Bertemu Presiden, Bank Dunia Soroti Pemulihan Ekonomi dan Pemerataan Vaksin
Dukungan internasional diperlukan dalam transisi energi. Mendorong dunia bangkit dari pandemi Covid-19 juga memerlukan kesepakatan bersama secara global. Itulah inti pertemuan Presiden Jokowi dan Bank Dunia di Jakarta.
Oleh
NINA SUSILO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemulihan dunia dari pandemi Covid-19 menjadi bahasan dalam pertemuan Presiden Joko Widodo dan sejumlah pemimpin Bank Dunia, Rabu (16/2/2022), di Istana Merdeka, Jakarta. Kenaikan harga pangan dunia dan akses vaksin yang belum merata adalah yang tantangan pemulihan ekonomi dan penanganan pandemi Covid-19.
Para pemimpin Bank Dunia yang diterima Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu pagi, adalah Managing Director of Operations Axel van Trotsenburg, Vice President East Asia and Pasific Region Manuela V Ferro, dan Country Director Indonesia Satu Kahkonen. Mereka akan menghadiri pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dalam pertemuan G-20, Kamis (17/2/2022).
Hadir mendampingi Presiden Jokowi, selain Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Selain isu-isu terkait dengan Covid-19 dan beberapa isu yang diangkat dalam Presidensi Indonesia pada G-20, seperti transisi energi dan lingkungan, didiskusikan pula masalah kawasan, seperti Myanmar dan Afghanistan. ”Area yang dibicarakan tadi sedikit mengenai Covid-19, kemudian energy transition mechanism, masalah mangrove, ibu kota, dan sampai pada Myanmar juga,” ujar Luhut dalam keterangan seusai pertemuan.
Sri Mulyani menjelaskan, Bank Dunia memberikan dukungan terhadap agenda-agenda G-20 di Indonesia. Kepemimpinan Indonesia pada G-20 yang didukung oleh dunia internasional memegang peranan penting dalam upaya pemulihan ekonomi global selepas pandemi.
Banyak negara yang masih tertinggal dan itu tentu perlu mendapatkan perhatian agar tema Indonesia ’Recover Together, Recover Stronger’ itu bisa betul-betul terjadi.
”Banyak negara yang masih tertinggal dan itu tentu perlu mendapatkan perhatian agar tema Indonesia ’Recover Together, Recover Stronger’ itu bisa betul-betul terjadi,” ujarnya.
Namun, hal ini memerlukan dukungan semua negara G-20 dan lembaga-lembaga internasional. Negara-negara berpendapatan rendah menghadapi tantangan berat dalam memulihkan kondisi ekonominya. Selain itu, vaksinasi juga masih menjadi masalah untuk beberapa negara. Karena itu, Indonesia berharap akses vaksin di wilayah Afrika bisa ditingkatkan.
Presiden Joko Widodo juga menyampaikan keprihatinannya pada kenaikan harga pangan dunia. Sebab, hal ini bisa mengancam pemulihan ekonomi global dan ketahanan pangan dunia.
Ketahanan pangan dan ekonomi hijau
Presiden Joko Widodo berharap pemulihan ekonomi dunia tidak terganggu kenaikan harga pangan yang akan semakin membebani masyarakat. Karena itu, diperlukan kesepakatan global mengenai ini.
Bank Dunia, menurut Sri Mulyani, membuat studi mengenai keamanan pangan baik terkaitdengan rantai persediaan dan kebijakan di bidang ini. Hal ini dinilai akan membantu Indonesia dalam memosisikan kebijakan di dalam negeri.
Isu transisi energi yang menjadi salah satu topik Presidensi Indonesia di G-20 juga dibahas. Indonesia dinilai bisa menjadi contoh dalam menjalankan Kesepakatan Paris dan menurunkan karbon.
”Tapi, itu semua hanya bisa berjalan sesuai ambisi net zero (carbon) di dunia kalau dunia internasional mendukung Indonesia,” ujar Sri Mulyani.
Tapi, itu semua hanya bisa berjalan sesuai ambisi net zero (carbon) di dunia kalau dunia internasional mendukung Indonesia.
Indonesia saat ini sudah memiliki mekanisme untuk membentuk harga karbon, pasar karbon, dan pajak karbon. Selain itu, Indonesia membangun pembangkit listrik dari energi baru terbarukan.
Namun, semua ini perlu disampaikan pada forum internasional untuk mendapat dukungan, baik dari sisi pendanaan maupun kerangka kebijakan. Dengan demikian, semua berjalan baik.
Lebih jauh, Presiden Jokowi menekankan komitmen Indonesia sangat kuat dalam pembangunan energi baru terbarukan dan transisi energi. Namun, pembiayaan diakui sangat penting. Oleh karena itu, diharapkan Bank Dunia dan dunia internasional membuktikan dukungannya.
Bank Dunia juga memberikan dukungan untuk program penanaman kembali hutan mangrove di Indonesia. Menurut Sri Mulyani, program tersebut bisa menjadi salah satu contoh upaya Indonesia dalam penanganan dampak perubahan iklim. Apalagi, selama tiga tahun ini, Indonesia mampu menjaga hutan dari kebakaran. Sementara beberapa negara lain masih menghadapi masalah ini.
Myanmar dan Afghanistan
Masalah kemanusiaan di Myanmar dan Afghanistan juga dibahas dalam pertemuan dengan para pemimpin Bank Dunia. Presiden Jokowi, kata Luhut, sangat memperhatikan masalah ini.
Sri Mulyani menambahkan, Indonesia berhubungan dengan Myanmar dalam konteks ASEAN dan bilateral. Selain itu, hubungan militer kedua negara juga sangat penting.