Para pelaku penipuan "money game" atau skema ponzi bermodus kripto menghindari korban dengan sejumlah cara. Pelaku menutup akses komunikasi hingga memalsukan alamat identitas demi mengaburkan jejak agar tidak terlacak.
Oleh
Tim Kompas
·5 menit baca
Tak mudah mencari para pelaku penipuan skema ponzi atau money game dengan modus investasi aset kripto. Setelah money game macet, tak bisa lagi membagi cuan kepada anggotanya, para pelaku penipuan skema ponzi ini langsung menghilang. Jejaknya pun sulit terlacak.
Saat ditemui pertengahan November tahun lalu, Y menyambut hangat kami di rumahnya di Pamulang, Tangerang Selatan. Kami duduk santai di teras rumah bertingkat dua. Y berkaos kerah biru dengan bawahan sarung. Suasana santai tak mampu menyelubungi ketegangan akibat pertanyaan soal Anwar Moch Hasan, CEO WorldX Coin, anak saudari kandung istri Y.
Sebelumnya, Anwar lewat aplikasi internet menawarkan paket-paket investasi berimbal hasil menggiurkan, 20,68 persen-106,89 persen. Bagi hasil dicicil 35 kali, dibayarkan setiap 10 hari. Keuntungan berasal dari jual-beli aset kripto oleh tim perusahaannya. Tahun 2019, pembayaran keuntungan macet, modal para nasabah tersangkut, lalu aplikasi investasi juga tidak bisa digunakan lagi.
Y mengaku tidak tahu pekerjaan Anwar. Menurutnya sejumlah orang pernah datang ke rumah Y mencari Anwar terkait urusan bisnis. Sekitar 20 tahun lalu, Anwar menumpang di rumah Y. Namun, Y meyakinkan kami bahwa ia kini tidak tahu keberadaan Anwar. “Ini bukan kita enggak mau kasih tahu alamat tapi kita enggak tahu alamat. Mamaknya sendiri enggak tahu dia di mana,” tuturnya.
Kebuntuan informasi dari Y menyempurnakan pengaburan jejak oleh Anwar. Tahun 2016, Anwar membuat perusahaan bernama PT Dunia Coin Digital. Dari akta perusahaan diketahui perusahaan berlokasi di Jalan Bulak Wangi III Blok A1 Patal Kedaung, Pamulang. Saat disambangi, warga yang tinggal di sekitar alamat tersebut mengaku tidak pernah menggunakan penamaan blok. Alamat di sana selama ini hanya dicirikan nomor dan nama jalan.
Ini bukan kita enggak mau kasih tahu alamat tapi kita enggak tahu alamat. Mamaknya sendiri enggak tahu dia di mana
Pencarian berlanjut menuju alamat rumah yang tertera pada KTP Anwar yakni Jalan Bulak Wangi II Nomor 58, Kedaung, Pamulang. Di sana kami disambut Ramli, pemilik rumah. Saat kami menanyakan keberadaan Anwar, Ramli hanya tertawa. Dia mempersilakan duduk di kursi teras rumah dan bercerita bahwa Anwar telah menyalahgunakan alamat rumahnya.
Dari situ kami tahu bahwa kami bukan orang pertama yang mencari Anwar ke alamat rumah Ramli. Ramli juga sudah dua kali menerima surat dari Otoritas Jasa Keuangan yang ditujukan ke Anwar.
Selain di Pamulang, Anwar juga sempat membeli rumah di Kompleks Perumahan De Latinos BSD City, tepatnya di Klaster De Rio. Namun, saat didatangi pertengahan November lalu, rumah tersebut sudah berganti kepemilikan.
Dari situ kami tahu bahwa kami bukan orang pertama yang mencari Anwar ke alamat rumah Ramli. Ramli juga sudah dua kali menerima surat dari Otoritas Jasa Keuangan yang ditujukan ke Anwar
Di rumah seluas lebih kurang 180 meter persegi itu, Anwar tinggal bersama istri, anak, dan anak buahnya selama kurang dari setahun. Beberapa mobil mewah seperti Ford Mustang merah, Mitsubishi Pajero Sport putih, hingga Honda HR-V putih sering terparkir di halaman rumah.
