Segmen pendanaan hijau yang mendapat penyaluran kredit ini antara lain sektor energi terbarukan, pembangunan gedung berwawasan lingkungan, serta transportasi ramah lingkungan.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Industri perbankan terus meningkatkan penyaluran kredit ke sektor ekonomi hijau. Peningkatan ini ditopang makin meluasnya kesadaran berwawasan lingkungan serta mendukung arahan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan agar perbankan memberikan pendanaan lebih luas kepada kegiatan usaha berkelanjutan.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mencatat setidaknya ada Rp 6,1 triliun rencana proyek korporasi dengan kegiatan usaha ekonomi hijau yang berwawasan lingkungan pada triwulan pertama tahun ini. Nilai itu sebagian merupakan kredit yang telah disalurkan dan sebagian lainnya sedang menjalani proses perjanjian kredit.
Segmen pendanaan hijau yang mendapat penyaluran kredit ini, antara lain, adalah sektor energi terbarukan, pembangunan gedung berwawasan lingkungan, serta transportasi ramah lingkungan.
Direktur Corporate Banking BNI Silvano Rumantir menyampaikan, tren investasi perlahan mulai membaik pada awal tahun ini, khususnya dari segmen debitor korporasi berwawasan lingkungan. Selain memberikan prioritas kepada debitor yang melaksanakan kegiatan usaha berkelanjutan, BNI juga memandang banyak proyek berpotensi yang bisa mendukung sumber pertumbuhan kinerja kredit perseroan tahun ini.
”Pertumbuhan pendanaan sektor ekonomi hijau awal tahun ini cukup bagus. Di tahun ini, kami pun tetap melanjutkan dukungan kebijakan pemerintah dan OJK dalam pemberian insentif hijau kepada debitor yang menurunkan emisi karbon, baik itu berupa penurunan suku bunga, pelonggaran waktu pinjaman, maupun penambahan fasilitas kredit bagi debitor yang termasuk pada sektor hijau tersebut,” ujar Silvano, Minggu (17/4/2022), di Jakarta.
Silvano menuturkan, perseroan mengimplementasikan pendekatan ekonomi hijau melalui Rencana Aksi Keuangan Berkelanjutan (RAKB) Bank. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain, pertama, integrasi keuangan berkelanjutan pada sektor industri secara bertahap. Kedua, perseroan proaktif meningkatkan pemahaman aspek lingkungan sosial dan tata kelola (environmental, social, and governance/ESG) untuk pegawai sekaligus nasabah dan debitor.
Tren investasi perlahan mulai membaik pada awal tahun ini, khususnya dari segmen debitor korporasi berwawasan lingkungan.
Ketiga, BNI telah memiliki program atau produk konsumtif yang termasuk kriteria kegiatan usaha berkelanjutan (KKUB) dan terus dioptimalkan. Keempat, penerapan keuangan berkelanjutan dalam manajemen risiko untuk menjamin kesinambungan pertumbuhan bisnis green banking.
”Terakhir, BNI terus ekspansi kredit kepada sektor-sektor yang termasuk dan terkait dengan pendanaan hijau dan berkelanjutan,” kata Silvano.
Indeks saham hijau
Tak hanya memberikan pendanaan ke sektor ekonomi hijau, perbankan juga bertransformasi melakukan kegiatan usahanya menjadi berwawasan lingkungan. Upaya itu yang dilakukan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk sehingga tergolong dalam indeks ESG Leaders. Indeks yang diterbitkan Bursa Efek Indonesia (BEI) ini berisi 30 emiten yang menerapkan ESG terbaik.
Para emiten yang tergabung dalam indeks ESG Leader ditentukan berdasarkan data penilaian risiko ESG (ESG Risk Ratings) serta data tingkat kontroversi yang dinilai oleh perusahaan riset dan pemeringkat sektor ESG asal Belanda, yakni Sustainalytics. Adapun BRI meraih skor 20,94 atau terbaik di antara perusahaan perbankan yang masuk ke dalam daftar emiten indeks ESG Leader.
Direktur Kepatuhan BRI Ahmad Solichin Lutfiyanto mengungkapkan, perusahaan senantiasa bersinergi untuk menunjang keuangan berkelanjutan. ”BRI terus berkomitmen untuk menerapkan prinsip-prinsip keuangan yang berkelanjutan dalam seluruh aktivitas bisnis untuk memberikan nilai-nilai keberlanjutan kepada seluruh pemangku kepentingan,” tuturnya.
BRI meraih skor 20,94 atau terbaik di antara perusahaan perbankan yang masuk ke dalam daftar emiten indeks ESG Leader.
Dalam hal penyaluran kredit, BRI tercatat meningkatkan pembiayaan kegiatan usaha berkelanjutan dari Rp 550,4 triliun pada 2020 menjadi Rp 614,2 triliun pada 2021. Di sisi lain, dalam hal pendanaan bank, BRI telah menerbitkan sustainability bond atau obligasi berkelanjutan lingkungan pada tahun 2019 sebesar 500 juta dollar AS. Sampai akhir 2021, dana perolehan dari penerbitan bond tersebut telah dialokasikan untuk proyek yang berwawasan sosial sebesar 69 persen dan proyek berwawasan lingkungan sebesar 31 persen.
Selain aktivitas perkreditan dan pendanaan bank, penerapan ESG di BRI juga telah meliputi aspek operasional hingga sumber daya manusia. Hal ini diwujudkan melalui beberapa inisiatif, antara lain kalkulasi emisi karbon dari kegiatan operasional untuk mengukur dampak perusahaan terhadap lingkungan, penerapan kesetaraan jender di seluruh aktivitas operasional dan bisnis, serta penerapan manajemen keamanan siber dan privasi data nasabah. Penerapan ESG di BRI dioptimalisasi melalui pembentukan Divisi ESG yang bertanggung jawab pada implementasi ESG di perusahaan.