Perkuat Daya Saing, Antarpelabuhan Didorong Saling Bersinergi
PT Meratus Line membuka layanan China Indonesia Express dengan rute Jakarta-Semarang-Surabaya-Qingdao-Shanghai, pada Senin (14/3/2022). Sejumlah produk dalam pelayaran tersebut di antaranya general cargo, palm oil.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Perusahaan pelayaran asal Indonesia, PT Meratus Line membuka layanan China Indonesia Express dengan rute Jakarta-Semarang-Surabaya-Qingdao-Shanghai, pada Senin (14/3/2022). Langkah ini merupakan kolaborasi untuk meningkatkan daya saing nasional. Di bawah satu kendali perusahaan induk, pelabuhan-pelabuhan PT Pelindo pun kini didorong saling melengkapi.
Peluncuran layanan yang dilakukan di Terminal Peti Kemas, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, itu dihadiri antara lain Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Direktur Utama PT Pelindo Arif Suhartono, CEO Meratus Farid Belboubab, dan President Commissioner Meratus Charles Menaro.
Sejumlah produk yang diangkut dalam pelayaran tersebut di antaranya general cargo, palm oil, papan barcore, dan furnitur, dengan volume lebih dari 1.000 twenty-foot equivalent unit (teus). Kapal dijadwalkan berangkat setiap dua pekan.
Budi mengatakan, daya saing pelayaran Indonesia yang kurang baik di kancah internasional, salah satunya disebabkan ketidakkompakan masing-masing pelabuhan. Selama ini, Indonesia lebih berperan sebagai pengumpan (feeder) sehingga perjalanan pelayaran niaga ke luar negeri melalui transhipment di negara tetangga, seperti Singapura.
"Mengangkut 1.000 (biayanya) pasti lebih murah daripada mengangkut 100. Dia (Singapura) berhasil mengumpulkan 1.000 itu. Kalau kompak, kita bisa ciptakan di sini (kolaborasi pelabuhan-pelabuhan). Yang dilakukan Meratus ini sulit, tetapi harus dilakukan," ujar Budi.
Budi menambahkan, ke depan, Pelabuhan Patimban di Kabupaten Subang, Jawa Barat, juga dapat dilibatkan. Menurutnya, kehadiran Patimban bukan untuk menyaingi, tetapi melengkapi pelabuhan-pelabuhan yang sudah ada.
Terwujudnya China Indonesia Express oleh Meratus juga tidak lepas dari merger yang telah dilakukan PT Pelindo. "Yang saya setujui dari merger ini supaya tidak ada rivalitas. Selama ini, pelabuhan-pelabuhan bersaing. Jadi, nanti produk dikumpulkan di Jakarta, lalu jalan. Spirit itu yang akan kita lakukan. Presiden minta lakukan itu agar daya saing ekonomi kita (secara nasional) meningkat," lanjutnya.
Tantangan pelayaran niaga di tingkat internasional, kata Budi, amatlah besar. Namun, ia tetap berharap ke depan, akan semakin banyak kolaborasi masyarakat pelayaran dan pelabuhan. Perusahaan-perusahaan pelayaran lain diharapkan juga terdorong untuk berani membuka pelayaran langsung ke negara-negara tujuan.
Kolaborasi
"Ke depan, kuncinya kolaborasi dan komitmen. Kalau hanya jadi feeder (pengumpan), angka keekonomian tidak tercapai. Harus jadi Hub. Saya siap bantu lobi. Saya akan roadshow ke beberapa para duta besar. Tak perlu ambisius. Setidaknya bisa kerja sama dengan China, Jepang, dan Korea," ujar Budi.
Meratus, yang didirikan pada tahun 1957 juga mengoperasikan pelayaran domestik dengan total 30 rute ke sejumlah daerah di Indonesia. Rute Indonesia-China melengkapi empat rute internasional yang udah ada sebelumnya, yakni Lampung-Singapura, Medan-Singapura, Jakarta-Singapura, dan Jakarta-Malaysia.
