Atasi Ketergantungan Impor Kedelai, Kacang Koro Pedang Dikembangkan di Sumedang
Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengembangkan kacang koro pedang atau ”Canavalia ensiformis” seluas 100 hektar di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Komoditas ini diharapkan menjadi alternatif kedelai.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
SUMEDANG, KOMPAS — Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah mengembangkan kacang koro pedang (Canavalia ensiformis)sebagai bahan baku pembuatan tempe dan tahu. Komoditas ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor kedelai. Kolaborasi koperasi petani, perbankan, dan pemerintah pun dilakukan untuk mendukung program ini.
Pengembangan komoditas ini ditandai dengan acara penanaman kacang koro pedang bersama Koperasi Paramasera di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, Senin (24/1/2022). Turut hadir Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, pengurus Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti), dan pengurus Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo).
”Kita selama ini makan tempe dan tahu sebagai sumber protein, tapi ironisnya kedelai ini diimpor 2,5 juta sampai 3 juta ton per tahun. Kacang koro punya potensi sebagai substitusi impor (kedelai),” ujar Teten. Ia mencontohkan, 1 hektar lahan bisa menghasilkan 5 ton per kacang koro pedang.
Tingkat produktivitas komoditas ini hampir tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan kedelai. Menurut Teten, untuk mencapai 1 juta ton koro pedang dibutuhkan lahan 200.000-250.000 hektar. Kacang ini bisa ditanam di beragam jenis tanah, seperti lahan kering, lempung, liat, dan berpasir.
Sebagai pengembangan perdana tahun 2022, kacang ini ditanam seluas 100 hektar di Sumedang. Selanjutnya, pihaknya akan memperluas area tanam koro pedang. Adapun potensi lahan di daerah itu mencapai 1.000 hektar. Program ini diharapkan menjadi salah satu komoditas strategis penunjang ketahanan pangan Tanah Air.
Teten mengatakan, petani tidak perlu khawatir hasil panennya tidak laku. Koperasi, lanjutnya, akan menjadi offtaker atau penjamin. ”Jadi, ada kepastian bagi para petani bahwa yang mereka tanam akan terserap. Bapak Presiden (Joko Widodo) bahkan sudah mencoba ini dan tertarik dalam pengembangan ekosistem kacang koro pedang,” ujarnya.
Keberadaan koperasi yang menyerap kacang koro itu diharapkan memudahkan petani mengakses kredit usaha rakyat (KUR). Saat ini, lanjutnya, Bank BNI Cabang Sumedang telah membuat nota kesepahaman dengan pengurus koperasi. Teten berharap perbankan di daerah lain dapat melakukan hal serupa.
”Pengurus koperasi harus dapat menyusun model bisnis budidaya kacang koro dari hulu ke hilir sehingga industrialisasi kacang koro juga didukung pembiayaan dari LPDB-KUMKM (Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah),” paparnya. Upaya itu, menurut dia, merupakan kolaborasi pemerintah, perbankan, dan petani.
Bupati Sumedang Dony Ahmad Munir mendukung program pengembangan kacang koro pedang. Pihaknya tengah memetakan lahan yang bisa dimanfaatkan. ”Ini merupakan langkah yang tepat menyejahterakan petani. Kami sedang petakan dan sediakan lahan 100 hektar di tahun ini dan tahun depan kita sediakan sekitar 800 hektar,” katanya.
Ketua Koperasi Paramasera Agus Somamihardja mengatakan, pengembangan kacang koro pedang ini dapat memenuhi 50 persen kebutuhan kedelai dalam negeri. Hal ini diklaim membuat Indonesia mampu berhemat sampai dengan Rp 8 triliun dalam satu tahun karena mengurangi impor kedelai.
Kacang koro pedang yang telah ada sejak dulu, katanya, juga punya kandungan karbohidrat sebanyak 50 persen dan protein hingga 27 persen. Hasil olahan komoditas ini bisa menjadi tepung, susu, tempe, dan lain-lain. ”Ini juga bisa menjadi jawaban dari permasalah stunting (tengkes) di Indonesia,” ungkapnya.