Sejumlah emiten yang sahamnya tercatat di sejumlah bursa dunia ikut ”menjatuhkan” sanksi terhadap Rusia. Apple, Ford, dan Dell di bursa Nasdaq dan New York, misalnya, mengumumkan penghentian penjualan ke Rusia.
Oleh
JOICE TAURIS SANTI
·3 menit baca
Sanksi ekonomi terhadap Rusia, yang menyerang Ukraina pekan lalu, tidak hanya dijatuhkan oleh pemerintahan yang mendukung Ukraina. Emiten-emiten besar yang sahamnya tercatat di sejumlah bursa efek, terutama di bursa Amerika Serikat dan Eropa, ikut ”menjatuhkan” sanksi terhadap Rusia.
Rusia memang merupakan produsen energi besar, menempati urutan produsen minyak ketiga terbesar, produsen gas terbesar kedua, juga merupakan negara dengan kekuatan ekonomi nomor 12 di dunia.
”Walaupun demikian, emiten-emiten energi tidak tinggal diam melihat serangan Rusia ke Ukraina. ExxonMobil, BP, Shell, dan Equinor memutuskan keluar dari Rusia. Exxon meninggalkan aset sekitar 4 miliar dollar AS di Rusia. Di bursa New York, saham Exxon tetap naik 1,75 persen setelah keputusan tersebut diumumkan. Dalam 12 bulan terakhir, saham Exxon sudah naik 40 persen.
Emiten bursa London, BP Plc, keluar dari perusahaan minyak Rusia, Rosneft PJSC, setelah 30 tahun bermitra. BP merupakan salah satu perusahaan minyak yang menjadi pionir di Rusia sekaligus menjadi investor asing terbesar di Rusia.
Para analis memperkirakan, BP berpotensi kehilangan 25 miliar dollar AS karena langkah tersebut. Belum jelas apakah BP akan menjual sahamnya di Rosneft yang sebesar 19,75 persen atau hanya akan meninggalkannya. Kalaupun mencari investor baru, investor itu harus berhitung kesulitan saat ini jika bermitra dengan Rosneft.
Di lihat dari laporan keuangan BP, perusahaan minyak Inggris itu menerima dividen sekitar 640 juta dollar AS setiap tahun dari Rosneft, dari total arus kas BP yang sebesar 23,6 miliar dollar AS. Saham BP anjlok 6,6 persen di bursa London setelah manajemen mengumumkan langkah tersebut, sementara saham BP yang tercatat di bursa New York turun 8,4 persen.
Perusahaan Inggris lain, Shell, juga keluar dari kerja samanya dengan Gazprom, termasuk proyeknya di Rusia, Sakhalin-2. Shell memiliki 27,5 persen saham di Sakhalin-2. Adapun saham Shell Plc yang tercatat di Bursa London tidak banyak bergerak setelah keputusan tersebut. Selain faktor pemutusan hubungan bisnis dengan Rusia, saham-saham perusahaan minyak terus naik karena kelangkaan pasokan minyak yang menyebabkan harga minyak melejit di atas 100 dollar AS per barrel.
Tekanan tidak hanya dilakukan oleh perusahaan minyak yang merupakan bisnis utama Rusia, tetapi juga perusahaan pada sektor lainnya. Rusia menjadi lebih terbuka dan menjadi pasar bagi berbagai macam produk yang dihasilkan oleh perusahaan multinasional, mulai dari mobil mewah hingga baju dan film. Perusahaan-perusahaan itu juga sudah mulai menghentikan pasokannya ke Rusia.
Apple Inc, Ford Motor C, dan Dell Tecnologies hanyalah beberapa emiten dari bursa Nasdaq dan New York yang sudah mengumumkan menghentikan penjualan ke Rusia. Para investor tampaknya maklum karena saham-saham mereka justru menguat setelah pengumuman tersebut. Potensi kerugian atau berkurangnya angka penjualan setelah emiten tersebut memutuskan untuk tidak berjualan di pasar Rusia seolah tidak menjadi persoalan bagi para investor.
Produsen mobil Jerman, BMW, juga sudah menyatakan menghentikan produksi di pabrik Rusia dan ekspor ke Rusia. Tahun lalu, BMW merakit 12.000 unit mobil di pabrik Rusia.
Tidak hanya barang primer dan sekunder, Rusia juga akan kehilangan pasokan hiburan. The Walt Disney Company, Sony, dan Warner Bros, hingga Paramount Pictures juga menunda filmnya di pasar Rusia. Rakyat Rusia belum dapat menikmati film Turning Red,The Batman, the Lost City, hingga Sony the Hedgehog 2.
Berdasarkan data dari Comscore, bagi produsen film Amerika, penjualan tiket di Rusia hanya sekitar 3 persen dari penjualan tiket global. Pada 2021, para produsen film Hollywood mengantongi 601 juta dollar AS dari penjualan di Rusia dari total hasil penjualan tiket sebesar 21,4 miliar dollar AS secara keseluruhan. Saham Disney di Wall Street malahan naik 1,47 persen setelah pengumuman tersebut.
Kekuatan korporasi ini semakin besar seiring dengan semakin banyaknya perusahaan yang melawan serangan Rusia. Daftar korporasi yang ”menghukum” Rusia akan bertambah panjang jika penyelesaian konflik tidak kunjung terlaksana.