Direktur Utama PT Pelindo Arif Suhartono mengatakan, apa yang dilakukan Meratus sangatlah baik. Selama ini, kargo dari Jakarta ke wilayah Indonesia timur penuh, tetapi saat kembali sangat sedikit. Namun, jika membawa produk ekspor ke Jakarta, keseimbangan akan terbangun, yang juga pada akhirnya akan menekan biaya.
Upaya itu, kini didukung Pelindo yang kini sudah menjadi holding karena Pelindo 1 hingga Pelindo 4 telah dilebur. "Sekarang tak ada rivalitas. Fokus utama pelabuhan ialah untuk memperbaiki layanan, termasuk memperpendek waktu tunggu kapal di pelabuhan. (Waktu tunggu) di Makassar jika sebelumya dua hari kini jadi satu hari, juga Belawan. Bahkan Ambon dari sebelumnya lebih dari tiga hari kini sehari," kata Arif.
President Commissioner Meratus Charles Menaro, menuturkan pengiriman dari China lebih tinggi ketimbang muatan produk ekspor dari Indonesia ke China. Ketidakseimbangan itulah yang membuat freight atau biaya pengiriman menjadi tinggi.
"Saat masih ada Pelindo 1-4, semua memiliki cara pikir sendiri-sendiri. Ada kebanggan kalau bisa ekspor langsung, tetapi itu tak menguntungkan kalau dilihat secara nasional. Namun, agar produk mau dibawa ke Jakarta dulu, kita juga perlu memberi insentif," ucapnya.
CEO Meratus Farid Belboubab mengatakan, dengan ekosistem yang dipunya Meratus, pihaknya dapat mengumpulkan produk-produk ekspor dari daerah-daerah seperti Balikpapan, Ambon, Samarinda, dan Bitung untuk diekspor dalam satu pelayaran dari Jakarta ke China. Dengan demikian, layanan ini tak hanya untuk Jawa, tetapi juga pulau-pulau lain.
Diharapkan tumbuh
Direktur Lalu Lintas Dan Angkutan Laut Ditjen Perhubungan Laut Kemenhub, Capt Mugen Suprihatin Sartoto mengatakan, Kemenhub sebelumnya telah menyiapkan Indonesian Shipping Enterprise Alliance atau Indonesian SEA pada 2021. Itu sebagai upaya mengatasi lonjakan freigth akibat dampak pemberlakuan lockdown sejumlah negara.
"Namun, ide itu rupanya masih belum ada yang mau menangkap. Maka, kami bersyukur Meratus mau memulai sendiri investasi. Ini keberanian luar biasa karena tantangannya tidak mudah. Kami tetap akan dukung dan backup. Nantinya, diharapkan akan tumbuh atau diikuti perusahaan-perusahaan lain," ujar Mugen.
Menurutnya, situasi pelayaran internasional saat ini memang menantang. Saat terjadi kelangkaan kontainer, Menteri Perhubungan, kata Mugen, bahkan sudah bersurat ke sejumlah Main Line Operator (MLO) atau perusahaan pelayaran asing agar dialokasikan untuk produk-produk Indonesia. Namun, pemerintah tak bisa intervensi karena murni bisnis.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) Jepara Raya, Antonius Suhandoyo, saat dihubungi, mengatakan, saat ini, freight relatif sudah menunjukkan indikasi melandai. Namun, untuk mencapai biaya semula kemungkinan bakal sulit.
Ia mencontohkan, biaya ke Eropa sempat melonjak dari sekitar 10.000-13.000 dollar AS per kontainer ukuran 40 HC, menjadi 18.000-19.000 dollar AS. Namun, kini berada di kisaran 14.000-15.000 dollar AS.
Menurutnya, sebelumnya para pengusaha memang telah mendorong pemerintah untuk membantu mencari solusi terkait lonjakan biaya itu. Namun, di sisi lain, tatanan pelayaran internasional memang sudah sangat sulit diubah. "Kini, sebenarnya yang kami harapkan G20 menjadi momentum untuk membicarakan ini. Meski memang pasti ujungnya ini terkait bisnis, tetapi bisa lewat cara diplomasi," kata dia.