Presiden Targetkan 57 Bendungan Tuntas Dibangun hingga Akhir 2024
Bendungan Bintang Bano di Sumbawa Barat, NTB, yang diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, hari ini, menjadi bendungan ke-29 yang tuntas dibangun pemerintahan Joko Widodo sejak 2015.
Oleh
Cyprianus Anto Saptowalyono/Ismail Zakaria
·4 menit baca
SUMBAWA BARAT, KOMPAS — Ketersediaan air di seluruh provinsi merupakan kunci untuk mewujudkan ketahanan, kemandirian, dan kedaulatan pangan. Hal ini menjadi alasan pemerintah membangun banyak bendungan. Hingga akhir 2024, diharapkan total 57 bendungan selesai dibangun di seluruh Tanah Air.
Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo saat memberikan sambutan pada peresmian Bendungan Bintang Bano di Bangkat Monteh, Kecamatan Brang Rea, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (14/1/2022).
”Bendungan Bintang Bano ini adalah bendungan ke-29 yang telah kita resmikan sejak 2015. Insya Allah, nanti, pada akhir 2024, total bendungan yang akan diselesaikan adalah 57 bendungan di seluruh Tanah Air Indonesia,” katanya.
Saat ini Bendungan Bintang Bano yang dibangun sejak 2015 dengan menghabiskan biaya Rp 1,44 triliun tersebut sudah selesai dan bisa difungsikan. Bendungan ini adalah satu dari enam bendungan yang dibangun di NTB. ”Dua bendungan yang telah kita resmikan, yaitu Bendungan Tanju dan Bendungan Mila, telah kita resmikan di 2018,” ujar Presiden Jokowi.
Merujuk data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), ada enam bendungan di NTB yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Jokowi. Tiga bendungan di antaranya telah selesai dibangun, yakni Bendungan Tanju, Bendungan Mila, dan Bendungan Bintang Bano. Adapun tiga bendungan lain yang sedang dibangun adalah Bendungan Beringin Sila, Bendungan Tiu Suntuk, dan Bendungan Meninting.
”Kita harapkan bendungan ini akan mendukung ketersediaan air di Sumbawa Barat, mendukung ketahanan pangan di Provinsi NTB, dan juga bisa memenuhi kebutuhan air baku khususnya di wilayah-wilayah kering yang ada di Provinsi NTB,” kata Presiden Jokowi.
Bendungan Bintang Bano tersebut memiliki kapasitas tampung sangat besar, yakni 76 juta meter kubik, dengan luas genangan 256 hektar dan mampu mengairi sawah 6.700 hektar. Rilis Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR menyebutkan, dari luasan tersebut, 4.200 hektar di antaranya dulunya tadah hujan.
Bendungan multifungsi Bintang Bano difungsikan pula untuk mengurangi banjir di Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 53 persen.
”Berdasarkan laporan dari Bupati Sumbawa Barat dan Wakil Bupati, saat terjadi hujan besar di daerah Taliwang, Sumbawa Barat sudah tidak terjadi banjir lagi. Apalagi nanti kalau Bendungan Tiu Suntuk selesai juga akan menambah daya kendali banjir,” ujar Menteri PUPR Basuki Hadimuljono.
Bendungan Bintang Bano juga difungsikan memenuhi kebutuhan air baku untuk tujuh kecamatan di Sumbawa Barat berkapasitas 550 liter/detik. Selain itu, terdapat potensi penghasil listrik dari tenaga air sebesar 6,6 megawatt dan ditambah panel surya terapung (floating panel). ”Terakhir, sudah pasti potensi pariwisata. Empat perahu naga yang tadi digunakan kami berikan kepada masyarakat Sumbawa untuk berlatih dayung sekaligus untuk mendukung wisata danau,” katanya.
Basuki menuturkan, pada 2022 ditargetkan akan terdapat sembilan bendungan yang akan diresmikan, termasuk salah satunya Bendungan Beringin Sila di Kabupaten Sumbawa. Bendungan berkapasitas 27 juta meter kubik tersebut sesuai rencana kontrak akan selesai pada 2022 dengan perkembangan saat ini 70 persen.
Solusi bagi petani
Peresmian Bendungan Bintang Bano tersebut disambut positif oleh para petani di daerah setempat. Mereka berharap beroperasinya bendungan itu akan mengakhiri kesulitan air bagi sawah tadah hujan dan mencegah banjir.
Ketua Kelompok Tani Lang Pamorin di Bangkat Monteh Israfil Saruji (43) saat dihubungi dari Mataram, Jumat siang, mengatakan bersyukur dengan diresmikannya bendungan Bintang Bano tersebut. ”Memang, sudah ada Bendungan Kalimantong II. Tetapi bendungan itu tidak bisa mengairi semua sawah sehingga masih banyak yang tadah hujan,” kata Israfil.
Kondisi itu membuat petani di kelompoknya hanya bisa panen sekali setahun. Jika ingin lebih, harus menggunakan air dari saluran irigasi Kalimantong II. Namun, untuk melakukan hal tersebut petani harus mengeluarkan uang lagi untuk membeli mesin dan bahan bakar.
Sekarang, dengan adanya bendungan, diharapkan hal itu tidak terjadi lagi dan petani bisa mendapatkan banyak manfaat.
”Tinggal menunggu irigasinya selesai. Jadi, akan lebih enak, tidak harus menunggu hujan. Kapan perlu air, tinggal buka. Kami juga tentu akan lebih enak merencanakan waktu tanam, bahkan bisa tiga kali panen,” kata Israfil.
Tinggal menunggu irigasinya selesai. Jadi, akan lebih enak, tidak harus menunggu hujan. Kapan perlu air, tinggal buka. Kami juga tentu akan lebih enak merencanakan waktu tanam, bahkan bisa tiga kali panen.
Israfil berharap, setelah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo, pemeliharaan bendungan harus dilakukan. ”Tidak gampang membangun bendungan. Agar terus bermanfaat, perlu ada yang bertanggung jawab untuk menjaga dan merawatnya. Hal itu karena banyak bendungan yang roboh dan hancur,” kata Israfil yang memiliki 27 anggota dengan total lahan 17 hektar.
Petani lain, Misbah (34) asal Desa Moteng, Kecamatan Brang Rea, menambahkan, selain mengairi sawah yang belum terjangkau oleh Bendungan Kalimantong II, hadirnya Bendungan Bintang Bono bisa mencegah terjadinya bencana banjir.
”Dulu, separuh kampung saya terendam banjir setiap musim hujan. Itu karena air dari atas tidak tertampung. Sekarang, dengan adanya bendungan, belum pernah ada banjir lagi,” kata Misbah.
Di samping masalah irigasi bagi sawah dan mencegah bencana, kata Misbah, hadirnya bendungan diharapkan bisa mengatasi persoalan air bersih. Tinggal menunggu saluran yang rencananya akan dibangun dalam waktu dekat. ”Sekarang, untuk air bersih, kami menyalurkan dari pegunungan di belakang kampung. Tetapi musim kemarau panjang, air berkurang,” kata Misbah.
Selain itu, kehadiran Bendungan Bintang Bano tentu akan menjadi daya tarik pariwisata. Menurut Misbah, desanya turut dilewati pengunjung yang ingin ke danau sehingga ia optimistis bisa turut terdampak.