BRI Bukukan Laba Rp 32,22 Triliun, Kredit Mikro Tetap Jadi Penopang
BRI membukukan laba bersih Rp 32,22 triliun sepanjang tahun lalu. Capaian itu ditopang oleh kinerja penyaluran kredit untuk segmen usaha mikro yang tumbuh 12,98 persen secara tahunan pada 2021.
Oleh
BENEDIKTUS KRISNA YOGATAMA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI membukukan laba bersih Rp 32,22 triliun pada tahun 2021 atau tumbuh 75,53 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Penyaluran kredit mikro tumbuh 12,98 persen secara tahunan dan tetap menjadi penopang kinerja keuangan dan bisnis bank dengan aset terbesar di Indonesia tersebut.
”BRI melanjutkan aspirasi untuk menjadi champion untuk penyaluran kredit segmen mikro dan usaha kecil menengah. Penyaluran kredit berkontribusi pada kinerja keuangan kami,” ujar Direktur Utama BRI Sunarso dalam jumpa pers paparan kinerja 2021 BRI, Kamis (3/2/2022).
Sunarso menambahkan, selain pertumbuhan kredit mikro, penyaluran kredit BRI secara keseluruhan bertumbuh 7,16 persen secara tahunan (yoy). Tak hanya segmen mikro, seluruh segmen kredit BRI mencatatkan pertumbuhan, antara lain penyaluran kredit untuk segmen konsumber yang tumbuh 3,97 persen, segmen kecil dan menengah dengan pertumbuhan 3,55 persen, serta segmen korporasi dengan pertumbuhan 2,37 persen.
Selain pertumbuhan kredit, laba BRI juga ditopang oleh pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), yakni mencapai 7,14 persen secara tahunan. Dana murah (current account saving account/CASA) pun tumbuh 11,18 persen secara tahunan. Hal ini ikut mendorong penurunan biaya bunga.
Dari sisi manajemen risiko, BRI berhasil menjaga kualitas kredit yang disalurkan. Hal itu tecermin dari rasio kredit macet (non-performing loan/NPL) yang terjaga di level 3,08 persen dengan NPL coverage sebesar 278,14 persen.
Kualitas kredit BRI yang masih terjaga itu diikuti kondisi restrukturisasi kredit BRI yang saat ini melandai. Hingga akhir Desember 2021, restrukturisasi BRI tercatat Rp 156,93 triliun atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan total akumulasi restrukturisasi yang mencapai Rp 245,22 triliun.
Konsolidasi
Kinerja positif BRI itu juga menjadi pendorong kinerja grup BRI secara keseluruhan atau BRI secara konsolidasi. Pada tahun 2021, grup BRI semakin berkembang dengan bergabungnya PT Pegadaian (Persero) dan PT Permodalan Nasional Madani (Persero). Ketiganya bergabung untuk menjadi holding penyaluran ultramikro yang diketuai oleh BRI.
Sampai Desember 2021, aset konsolidasi BRI tercatat Rp 1.678,10 triliun atau tumbuh 4,23 persen secara tahunan. Untuk total kredit dan pembiayaan grup BRI mencapai Rp 1.042,87 triliun. Segmen mikro mendominasi penyaluran kredit dan pembiayaan BRI dengan nilai Rp 483,89 triliun, lalu diikuti segmen kecil dan menengah Rp 240,35 triliun, segmen korporasi Rp 168,27 triliun, dan segmen konsumer Rp 150,35 triliun.
”Proporsi kredit UMKM BRI pun terus merangkak naik, di mana 83,86 persen dari total kredit BRI disalurkan ke segmen UMKM. Angka ini meningkat dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan BRI akan terus meningkatkan proporsi tersebut hingga mencapai 85 persen pada 2024,” ujar Sunarso.
BRI juga menyalurkan kredit pada bisnis berkelanjutan yang menerapkan aspek pengelolaan lingkungan, sosial, dan tata kelola (environmental, social, and governance/ESG). Sepanjang 2021, kredit ESG BRI mencapai Rp 617,8 triliun atau 65,5 persen dari total kredit. Angkat tersebut tumbuh 12,2 persen secara tahunan.
Direktur Kepatuhan BRI Achmad Solichin Lutfiyanto menjelaskan, penyaluran kredit ESG tersebar ke berbagai sektor, antara lain sektor energi baru terbarukan, transportasi publik seperti LRT/MRT, dan pembangunan gedung ramah lingkungan (green building).
Solichin menambahkan, penerapan ESG tak hanya sebatas penyaluran kredit, tetapi juga pengelolaan di dalam internal BRI. Pihaknya membuat tim khusus di bawah direktur kepatuhan yang secara khusus mengelola dan mengembangkan praktik ESG.
Melanjutkan kinerja positif 2021, pada tahun ini BRI menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit sebesar 9 persen dengan NPL yang diharapkan terjaga pada kisaran 2,8-3 persen. ”Target bisnis ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia yang akan terus membaik di tahun 2022,” ujar Sunarso.