RI-Inggris Jajaki Buat Perjanjian Perdagangan Bebas
Selepas Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit), Indonesia dan Inggris perlu membuat komitmen perdagangan dan investasi yang baru. Salah satu komitmen ke depan yang akan dicapai adalah perjanjian perdagangan bebas (FTA).
Oleh
Hendriyo Widi
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia dan Inggris berkomitmen untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Salah satu upayanya melalui perjanjian perdagangan bebas (free trade agreement/FTA). Pengembangan energi baru terbarukan dan teknologi serta perdagangan produk makanan-minuman juga akan menjadi sasaran utama kerja sama kedua negara tersebut.
Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi, Rabu (23/2/2022), mengatakan, selepas Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit, Indonesia dan Inggris perlu membuat komitmen perdagangan dan investasi yang baru. Salah satu komitmen ke depan yang akan dicapai adalah FTA.
Kedua negara telah membentuk Komite Ekonomi dan Perdagangan Bersama (Joint Economic and Trade Committee/Jetco) dengan menandatangani nota kesepahaman pada April 2021. Dalam pertemuan perdana Jetco ini, RI-Inggris membentuk dua kelompok kerja sektoral, yakni kelompok kerja sektor makanan-minuman dan pertanian serta kelompok kerja energi baru terbarukan dan ekonomi hijau.
”Pembentukan dua kelompok kerja sektoral itu merupakan langkah awal setelah kedua negara mengidentifikasi sektor-sektor potensial untuk dikerjasamakan. Setelah pertemuan ini, saya berharap kedua kelompok kerja sektoral itu dapat segera bertemu dan mendiskusikan peluang kerja sama yang konkret,” kata Lutfi dalam telekonferensi pers di Jakarta bersama Menteri Perdagangan Internasional Inggris Anne-Marrie Trevelyan.
Dalam pertemuan pertama Jetco itu, delegasi Indonesia untuk kelompok kerja sektor makanan-minuman dan pertanian dipimpin oleh Kementerian Pertanian. Sementara untuk kelompok kerja sektor energi baru terbarukan dan pertumbuhan ekonomi hijau dipimpin oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.
Selepas Inggris keluar dari Uni Eropa atau Brexit, Indonesia dan Inggris perlu membuat komitmen perdagangan dan investasi yang baru. Salah satu komitmen ke depan yang akan dicapai adalah FTA.
Menurut Lutfi, peluang kerja Indonesia di bidang investsi juga terbuka lebar. Indonesia berharap Inggris mengembangkan investasi di sektor ekonomi hijau dan teknologi.
Ia juga berharap agar Inggris terlibat dalam forum G-20 di bawah kepemimpinan Indonesia. Banyak peluang untuk meningkatkan kolaborasi perdagangan dan investasi, terutama dalam forum kelompok kerja industri.
Dalam kesempatan itu, Anne-Marie Trevelyan menyatakan, Inggris tertarik mengembangkan kerja sama dengan Indonesia di sektor energi baru terbarukan dan industri makanan-minuman. Indonesia memiliki sumber daya alam yang besar sehingga potensi pertumbuhan energi terbarukannya sangat besar.
Di sisi lain, perusahaan-perusahaan Inggris kuat dalam pengembangan teknologi. Oleh karena itu, Inggris tertarik untuk membantu pengembangan teknologi di Indonesia guna mewujudkan pertumbuhan ekonomi hijau.
”Kerja sama untuk produk makanan-minuman dan pertanian juga berpeluang ditingkatkan. Kami akan bekerja sama untuk mengidentifikasi berbagai hambatan pasar sehingga perdagangan dan kemitraan kedua negara dapat ditingkatkan,” katanya.
Kementerian Perdagangan RI mencatat, total perdagangan Indonesia-Inggris pada 2021 mencapai 2,6 miliar dollar AS. Ekspor Indonesia ke Inggris tercatat 1,5 miliar dollar AS dan impor Indonesia dari Inggris 1,1 miliar dollar AS.
Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Inggris pada 2021 adalah produk pertukangan dan bahan bangunan rumah dari kayu, alas kaki, minyak kelapa sawit mentah (CPO) dan turunannya, serta kayu lapis. Adapun impor utama Indonesia dari Inggris adalah kertas karton, sisa dan skrap fero dari besi dan baja, obat-obatan, perangkat listrik untuk jaringan telepon, serta keran, klep, dan katup pipa.
Sementara itu, nilai investasi Inggris di Indonesia pada 2021 sebesar 7,1 miliar dollar AS. Dalam Konferensi Para Pihak tentang Perubahan Iklim ke-26 (COP 26) di Glasgow, Skotlandia, pada November 2021, Indonesia mendapatkan komitmen investasi dari sejumlah perusahaan Inggris senilai total 9,29 miliar dollar AS.
Investasi itu terutama untuk mendukung percepatan transisi energi dan ekonomi hijau di Indonesia. Selain itu, investasi tersebut juga akan menyasar program-program penanganan perubahan iklim, termasuk pemulihan hutan dan keanekaragaman hayati di Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden Joko Widodo juga bertemu dengan Perdana Menteri Inggris Boris Johnson. Jokowi menyampaikan minat Indonesia untuk memfokuskan kerja sama dengan Inggris di bidang ekonomi hijau dan teknologi yang merupakan kunci dari transisi ekonomi.
Jokowi juga bertemu dengan sejumlah CEO perusahaan besar Inggris. Ia menyampaikan, Indonesia membuka diri terhadap investasi dan berharap agar para investor mengakselerasi komitmen investasi di Indonesia. Dalam forum itu, Jokowi juga berharap pendanaan adaptasi sebesar 100 miliar dollar AS dari negara maju dapat segera dipenuhi guna mempercepat upaya penanganan perubahan iklim (Kompas, 2/11/2021).