Pola Pergerakan Mudik Telah Dimulai H-6 Sebelum Idul Fitri 2022
Mudik lebih awal. Persiapan dan kesiapan mudik telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Menghindari kemacetan lalu lintas, pemudik sudah mulai bergerak pada H-6 Idul Fitri 2022.
JAKARTA, KOMPAS — Persiapan dan kesiapan mudik telah dipersiapkan jauh-jauh hari. Pola mudik yang diharapkan pemerintah dapat berlangsung lebih awal ternyata baru terjadi pada H-6 Idul Fitri, tepatnya Selasa (26/4/2022) malam. Kini, fase pelaksanaan telah dimulai, baik pemudik yang menggunakan moda transportasi udara, darat, kereta api maupun kapal laut, bahkan kendaraan pribadi.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) Kris Ade Sudiyono dalam diskusi publik Masyarakat Transportasi Indonesia bertema ”Kesiapan Angkutan Lebaran 2022” secara virtual di Jakarta, Rabu (27/4/2022), mengatakan, ”Kita tidak mengatakan terlambat (mengantisipasi), setidak-tidaknya tidak terjadi di puncak mudik. Pada H-minus enam ternyata masyarakat sudah mulai bergerak. Ini merupakan salah satu langkah maju.”
Menurut Ade, sebenarnya operator berharap pergerakan para pemudik sudah berjalan pada H-15, tetapi masyarakat diperkirakan masih memiliki berbagai kesibukan sehingga baru Selasa semalam bergerak secara masif.
Ade mengatakan, ”Keberhasilan pelaksanaan arus mudik dan arus balik sangat bergantung partisipasi masyarakat, bagaimana masyarakat bisa merencanakan mudik dengan baik. Saat ini, pemangku kepentingan dibantu media baru pada narasi-narasi perencanaan dan kesiapan infrastruktur, serta dampak kebijakan pemerintah.”
Hal ini dinilai perlu diperbaiki. Jika terfokus pada kebijakan, masyarakat memang akan segera mengetahui kebijakan terkait mudik ini. Namun, pelaksanaannya tergantung masyarakat sendiri. Jadwal mudik lebih awal, misalnya, merupakan pilihan bijak masyarakat.
Akan tetapi, pihak ATI selalu mengingatkan kesiapan mudik yang perlu dilakukan masyarakat. Sebagai contoh, pengisian bahan bakar minyak, uang elektronik untuk pembayaran tol, bekal berbuka puasa, dan sebagainya. Kesiapan itu benar-benar dipastikan sebelum masuk ke jalur mudik.
Direktur Keamanan dan Keselamatan Korlantas Polri Chryshnanda Dwilaksana mengatakan, pihak Korlantas Polri telah mempersiapkan back up sistem untuk sinergitas, mulai dari kesiapan mobil derek, ambulans, sistem komunikasi dan siap personilnya. Mau tidak mau, ketika terjadi kemacetan lalu lintas, polisi mengambil langkah diskresi dengan rekayasa lalu lintas.
”Tentu, harus ada kesiapan dan persiapan, setidaknya dua jam sebelumnya. Sebab, kita harus mengosongkan jalur yang begitu panjang. Dari jalan tol Jakarta-Cikampek Kilometer 47 hingga 414, saya kira cukup panjang. Semua petugas di lapangan haruslah satu komando,” kata Chryshnanda.
Selain kesiapan perjalanan mudik, Korlantas Polri juga menyiapkan lalu lintas di kawasan wisata. Biasanya, selain silaturahmi, pemudik juga menyempatkan diri berwisata sehingga faktor jalan yang terkadang sempit, menikung, dan meliuk-liuk membutuhkan pengamanan.
Terlebih, kata Chryshnanda, ada perilaku pemudik yang berhenti seenaknya di dalam perjalanan. Istirahat sembarangan di bahu jalan. Ketika satu pemudik diberitahu untuk melanjutkan perjalanan, acap kali meminta izin menggunakan waktu sesaat untuk menepi di bahu jalan. Tentu, satu pemudik berhenti satu menit saja, tak terhindarkan lagi pengendara yang terhalangi perjalanannya.
Hal ini membahayakan. Belum lagi rest area yang melampaui kapasitas dan prediksi keliru seperti kehabisan BBM. Maka, dengan sistem satu arah dan ganjil-genap pelat kendaraan diharapkan dapat membantu mencari solusi untuk mengantisipasi kemacetan lalu lintas.
Juru Bicara Kementerian Perhubungan Adita Irawati mengatakan, ritual tradisi mudik yang selama dua tahun lalu tidak bisa dijalankan, tahun ini diperbolehkan oleh pemerintah. Animo masyarakat pun segera dilakukan survei. Dari 120.000 responden, hasilnya 85,5 juta orang berniat untuk mudik.
Dari 85,5 juta pemudik, sekitar 40 persen menggunakan kendaraan pribadi. Sebanyak 17 juta orang mengaku menggunakan sepeda motor, sedangkan 23 juta orang menggunakan mobil. Sisanya terbesar menggunakan angkutan bus, disusul angkutan udara, kereta api dan kapal laut serta moda transportasi penyeberangan lainnya.
”Kalau melihat penggunaan transportasi umum, pengecekan dan pengawasan akan lebih terintegrasi karena berangkat dari simpul-simpul transportasi. Ada petugas yang melakukan pengawasan,” ujat Adita.
Sementara, untuk pengguna kendaraan pribadi, sangat berbeda masalahnya. Pengecekan pribadi membutuhkan kesadaran pribadi masyarakat. Di jalan, mereka akan menggunakan perjalanan panjang yang tak mungkin diawasi satu per satu oleh petugas melalui penyekatan.
