Investasi di Sektor ESG Bakal Menjadi Tren Global di 2022
Investasi ke sektor ekonomi hijau berbasis lingkungan, sosial, dan tata kelola berkelanjutan (”environtmental, social, and governance”/ESG) diyakini bakal jadi tren global 2022.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Investasi untuk masa depan berkelanjutan di sektor lingkungan, sosial, dan tata kelola (environtmental, social, and good governance/ESG) diyakini bakal terus menjadi tren global di 2022, termasuk di Indonesia. Hal ini didorong oleh meningkatnya kesadaran dunia usaha untuk menjalankan bisnis yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.
Hal itu mengemuka dalam webinar bertajuk ”Q1 2022 Investment Outlook: The Big Reset” yang diselenggarakan oleh HSBC, Selasa (11/1/2022). Hadir sebagai pembicara dalam acara itu Chief Investment Officer, Asia Global Private Banking and Wealth HSBC Fan Cheuk Wan dan Chief Investment Officer Southeast Asia Global Private Banking and Wealth HSBC James Cheo.
Fan Cheuk Wan menjelaskan, investasi untuk masa depan berkelanjutan, yakni melalui sektor lingkungan, sosial, dan tata kelola berkelanjutan, diyakini bakal menjadi tren global 2022. Tahun ini diyakini bakal menjadi kebangkitan kesadaran akan ESG oleh dunia usaha secara global.
”Ini didorong oleh isu krisis energi dan upaya transisi energi baru terbarukan. Pendanaan dan investasi akan lebih banyak pada usaha yang bisa memberikan arus kas positif secara jangka panjang, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan,” ujar Fan Cheuk Wan.
Kesadaran ini dipicu oleh terus meningkatnya emisi karbon di seluruh dunia. Data dari Bloomberg yang diolah HSBC Global Private Banking menyebutkan, pada 2020 total emisi karbon dunia mencapai 34.000 juta ton karbon dioksida (CO2). Peningkatan paling signifikan disumbangkan oleh negara-negara Asia sejak dekade 2000 hingga 2020. Padahal, pada dekade-dekade sebelumnya, Eropa dan Amerika Serika menjadi kawasan penyumbang emisi karbon terbesar.
”Berkaca dari hal ini, investasi berwawasan ESG akan mulai menjadi tren di kawasan Asia sebagai penyumbang emisi karbon terbanyak,” ujar Fan Cheuk Wan.
Selain investasi ESG, Fan Cheuk Wan menyebutkan ada tiga hal lainnya yang diyakini bakal menjadi tren global di 2022. Yang pertama ialah keluarnya dukungan kebijakan tiap-tiap negara untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi pascapandemi. Kedua ialah transformasi digital yang bakal terus terjadi. Sementara yang ketiga ialah bagaimana Asia menata ulang kembali perencanaan masa depannya.
Perbankan Indonesia
Mengantisipasi tuntutan dan kesadaran akan ESG, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk membuat unit kerja khusus yang bekerja untuk bertanggung jawab pada pengelolaan ESG itu. Direktur Utama BRI Sunarso menjelaskan, ESG menjadi komitmen perseroan dalam strategi transformasi BRI yang saat ini terus berlanjut. Berlandaskan cetak biru BRIVolution 2.0, Sunarso menyebut komitmen BRI dalam meningkatkan prinsip ESG terus dilakukan.
”Kemudian kami juga harus menyesuaikan organisasi yang menunjukkan komitmen dan concern terhadap ESG. Untuk itu, BRI akan segera membentuk unit kerja khusus yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan ESG itu. Ini adalah bagian-bagian dari transformasi,” kata Sunarso.
Komitmen dalam penerapan ESG dalam operasional bisnis tecermin dari komposisi aset yang dimiliki BRI. Hingga triwulan III-2021, sebanyak 64,6 persen atau setara Rp 588,6 triliun aset BRI merupakan aset dengan penerapan prinsip ESG.
Upaya menjalankan prinsip ESG dan pembangunan berkelanjutan juga dilakukan melalui program pertanggungjawaban sosial perusahaan (corporate social responsibility/CSR) PT Bank Central Asia Tbk (BCA). Dalam menjalankan CSR untuk menjalankan prinsip ESG, BCA menjalankan tiga pilar kegiatan, yakni Bakti Pendidikan, Bakti Sinergi, dan Bakti Komunitas.
Bakti Pendidikan merupakan program dukungan dari BCA untuk menjunjung tinggi mutu pendidikan di Indonesia dari jenjang sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. BCA memberikan program Beasiswa PPBP (Program Pengembangan Bisnis dan Perbankan) dan PPTI BCA (Program Pendidikan Teknik Informatika). Selain itu, berbagai program lainnya turut mendukung Bakti Pendidikan, seperti sekolah binaan, beasiswa untuk 18 perguruan tinggi negeri, pelatihan guru di Indonesia bagian timur, edukasi literasi keuangan, kemitraan dengan lembaga pendidikan, hingga program webinar berbagai tema, serta kompetisi literasi dan numerasi bagi siswa sekolah dasar dan menengah.
Pilar kedua ialah Bakti Sinergi yang merupakan rangkaian program yang berlandaskan pada budaya, lingkungan, kesehatan, serta empati. Adapun pilar ketiga ialah Bakti Komunitas yang merupakan program pembinaan keberlanjutan komunitas yang dimiliki BCA dengan fokus utama mengembangkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) serta desa wisata di Indonesia.
“BCA bangga dapat menjadi salah satu penggerak kegiatan ESG dari sektor perbankan dan mendapatkan apresiasi dalam hal ini. Tentunya apresiasi ini akan kian memacu semangat tim CSR untuk memotivasi serta menyebarkan gerakan kepedulian pada keberlangsungan lingkungan hidup saat ini. Ke depannya, program-program kreatif serta penuh inovasi akan menjadi prioritas kami untuk membangun masyarakat Indonesia,” ujar Executive Vice President CSR BCA Inge Setiawati.