Harga pakan ikan dan udang mulai merangkak naik. Kolaborasi diperlukan untuk bisa mengendalikan harga dan memenuhi kebutuhan pakan dalam negeri.
Oleh
BM LUKITA GRAHADYARINI
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Harga bahan baku yang semakin tinggi mengerek biaya produksi pakan ikan dan udang. Pemerintah meminta pabrikan pakan tetap menjaga kestabilan harga agar tidak terlalu memberatkan pembudidaya. Adapun pabrik pakan mandiri didorong terus berproduksi dengan mengoptimalkan bahan baku lokal.
Ketua Gabungan Perusahaan Makanan Ternak Deny Mulyono mengemukakan, tahun 2022 industri pakan dipengaruhi situasi global yang tidak menentu. Pabrikan pakan ikan dan udang melakukan penyesuaian harga secara bervariasi, sesuai dengan formulasi pakan. Kenaikan harga pakan itu berlangsung karena meningkatnya harga komponen bahan baku pakan, baik impor maupun lokal. Kesulitan bahan baku juga memicu persaingan bahan baku dengan negara-negara produsen pakan lain.
Meski terjadi kenaikan harga pakan, lanjut Deny, pabrik pakan terus berupaya menjaga kestabilan pasar sehingga kenaikan harga bahan baku tidak serta-merta dilimpahkan ke kenaikan harga pakan. Namun, pihaknya berharap Kementerian Perdagangan bisa membatasi ekspor bahan baku yang diperlukan industri pakan untuk menjamin ketersediaan suplai, seperti jagung dan dedak gandum kasar.
Beberapa komponen bahan baku impor yang naik, yakni harga bungkil kedelai (soy bean meal) naik hampir 50 persen sejak Februari 2022, sedangkan harga gandum naik 25 persen. Kebutuhan penggunaan bungkil kedelai berkisar 20-30 persen dari total bahan pakan ikan dan udang, sedangkan penggunaan gandum sekitar 7-30 persen.
Sementara itu, harga komponen bahan baku lokal juga cenderung tinggi. Ia mencontohkan, harga dedak padi yang merupakan salah satu komponen pakan seharusnya bisa turun Rp 3.000-Rp 3.500 per kg setiap musim penggilingan padi. Namun, pada Maret 2022 nyatanya tidak turun. Harga dedak padi bertahan di Rp 5.200 per kg. Padahal, komposisi penggunaan dedak padi 12-30 persen dari total bahan baku pakan.
”Semua pabrik pakan berjuang menekan harga pakan sesuai kemampuan masing-masing perusahaan. Tetapi, harga bahan baku sudah tidak murah lagi dan perusahaan tidak bisa menanggung semua kenaikan harga bahan baku sehingga perlu penyesuaian harga,” ujarnya.
Dari data GPMT, produksi pakan akuakultur tahun 2021 diperkirakan 1,62 juta ton, sekitar 25 persen di antaranya berupa pakan udang. Pada tahun 2022, produksi pakan ikan diperkirakan bisa naik 6 persen, dan pakan udang sebesar 8 persen.
Sekretaris Jenderal Masyarakat Akuakultur Indonesia Denny Indradjaja mengemukakan, beberapa pabrik pakan ikan dan udang sudah menaikkan harga pakan di kisaran Rp 100-300 per kg, tergantung kualitas pakan. ”Kenaikan harga pakan merupakan efek berantai dari kenaikan harga berbagai komponen,” ujarnya.
Keberpihakan
Secara terpisah, Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tebe Haeru Rahayu meminta produsen pakan untuk bisa menekan marjin agar tidak memberatkan pembudidaya ikan dan udang. Di sisi lain, pemerintah akan mendorong efisiensi penggunaan pakan dengan penerapan cara pemberian pakan yang baik, dan digitalisasi kebutuhan pakan, serta meningkatkan produksi pakan mandiri dengan bahan baku lokal.
Penggunaan pakan mandiri saat ini ditaksir mampu memenuhi 20 persen dari kebutuhan pakan nasional. Tahun ini, pemerintah memberikan bantuan 275 mesin pencetak pakan untuk masyarakat.
”Kami telah meminta perusahaan pakan agar ada keberpihakan terhadap pembudidaya, terutama budidaya skala menengah dan kecil,” ujarnya.
KKP sejauh ini belum melakukan revisi terhadap target produksi budidaya ikan dan udang tahun ini. Kolaborasi seluruh pemangku kepentingan diyakini bisa mengendalikan harga pakan dan menjamin pasokan di dalam negeri.
Sales Director CJ Feed and Care Indonesia Haris Muhtadi berpandangan, kenaikan harga pakan sejauh ini belum berpengaruh pada konsumsi pakan nasional meskipun pakan merupakan komponen utama biaya produksi pada budidaya ikan dan udang, yakni sekitar 40-50 persen.
Ia berpendapat, kenaikan harga pakan udang masih dalam batas yang bisa ditoleransi, sehingga diharapkan ekspansi tambak udang intensif terus berlanjut. Kenaikan harga pakan masih bisa ditutup oleh marjin kenaikan harga jual udang.
Saat ini, harga udang di Jawa Timur cenderung naik selama Januari-April 2022. Harga udang ukuran 50 ekor per kg (size 50) yang pada awal Januari 2022 sekitar Rp 66.000, meningkat menjadi Rp 78.000 per kg pada awal April 2022. “Kenaikan harga udang didorong oleh suplai dan permintaan luar negeri,” ujarnya.