Separuh Lebih Pemudik Diprediksi Kunjungi Obyek Wisata
Momentum pelonggaran mobilitas pada hari raya Idul Fitri tahun ini diprediksi bakal mendongkrak kunjungan wisatawan domestik. Kementerian Pariwisata memperkirakan 48-56 juta orang akan berwisata pada libur Lebaran 2022.
Oleh
MEDIANA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif memperkirakan 48-56 juta orang dari 85 juta pemudik hari raya Idul Fitri tahun ini akan mengunjungi obyek-obyek wisata. Pemerintah daerah, penyelenggara jasa wisata, dan pengunjung diimbau untuk menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan kasus Covid-19.
”Tradisi mudik Lebaran biasanya membawa dampak signifikan terhadap sektor pariwisata. Pemudik akan berburu kuliner dan oleh-oleh. Kami optimistis, tempat-tempat wisata akan dipadati pengunjung mulai hari H sampai H+10 Lebaran,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno di sela-sela konferensi pers di Jakarta, Senin (11/4/2022).
Berdasarkan pengalaman 2019, katanya, sebesar 60-70 persen dari 30 juta pemudik mengunjungi tempat-tempat wisata. Kunjungan itu berdampak positif terhadap perekonomian setempat, mulai dari penginapan, restoran, sampai pusat oleh-oleh.
Terkait dengan itu, Kemenparekraf/Baparekraf mengeluarkan Surat Edaran (SE/1/KS.02.00/MK/2022) tentang Protokol Kesehatan dalam Penyelenggaraan Usaha Pariwisata selama bulan suci Ramadhan 1443 H/2022. Surat itu berisi beberapa imbauan. Pertama, usaha pariwisata penyelenggara buka puasa bersama wajib melaksanakan penerapan protokol kesehatan ketat dan menggunakan aplikasi Peduli Lindungi guna memudahkan penelusuran jika terjadi kasus Covid-19.
Imbauan kedua ditujukan kepada para gubernur, bupati, wali kota, serta asosiasi usaha pariwisata bersama dengan Satgas Covid-19 di daerah. Mereka diharapkan menggelar pengawasan dan pengendalian aktivitas usaha pariwisata.
”Imbauan ketiga ditujukan kepada para pelaku usaha pariwisata, seperti hotel, kafe, restoran, dan pusat perbelanjaan, agar tetap menyiapkan petugas di pintu masuk untuk mengarahkan setiap pengunjung memindai kode dengan aplikasi Peduli Lindungi dan mengecek suhu tubuh,” katanya.
Imbauan keempat ialah dalam menjalankan operasional tempat usaha, produk dan destinasi wisata agar tetap konsisten melaksanakan protokol kesehatan berbasis kebersihan, kesehatan, keamanan, dan kelestarian lingkungan (CHSE).
Sebelumnya Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM RI memperluas cakupan kebijakan pemberian bebas visa kunjungan serta visa kunjungan saat kedatangan/VoA khusus wisata. Sejak 6 April 2022, wisatawan asing dari 9 negara Asia Tenggara bisa masuk dengan bebas visa kunjungan, sementara VoA khusus wisata diberikan kepada orang asing dari 43 negara.
Sandiaga berharap kebijakan itu mampu mendongkrak kunjungan wisatawan asing selama libur Lebaran di destinasi-destinasi yang selama ini mengandalkan turis mancanegara, seperti Bali.
Pesanan naik
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedy saat dihubungi terpisah berpendapat, pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang mendorong industri pariwisata bangkit. Kebijakan itu, misalnya, peniadaan tes antigen sebagai syarat naik pesawat terbang dan VoA.
Kemudahan itu semestinya dimanfaatkan optimal oleh pelaku usaha jasa pariwisata dan ekonomi kreatif tanpa mengabaikan protokol kesehatan. ”Fasilitas tempat cuci tangan harus tetap ada. Penggunaan aplikasi Peduli Lindungi dan pakai masker juga harus tetap dijalankan,” ujarnya.
Dia mengatakan, GIPI juga memprediksi libur Lebaran 2022 akan digunakan warga berkunjung ke obyek-obyek wisata. Transaksi pemesanan layanan jasa pariwisata, termasuk penginapan, restoran, tiket masuk ke obyek wisata, diperkirakan naik 40 persen.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Haryadi B Sukamdani saat dihubungi terpisah mengatakan, pada Maret 2022, beberapa daerah sudah mengalami pemulihan okupansi kamar hotel dibandingkan dengan bulan yang sama tahun 2021. Daerah itu, misalnya, DKI Jakarta yang memiliki tingkat okupansi 40 persen pada Maret 2022, sedangkan setahun sebelumnya hanya 30 persen.
Pada masa Ramadhan biasanya okupansi hotel rendah. Apalagi, saat pandemi Covid-19. Akan tetapi, mulai tahun ini ada industri perhotelan di kabupaten/kota tertentu yang mencatatkan okupansi 70 persen. Misalnya, Bogor. Menurut dia, hal itu karena Bogor dekat dengan DKI Jakarta. Berbagai aktivitas memanfaatkan hotel, seperti buka puasa bersama dan rapat lembaga pemerintahan.
”Kabupaten/kota tujuan mudik akan terjadi lonjakan wisatawan. Okupansi hotel di sana tentu akan naik. Ini akan berbeda dengan DKI Jakarta atau Surabaya yang jadi asal pemudik,” katanya.
Lebih jauh, menurut Hariyadi, apabila berbagai kebijakan yang memudahkan pergerakan wisatawan dilanjutkan dan angka Covid-19 landai pasca-Lebaran, tingkat okupansi hotel akan perlahan pulih menuju kondisi sebelum pandemi Covid-19.
Hanya saja, dia dan Didien sependapat bahwa pelaku industri butuh dukungan pendanaan untuk bangkit. ”Selama pandemi, tidak semua pelaku hotel baik-baik saja. Mereka butuh pinjaman dari bank, tetapi sepertinya kesulitan memperolehnya,” ujar Hariyadi.