Banyak warga yang biasanya memanfaatkan momen Ramadhan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Kali ini kenaikan harga bahan pokok dan masih susahnya minyak goreng memupus harapan sebagian dari mereka.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·2 menit baca
Biasanya, Ramadhan bagi Firda (45) tak sekadar bulan suci. Setiap tahun, Ramadhan menjadi momen menambah penghasilan tambahan. Kepiawaiannya membuat beragam panganan dimanfaatkan untuk menjual aneka kue untuk berbuka puasa.
Namun tahun ini ia semangatnya menyambut Ramadhan tak sebesar tahun-tahun sebelumnya. Kelangkaan dan mahalnya minyak goreng seperti membuyarkan harapannya mendapat penghasilan tambahan.
Selama ini, Firda membantu suaminya mencari penghasilan tambahan dengan menerima pesanan kue. Sang suami, adalah penjaga toko dengan gaji Rp 2,5 juta per bulan. Pada bulan Ramadhan, Firda biasanya menuai pemasukan lebih banyak dengan berjualan penganan buka puasa setiap hari.
Biasanya dia membuat penganan khas, seperti jalangkote dan bikang doang. Ada pula roti goreng dengan aneka isian, dan beragam kue lain. Penganan ini memang favorit bagi warga Makassar setiap bulan Ramadhan.
”Sekarang dapat minyak saja susah. Kalaupun ada, harganya mahal. Mau menaikkan harga, bingung mau naik berapa. Untuk terima pesanan saja belakangan ini sudah saya batasi,” katanya.
Rosmiati, pedagang bawang merah di Pasar Terong, juga mengaku kena dampak akibat minyak goreng. Selama ini pelanggan tetapnya adalah pedagang bawang goreng dan beberapa pemilik warung makan yang menyediakan bawang goreng sebagai pelengkap makanan.
“Sejak minyak susah, yang datang ambil bawang juga sedikit. Jualan saya bawang, tapi kena dampak dari kelangkaan minyak goreng. Sekarang minyak ada, tapi harganya mahal. Tetap saja saya kena dampaknya,” katanya.
Seperti juga di berbagai daerah lain, kelangkaan minyak goreng dirasakan sudah dirasakan oleh warga di Makassar dan sekitarnya lebih dua bulan terakhir. Saat pemerintah memutuskan harga minyak goreng kemasan diserahkan pada mekanisme pasar, minyak goreng curah ataupun kemasan tersedia di pasar tetapi harganya melambung tinggi.
Menyiasati dengan membuat panganan rebus juga bukan solusi bagi pedagang yang telanjur mengkhususkan berjualan panganan yang digoreng.
Pemerintah Kota Makassar, misalnya, membuat festival rebus untuk mengajak warga berekreasi dengan makanan rebus. Festival ini digelar Minggu (27/3/2022), dengan tema hidup sehat dengan makanan rebus. Namun, hal ini juga dinilai tak cukup memberi solusi soal minyak goreng.
”Karena tetap banyak orang yang mencari kue-kue yang digoreng. Tak semua kue juga enak direbus. Ada yang jenisnya memang hanya cocok digoreng,” kata Firda.