan)
”Sekitar 10 persen tamu yang menginap di Jateng itu tujuannya adalah untuk staycation atau berdiam diri di hotel. Sementara itu, 90 persen lainnya ingin berwisata,” ujar Sinoeng.
Kendati tak menyebut pasti jumlahnya, Sinoeng mengklaim, rata-rata kunjungan wisata di wilayahnya pada pekan ini naik hingga 85 persen dibandingkan hari-hari biasa. Sebagian besar wisatawan cenderung memilih berwisata di alam terbuka, seperti pantai, pegunungan, hutan, air terjun, dan pemandian air panas.