Adita mengingatkan, situasi pandemi Covid-19 masih berlangsung. Syarat perjalanan mudik masih merujuk keputusan Satgas Penanganan Covid-19 yang diturunkan melalui Surat Edaran Nomor 16 tahun 2022. Kemudian, ditindaklanjuti dengan pengaturan petunjuk teknis yang di dalamnya berisi syarat perjalanan bagi penumpang dan pelaku perjalanan yang menggunakan kendaraan pribadi.
”Mudik ini harus bahagia karena mudik ini adalah hajatan kita bersama. Tidak hanya hajatan pemerintah, tetapi juga semua orang. Tentu, rasa memiliki kesamaan untuk mudik begitu besar,” tegas Adita.
Karena hajatan bersama, lanjut Adita, tidak bisa seluruh tanggung jawab diserahkan kepada pemerintah. Tidak mungkin pemerintah diberi tanggung jawab, mulai dari membuat regulasi, mengawasi implementasi di lapangan, dan diharapkan semua berhasil. Pastinya, semua ini membutuhkan partisipasi semua pihak.
Kementerian Perhubungan pasti membutuhkan kesadaran masyarakat untuk melakukan pengecekan terhadap dirinya sendiri, terutama menyangkut kesehatan. Penyekatan kendaraan tidak mungkin dilakukan terhadap 40 juta kendaraan. Realistis saja, tidak mungkin dilakukan pengecekan dengan penyekatan, baik di jalan tol maupun jalan nasional.
”Yang kami harapkan adalah masyarakat mempunyai kesadaran, mempersiapkan diri dengan persyaratan perjalanan, karena toh persyaratan itu untuk kepentingan masyarakat. Memberi perisai diri, tidak menimbulkan potensi penularan, dan sebaliknya, tidak punya potensi tertulari Covid-19,” ujar Adita.
Berdasarkan data sementara yang dihimpun dari Posko Angkutan Lebaran Terpadu tahun 2022 (1433 H), tercatat Selasa 26 April 2022 (H-6 Lebaran), pergerakan penumpang angkutan umum di semua moda mengalami peningkatan hampir di semua moda jika dibandingkan dengan hari biasa. Pemantauan pergerakan penumpang mudik pada tahun ini dilakukan di 111 terminal bus, 16 pelabuhan penyeberangan, 50 bandar udara, 110 pelabuhan laut, dan 13 Daop/Divre.
”Kenaikan jumlah penumpang pada hari Selasa atau H-6 kemarin, terjadi di semua moda angkutan. Diprediksi jumlahnya akan terus meningkat hingga hari puncak mudik 28-30 April 2022,” kata Adita.
Adapun secara rinci, data sementara pergerakan penumpang di masing-masing moda angkutan pada 26 April 2022 (H-6) jika dibandingkan dengan hari biasa (16 April 2022) yakni angkutan jalan (bus), realisasi jumlah penumpang pada H-6 sebanyak 97.427 penumpang, atau meningkat sebesar 55,2 persen dibandingkan dengan hari biasa sebesar 62.760 penumpang.
Pada angkutan kereta api, realisasi jumlah penumpang pada H-6 sebesar 76.597 penumpang atau meningkat 58,3 persen, jika dibandingkan dengan hari biasa sebesar 48.372 penumpang. Sementara, angkutan udara, realisasi jumlah penumpang pada H-6 sebesar 137.354 penumpang atau meningkat sebesar 30,7 persen dibandingkan hari biasa sebesar 105.101 penumpang.
Pada angkutan laut, realisasi jumlah penumpang pada H-6 mencapai sebesar 60.658 penumpang atau meningkat 202,3 persen dibandingkan hari biasa sebesar 20.064 penumpang. Sedangkan, angkutan penyeberangan, realisasi jumlah penumpang pada H-6 sebesar 70.762 penumpang atau meningkat 27,4 persen dibandingkan dengan hari biasa sebesar 55.525 penumpang.
Sementara, jumlah pergerakan penumpang secara kumulatif yang dipantau mulai Senin 25 April 2022 (H-7) hingga H-6 tercatat penumpang angkutan jalan (bus) sebanyak 211.130 orang, angkutan penyeberangan (151.572 orang), angkutan udara (227.011 orang), angkutan laut (117.284 orang), dan kereta api (149.921 orang). Total pergerakan penumpang di semua moda angkutan sudah mencapai 856.918 orang.
Jika dibandingkan dengan tahun 2019 atau sebelum pandemi (periode H-7 hingga H-6), jumlah pergerakan penumpang pada semua moda masih lebih kecil, dengan perbandingan mencapai 57,6 persen. Meski demikian, data tersebut sifatnya masih sementara dan masih ada kemungkinan untuk meningkat.
Sedangkan untuk pergerakan kendaraan pribadi, berdasarkan data dari PT Jasa Marga, sebanyak 762.251 kendaraan telah meninggalkan wilayah Jabotabek pada H-10 hingga H-6 (22-26 April 2022). Mereka melintas dari empat gerbang tol (GT) barrier/utama, yaitu GT Cikupa (arah Merak), GT Ciawi (arah Puncak), dan GT Cikampek Utama dan GT Kalihurip Utama (arah Trans Jawa dan Bandung).Total volume lalu lintas yang meninggalkan wilayah Jabotabek ini naik 4,2 persen, jika dibandingkan lalu lintas pada masa normal dengan total 731.600 kendaraan. (OSA)