Dari Rugi di Tahun 2020, PT Timah Cetak Laba Tahun Lalu
PT Timah Tbk membukukan laba bersih Rp 1,3 triliun meski pendapatannya turun 4 persen menjadi Rp 14,6 triliun tahun lalu. Turunnya beban pokok pendapatan membuat emiten pertambangan itu membukukan laba.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Emiten badan usaha milik negara di sektor pertambangan, PT Timah Tbk, membukukan pendapatan yang melemah pada tahun 2021. Meski demikian, PT Timah masih mencetak pertumbuhan laba. Sementara emiten lainnya, yakni PT Wijaya Karya Beton Tbk, mencatatkan penurunan laba.
Laba bersih PT Timah Tbk mencapai Rp 1,3 triliun. Situasi itu berbanding terbalik dibandingkan dengan situasi pada tahun 2020 saat perseroan merugi Rp 340,5 miliar. Dari laporan yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (14/3/2022), meski mencatatkan laba, pendapatan PT Timah justru turun 4 persen dari Rp 15,21 triliun menjadi Rp 14,6 triliun.
Beban pokok pendapatan PT Timah turun lumayan dalam, yakni mencapai 20,7 persen, dari Rp 14,09 triliun menjadi Rp 11,17 triliun. Sementara laba kotornya naik 206,6 persen dari Rp 1,11 triliun tahun 2020 menjadi Rp 3,43 triliun pada 2021.
Pendapatan PT Timah masih ditopang oleh penjualan logam timah senilai Rp 12,38 triliun, lalu tin chemical Rp 1,06 triliun, batubara Rp 468,3 miliar, tin solder Rp 221,8 miliar, dan nikel Rp 163 miliar. Sebagian besar bahan tambang tersebut, Rp 13,46 triliun diekspor dan penjualan lokal hanya sebesar Rp 1,13 triliun.
Badan usaha milik negara (BUMN) lainnya, yakni PT Wijaya Karya Beton Tbk, mencatatkan penurunan pendapatan usaha sepanjang 2021. Laba bersihnya juga turun. Hingga 31 Desember 2021, pendapatan usaha Wijaya Karya Beton mencapai Rp 4,3 triliun atau turun sekitar 10 persen dibandingkan dengan pencapaian tahun 2020 yang mencapai Rp 4,8 triliun.
Sementara laba bersih Wijaya Karya Beton turun 35 persen dari Rp 128 miliar pada tahun 2020 menjadi Rp 82,9 miliar pada tahun 2021. Adapun laba kotornya menyusut 27 persen dari Rp 309,5 miliar tahun 2020 menjadi Rp 225,4 miliar pada 2021, sementara beban pokok pendapatan turun 9 persen dari Rp 4,49 triliun menjadi Rp 4,08 triliun.
Akan tetapi, BUMN karya ini optimistis dapat membukukan kinerja yang lebih baik pada tahun ini. Hal itu tecermin dari kontrak-kontrak baru yang berhasil didapatkan Wijaya Karya Beton, yakni mencapai Rp 5,2 triliun atau melampaui target Rp 4,8 triliun.
Analis Mirae Asset Sekuritas, Joshua Michael, mengatakan, Wijaya Karya Beton berhasil membukukan kontrak baru Rp 5,2 triliun atau naik 21,9 persen dibandingkan dengan tahun lalu. ”Tetapi (capaian itu) lebih rendah daripada ekspektasi kami, yakni Rp 6 triliun. Kami memangkas estimasi kontrak tahun 2022 dari Rp 6,6 triliun menjadi Rp 6 triliun. Oleh karena itu, kami mungkin akan merevisi pendapatan dan laba bersih pada 2022-2023,” kata Joshua dalam risetnya.