Saham baru yang diterbitkan Bank BJB mengalami kelebihan permintaan mencapai 100,48 persen. Sementara Adaro Energy memperpanjang periode ”buy back” saham dari 22 Maret hingga 21 Juni 2022.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Rencana penambahan modal yang dilakukan PT Bank Pembangunan Daerah Jabar dan Banten Tbk atau Bank BJB disambut positif. Penerbitan saham baru atau right issue Bank BJB kelebihan permintaan.
Kelebihan permintaan itu mencapai 100,48 persen dari total penerimaan secara neto sebesar Rp 924,99 miliar. ”Kami akan terus memberikan kontribusi bagi perekonomian dan pembangunan di berbagai daerah di Indonesia,” kata Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi dalam paparan publik, Rabu (23/3/2022).
Kini, Bank BJB sudah ada di 14 provinsi. Menurut Yuddy, anak-anak usaha Bank BJB, seperti Bank BJB Syariah dan BJB Sekuritas, akan terus dikembangkan. Dengan demikian, anak-anak usaha dapat berkotribusi kepada kinerja Bank BJB secara maksimal.
Sepanjang tahun 2021, Bank BJB membukukan laba bersih sebesar Rp 2 triliun dengan laba sebelum konsolidasi sebesar Rp 2,6 triliun. Kredit bermasalah atau non performing loan mencapai 1,24 persen. Yuddy optimistis Bank BJB masih akan berkembang dan menjadi pemimpin pasar di wilayah operasionalnya. Bank BJB merupakan bank pembangunan daerah terbesar dan menjadi barometer bagi bank pembangunan daerah yang lain.
Sementara itu, emiten pertambangan PT Adaro Energy Indonesia Tbk akan memperpanjang periode pembelian balik saham atau buy back dari 22 Maret hingga 21 Juni 2022. Dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), Adaro menjelaskan, pada awalnya periode pembelian kembali akan selesai pada 23 Maret 2022, tetapi masih ada saham yang dapat dibeli balik berdasarkan ketentuan jumlah maksimal saham yang dapat dibeli balik.
Dalam keterbukaan tersebut, manajemen Adaro mengatakan bahwa perpanjangan itu tidak akan memberikan pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan karena saldo laba dan arus kas yang mencukupi untuk aksi korporasi tersebut.
Sementara itu, emiten lainnya, yakni PT XL Axiata Tbk, mengakuisisi saham PT Hypernet Indodata senilai Rp 321,3 miliar. Dari keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, XL Axiata telah menandatangani perjanjian pembelian saham bersyarat dengan beberapa pihak, yaitu Bridgefield Prime Investment Pte Ltd, Ameisys Global Technologies Pte Ltd, PT Mitra Indo Asia, dan PT Magna Karya Archipelago sebagai pemegang saham PT Hypernet.
Dengan akusisi saham tersebut, XL Axiata akan memegang 51 persen saham PT Hypernet dengan nilai transaksi Rp 321,3 miliar. Hypernet merupakan perusahaan penyedia jasa layanan pengelolaan sumber daya informasi dan teknologi.