Pada 2019, rumah itu beberapa kali didatangi orang yang mengaku dirugikan Anwar. Mereka sempat menyita mobil Anwar. Tak lama setelah kejadian itu, Anwar dan keluarganya tak pernah terlihat lagi. "Waktu istrinya pindah, Anwar enggak ada. Saya nanya sopir yang bawa barang katanya mereka mau pergi ke Bandung," ungkap salah satu satpam perumahan De Latinos.
Tak hanya Anwar, keberadaan Direktur dari PT Teknologi Investasi Indonesia, Hindera juga masih tanda tanya. PT Teknologi Investasi Indonesia adalah perusahaan yang menciptakan robot trading kripto bernama Mark AI yang sejak 18 Oktober 2021 situsnya tak lagi bisa diakses dan nasabahnya tak lagi bisa menarik uangnya.
Keberadaan kantor mewah Mark AI di gedung Voza Premium Office Surabaya, Jawa Timur disinyalir menjadi salah satu cara meyakinkan para investor untuk bergabung. Kami pun mendatangi gedung Voza Premium Office di Jalan Mayjen HR Muhammad Nomor 31.
Di lantai 16 blok 16D gedung Voza Premium Office, kantor Mark AI, tak ada terlihat aktivitas apa pun. Kantor berukuran 184 meter persegi telah kosong selama sekitar dua bulan. Meski begitu, logo dan nama perusahaan Mark AI masih terpampang di pintu utama dan meja resepsionis.
Upaya menemukan jejak Hindera dan staf Mark AI pun urung menemukan hasil. Namun, berdasarkan informasi yang berkembang di kalangan investor Mark AI, Hindera diketahui tinggal di Bali. Pria kelahiran Selat Panjang 38 tahun silam itu juga diduga sempat melakukan tes PCR di Bali pada hari dimana Mark AI menutup situsnya.
Di tempat lain, Give4Dream, komunitas yang menyebarkan aset kripto Wincash Coin (WCC) pada 2019 juga tidak lagi menyisakan jejak dari para pendiri. Komunitas yang bubar akhir Februari 2020 meninggalkan para anggota dengan aset kripto yang nilainya anjlok. Padahal, komunitas tersebut menjanjikan imbal hasil kripto hingga 48 persen dalam waktu 40 hari.
Banyak anggota menuding Erwin Noviantoro sebagai sosok yang semestinya bertanggung jawab atas kejatuhan kripto WCC. Namun, mereka tak mengetahui keberadaan Erwin. Erwin diduga berpindah rumah beberapa kali dan kini berdomisili di Desa Butuh, Salatiga.
Rumah Erwin berpagar tinggi dan dijaga ketat oleh petugas keamanan. Saat kami datangi, petugas keamanan menyampaikan Erwin tidak bisa langsung ditemui. Saat dihubungi untuk membuat janji wawancara, petugas keamanan Erwin pun tak merespons lagi.
Sementara itu, berbekal informasi dari para korban, kami melacak sejumlah lokasi yang jadi jejak Edccash. Salah satu lokasi di aplikasi Google Maps ditandai dengan nama Komunitas EDINARCOIN Cibubur di Ruko Villa Indah Nomor 9-10, Cibubur, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur.
Tidak ada jejak papan nama atau pun barang bertuliskan Edccash, kecuali satu stiker di pagar kompleks ruko. Bunyinya: “Harta Raja Exchange, Tempatnya Tukar EDCCASH. WA; 081289311764.” Seorang staf pemilik ruko, Ian (30) mengaku tidak tahu nama entitas penyewa ruko nomor 9-10 tersebut. Namun, Ian ingat, ketika ruko nomor 9-10 masih berpenghuni, beberapa kali ada acara bagi-bagi uang dengan cara dilempar-lemparkan.
Acara bagi-bagi uang semacam itu pernah dilakukan Abdulrahman Yusuf (AY), kreator Edccash, seperti terekam dalam video bertanggal 4 November 2021 di Youtube. AY melemparkan uang ke arah kerumunan orang. Kini dia tengah menjdi pesakitan di Pengadilan Negeri Bekasi. (FRD/JOG/DIV/BIL)