Pasar Modal Tutup Tahun dengan Berbagai Capaian Positif
Bursa Efek Indonesia membukukan sejumlah capaian positif pada 2021. Kinerja itu tak lepas dari penambahan jumlah investor yang melonjak 103 persen menjadi 3,45 juta investor dibandingkan dengan tahun 2020.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kinerja Indeks Harga Saham Gabungan sepanjang tahun 2021 dinilai tidak mengecewakan. Pada penutupan perdagangan 2021, indeks ditutup turun 0,29 poin menjadi 6.581 pada perdagangan Kamis (30/12/2021). Namun, sejak awal tahun indeks naik 10 persen.
Pada 2021, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat mencapai level tertinggi sepanjang sejarahnya, yakni pada posisi 6.723 pada 22 November 2021. Seiring dengan peningkatan harga saham, nilai kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) juga naik 18,8 persen menjadi Rp 8.277 triliun.
Capaian positif lainnya adalah penggalangan dana melalui penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO). Hingga akhir 2021, terdapat 54 perusahaan baru yang masuk bursa dengan perolehan dana publik mencapai Rp 62,61 triliun.
Data perdagangan juga meningkat. Hingga Rabu (29/12/2021), rata-rata nilai transaksi harian (RNTH) BEI naik 45,3 persen menjadi Rp 13,39 triliun, sementara rata-rata frekuensi transaksi harian menguat 91,2 persen menjadi 1,3 juta kali. Selain itu, rata-rata volume transaksi harian meningkat 81,1 persen menjadi 20,6 miliar saham.
”Pencapaian kinerja bursa saham Indonesia tak terlepas dari penambahan jumlah investor yang sangat signifikan. Sepanjang 2021, jumlah investor saham melonjak 103 persen menjadi 3,45 juta investor, dibandingkan dengan 2020 yang baru 1,7 juta investor,” kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, Kamis (30/12/2021).
Pencapaian kinerja bursa saham Indonesia tak terlepas dari penambahan jumlah investor yang sangat signifikan.
Total dana yang disalurkan melalui pasar modal pun mencapai rekor. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengatakan, jumlah penggalangan dana dari pasar modal yang sebesar Rp 358,42 triliun ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pembiayaan dari perbankan sepanjang 2021 yang tidak sampai Rp 300 triliun.
Nilai emisi berbagai macam surat berharga di pasar modal Indonesia meningkat 201,95 persen dari Rp 118,7 triliun pada 2020 menjadi Rp 358,42 triliun tahun 2021. Wimboh mengatakan, OJK berkomitmen meningkatkan integritas pasar, meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal, serta meningkatkan likuiditas pasar modal.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, ketika menutup perdagangan bursa, mengapresiasi aset di pasar modal yang sudah dikuasai oleh investor lokal. ”Saat ini aset dari pasar modal dikuasai oleh investor dalam negeri. Ini juga suatu hal yang luar biasa,” ujar Airlangga.
Pembentukan sovereign wealth fund (SWF) bernama Indonesia Investment Authority (INA) merupakan upaya untuk menggerakkan perekonomian. Modal untuk INA sudah disiapkan dengan total Rp 75 triliun. ”Dalam sejarah kita punya long term investment. Diharapkan 2022 bisa bekerja,” kata Airlangga.
Pembentukan INA dinilai merupakan sejarah bagi Indonesia karena akhirnya terbuka kesempatan bagi negara untuk memiliki investasi dalam jangka panjang.