JAKARTA, KOMPAS — Pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini diperkirakan berkisar minus 1,5 persen hingga minus 3 persen. Kecepatan Indonesia menangani pandemi Covid-19 menentukan kecepatan dalam memulihkan ekonomi, yang dimungkinkan tumbuh positif pada 2021.
Adapun kontraksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III dan IV-2020 diperkirakan tidak sedalam triwulan II-2020.
”Pertumbuhan ekonomi Indonesia dari sekarang sampai akhir tahun 2020 kami prediksikan juga masih akan terkontraksi,” kata Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal, di Jakarta, Kamis (17/9/2020), dalam seminar daring ”Potensi Pemulihan Ekonomi dan Urgensi Stimulus UMKM”.
Perekonomian Indonesia triwulan II-2020 terkontraksi 5,32 persen. Pada triwulan IV-2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih 2,97 persen.
Menurut Faisal, resesi jangan hanya dilihat soal definisinya, tetapi juga menyangkut kecenderungannya. Ada resesi yang trennya makin baik dari triwulan ke triwulan, tetapi ada yang makin buruk.
”Pengamatan kami, sampai sekarang, walaupun masih akan ada kontraksi di triwulan-triwulan ke depan, makin lama makin reda,” ujarnya.
CORE Indonesia berpendapat, langkah yang harus dilakukan tahun ini adalah mengupayakan agar kontraksi tidak terlalu dalam. Ada kemungkinan ekonomi Indonesia tumbuh positif di tahun 2021. ”Namun, seberapa cepat pemulihannya tergantung kecepatan penanggulangan wabah,” kata Faisal.
Baca juga: Berpacu Melawan Resesi
Pada kondisi seperti sekarang, gelombang kebangkrutan usaha dan lonjakan pengangguran harus dicegah dengan stimulus bagi pelaku usaha dan bantuan sosial. Target penerima manfaat dapat diperluas, tetapi prioritas utama tetap harus kalangan paling rentan, yakni golongan miskin, usaha mikro, dan sektor informal.
Langkah yang harus dilakukan tahun ini adalah mengupayakan agar kontraksi tidak terlalu dalam.
Menurut Faisal, stimulus usaha dan bantuan sosial tersebut juga harus dipertahankan selama masih ada tekanan ekonomi. ”Sampai kondisi ekonomi pulih, yang kami perkirakan setidaknya sampai tahun 2021,” kata Faisal.
Perbankan
Direktur Riset CORE Indonesia Piter A Redjalam menuturkan, kondisi kinerja perbankan selama pandemi Covid-19 masih relatif baik. ”Memang NPL (rasio kredit bermasalah) meningkat, tetapi masih dalam kisaran aman. CAR atau rasio permodalan bank juga masih aman,” katanya.
Menurut Piter, kinerja perbankan selama pandemi Covid-19 tidak lepas dari upaya pemerintah dan otoritas, khususnya Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan, dalam merespons kondisi di tengah pandemi.
Kebijakan yang dinilainya paling dominan adalah pelonggaran restrukturisasi. ”Bank diberi kesempatan melakukan restrukturisasi kredit dengan persyaratan yang lebih longgar,” ujarnya.
Peran perbankan dalam membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di tengah pandemi, antara lain, diwujudkan dalam restrukturisasi kredit serta subsidi bunga dan bantuan lain yang diberikan pemerintah melalui perbankan.
Baca juga: Peluang Meminimalkan Resesi
Ekonom CORE Indonesia, Akhmad Akbar, menambahkan, bantuan bagi UMKM sangat penting di tengah pandemi Covid-19. ”Bukan hanya untuk menyelamatkan UMKM itu sendiri, melainkan juga untuk menyelamatkan perekonomian Indonesia,” katanya.
Bantuan bagi UMKM sangat penting di tengah pandemi Covid-19.
Secara terpisah, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia mengatakan, kekuatan UMKM akan menentukan kesejahteraan Indonesia. Hal ini terkait kemampuan UMKM menciptakan lapangan kerja. ”Apalagi, kontribusi UMKM sekitar 60 persen terhadap perekonomian nasional,” katanya.