Penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dulu oleh PT Allo Bank Indonesia Tbk menarik perhatian investor. Bukalapak, Grab, dan Salim Group termasuk di antara investor yang berminat untuk membeli saham.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penerbitan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue yang dilakukan oleh PT Allo Bank Indonesia Tbk menarik banyak perhatian investor. PT Bukalapak.com, Grab, dan Salim Group termasuk investor yang sudah menyatakan minat untuk membeli right issue Allo Bank.
Allo Bank akan menerbitkan 10.047.322.871 saham yang setara 86 persen modal ditempatkan dan disetor penuh saat ini. Adapun harga pelaksanaan right issue yang ditentukan adalah Rp 478 per saham. Dengan demikian, total dana maksimal yang dapat diraup oleh Allo Bank sekitar Rp 4,8 triliun.
Harga saham Bukalapak naik setelah ada kepastian bahwa Bukalapak akan menyerap 11,49 persen saham Bank Allo. Saham Bukalapak naik 17,92 persen menjadi Rp 500 pada perdagangan Selasa (4/1/2022).
Dalam prospektus yang diterbitkan Senin (3/1/2022) disebutkan, pemegang saham utama, yaitu PT Mega Corpora (MC) yang memiliki 90 persen saham, telah menyatakan hanya akan mengambil bagian dan melaksanakan sebagian dari hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) yang menjadi haknya.
MC hanya akan menyerap 2.712.777.020 saham senilai Rp 1,3 triliun atau sekitar 30 persen dari seluruh hak milik MC. Dengan demikian, MC mengalihkan haknya kepada para pemegang saham baru, antara lain PT Bukalapak.com Tbk (BUKA), Abadi Investments Pte Ltd (AI), PT Indolife Investama Perkasa (IIP) yang merupakan Grup Salim juga H Holdings Inc (HH) atau Grab, Trusty Cars Pte Ltd (TC), dan PT CT Corpora (CTC).
”Secara umum kami beranggapan langkah Bukalapak untuk mengakuisisi ini baik karena tidak hanya memberikan gambaran tentang penggunaan dana publik (dana IPO), tetapi juga meningkatkan kinerja Buka terkait produk keuangan. Dengan Grup Salim yang juga memegang saham Bank Allo, kami berharap akan menciptakan ekosistem yang lebih baik, khususnya terkait dengan konsumen Mitra,” demikian riset dari Paulus Jimmy dan Adrianus Bias dari Sucor Sekuritas.
Beli bank
Sebelumnya, Grup Salim membeli saham Bank Ina Perdana Tbk Rp 1,2 triliun. Salim membeli saham Bank Ina melalui Indolife Pensiontama. Anthony Salim memiliki 5,2 persen saham PT Elang Mahkota Teknologi Tbk yang merupakan induk dari PT Bukalapak.
Anthony Salim Grup, Agustus lalu, juga telah menyatakan akan bekerja sama dengan Elang Mahkota dalam bidang digital. Sementara itu, Elang Mahkota juga telah membeli Bank Fama International. Elang Mahkota menguasai 93 persen saham Bank Fama.
Peta bank digital diperkirakan akan semakin menarik untuk dicermati karena berbagai akuisisi yang dilakukan kelompok-kelompok usaha ini. Sejak 2019 bank-bank kecil sudah banyak diakuisisi oleh investor besar dan transaksi akusisi perbankan ini masih berlanjut hingga 2021.
Kebutuhan untuk menambah modal masih merupakan salah satu pendorong akuisisi perbankan. Otoritas Jasa Keuangan mensyaratkan modal inti minimal yang harus dipenuhi sebesar Rp 2 triliun pada akhir tahun 2021. Selain memenuhi persyaratan modal minimal, akuisisi bank juga terkait dengan perkembangan perbankan digital.
Bank-bank kecil dengan modal cekak banyak yang dialihkan menjadi bank digital merupakan salah satu new economy yang digadang-gadang akan meningkatkan penetrasi pasar perbankan kepada golongan yang unbankable. Selain itu, net interest margin (NIM) perbankan di Indonesia cukup tinggi, bahkan tertinggi di kawasan ASEAN.