Kunjungan Wisman Belum Pulih, Momentum Benahi Kualitas Pariwisata
Pada akhirnya, wisatawan domestik pun akan terbagi yakni pasar level atas, lebih rendah, hingga turisme massal. Namun, yang jelas, bukan turis asal banyak atau mengutamakan kuantitas, melainkan kualitas.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemberlakuan masa karantina 10-14 hari bagi kedatangan internasional dalam rangka pencegahan penularan virus korona varian Omicron membuat Indonesia belum bisa banyak berharap pada kunjungan wisatawan mancanegara atau wisman. Akan tetapi, di sisi lain, hal itu menjadi momentum pembenahan kualitas pariwisata dalam negeri.
Ketua Umum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI), Didien Junaedy, Selasa (4/1/2022), mengatakan, seperti yang didorong pemerintah, konsentrasi pengembangan pariwisata saat ini ialah pada kunjungan wisatawan domestik. Pengembangan pariwisata bagi kunjungan wisatawan domestik sudah berjalan. Diharapkan, akan terbangun tata kelola dan pendataan wisatawan secara tersistem.
Pengembangan lima destinasi wisata superprioritas juga mesti terus dilanjutkan. Kelimanya adalah Danau Toba, Sumatera Utara; Candi Borobudur, Jawa Tengah; Mandalika, Nusa Tenggara Barat; Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur; dan Likupang, Sulawesi Utara. Permasalahan terkait infrastruktur, kata Didien, mesti diselesaikan.
Pada akhirnya, wisatawan domestik pun akan terbagi, yakni pasar level atas, lebih rendah, hingga turisme massal. ”Namun, yang jelas, bukan turis asal banyak. Bukan kuantitas, melainkan mengedepankan kualitas,” kata Didien.
Pengembangan dan penataan tersebut memerlukan sinergi semua pihak. Dalam 1,5 bulan terakhir, lanjut Didien, pihaknya melakukan diseminasi kepada daerah dan melalui dewan pengurus daerah (DPD) di provinsi. Saat ini sedang disusun terkait destinasi wisata apakah masuk kategori premium, superpremium, atau bahkan luxury.
Didien sendiri belum bisa memberi garansi seperti apa perkembangan pariwisata pada 2022. ”Nanti dilihat bersama. Pada Maret 2022, misalnya, saat digelar MotoGP (di Mandalika). Nanti akan terlihat,” ujarnya.
Pemilik Lotus 2 Homestay di Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Jack Priyana (55), dihubungi dari Jakarta, Selasa, menuturkan, sejak pandemi Covid-19, belum ada kunjungan wisman, yang sejatinya pangsa pasar utama mereka. Oleh karena itu, wisatawan domestik menjadi tumpuan.
Menurut dia, saat normal, wisman bisa menginap minimal tiga hari, sedangkan wisatawan domestik biasanya hanya menginap semalam. Adapun kunjungan wisatawan domestik saat ini mulai menggeliat setelah terpuruk saat merebak varian Delta Covid-19, Juni-Juli 2021. ”Seperti musim libur Natal 2021 dan Tahun Baru 2022, lumayan. Keterisian 60-70 persen. Cukup untuk kami bertahan,” ucap Jack yang juga salah satu perintis homestay di Borobudur.
Budaya
Dengan konsentrasi ke pasar domestik, imbuh Jack, kini menjadi momentum untuk mengembangkan budaya sebagai daya tarik. ”Ini titik nol untuk kembali menggali. Jadi, saat pariwisata kembali ramai, kebudayaan akan menjadi penyeimbang. Ini momentum untuk pembenahan, pembekalan, dan lainnya, agar masyarakat tidak culture shock (gegar budaya),” katanya.
Jack berharap ada kebijakan-kebijakan strategis terkait kepariwisataan, terutama terkait kunjungan wisman. Sebab, bagaimanapun hal tersebut juga akan menjadi pemasukan bagi negara. Di sisi lain, ia bersama para pelaku usaha pariwisata selalu siap untuk tertib dan disiplin menerapkan protokol kesehatan.
Sebelumnya, di Jakarta, Senin (3/1/2021) Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga S Uno mengatakan, kebijakan masa karantina bagi kedatangan internasional telah ditingkatkan menjadi 10-14 hari. Itu sejalan dengan telah ditemukannya kasus orang terpapar varian Omicron di Indonesia.
”Varian baru virus korona, seperti Omicron, telah melewati batas-batas negara. Kami terus mengimbau semua warga agar tidak bepergian ke luar negeri kalau tidak ada urusan yang benar-benar mendesak/penting sekali,” kata Sandiaga.
Berdasarkan rilis Badan Pusat Statistik (BPS), pada Januari-November 2021 tercatat ada 1,48 juta kunjungan wisman atau anjlok 61,82 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020. Jumlah tersebut juga masih jauh dari Januari-November 2019 yang sebanyak 14,7 juta kunjungan wisman.