Kunjungan Wisatawan Mancanegara per November 2021 Anjlok 61,8 Persen
Secara kumulatif, Januari-November 2021, tercatat 1,48 juta kunjungan wisatawan mancanegara atau menurun 61,82 persen dari periode sama 2020. Jumlah itu masih sangat jauh dari Januari-November 2019, sebesar 14,7 juta.
Oleh
ADITYA PUTRA PERDANA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara masih jauh dari kondisi sebelum pandemi. Akan tetapi, pergerakan orang pada semua moda transportasi menunjukkan peningkatan seiring melandainya kasus Covid-19 di Indonesia, yang juga berdampak pada tingkat hunian hotel.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono, dalam rilis yang dilaksanakan secara daring, di Jakarta, Senin (3/1/2022), mengatakan, terdapat 153.200 kunjungan wisatawan mancanegara pada November 2021. Jumlah itu naik 3,06 persen secara bulanan serta naik 6,04 persen secara tahunan. Pada November 2019 atau sebelum pandemi, terdapat 1,28 juta kunjungan wisatawan mancanegara.
Secara kumulatif, pada Januari-November 2021, tercatat ada 1,48 juta kunjungan wisatawan mancanegara atau menurun 61,82 persen dibandingkan periode sama 2020. Jumlah tersebut masih jauh dari Januari-November 2019 yang mencapai 14,7 juta kunjungan wisatawan mancanegara.
”Tantangannya tinggi untuk mencapai seperti tahun-tahun sebelumnya. Perlu penanganan kesehatan yang paripurna sehingga tingkat kepercayaan global terhadap penanganan Covid-19 bisa bagus. Dengan itu, dapat mendorong kunjungan wisatawan ke Indonesia,” kata Margo.
Kendati demikian, jumlah penumpang pada semua moda transportasi meningkat pada November 2021. Untuk penerbangan domestik, terdapat 3,5 juta orang atau naik 19,81 persen secara bulanan dan naik 17,83 persen secara tahunan. Sementara penerbangan internasional 70.000 orang atau naik 42,26 persen secara bulanan dan naik 66,44 persen secara tahunan.
Sementara jumlah penumpang angkutan laut pada November 2021 ialah 1,31 juta orang atau naik 5,43 persen secara bulanan dan 9,64 persen secara tahunan. Adapun jumlah penumpang kereta api 15,32 juta orang atau meningkat 15,60 persen secara bulanan dan naik 11,62 persen secara tahunan.
Hal itu membuat tingkat penghunian kamar (TPK) juga membaik. ”Pada November 2021, TPK secara nasional tercatat 47,83 (persen). Naik 2,21 poin dibandingkan Oktober 2021 (bulanan) dan naik 7,69 poin dibandingkan November 2020 (tahunan). TPK selalu meningkat dari Agustus hingga November 2021. Namun, masih di bawah kondisi normal (59,39 persen pada November 2019),” kata Margo.
Adapun Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi tujuan wisata dalam beberapa bulan terakhir. Terbukanya aksesibilitas melalui Tol Trans-Jawa memungkinkan wisatawan berwisata dengan kendaraan pribadi, tanpa harus bergantung pada moda transportasi umum.
Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng Benk Mintosih, saat dihubungi, Senin, menuturkan, seiring melandainya kasus Covid-19 sejak September 2021, hunian hotel terus meningkat. Bahkan, pada November 2021, keterisian kamar hotel nyaris normal, setelah hanya sekitar 30 persen pada Juni-Juli 2021, saat merebak varian Delta Covid-19.
Pada Desember atau saat libur Natal, 2021 perkiraannya sedikit meleset. ”Kami terlalu percaya diri dengan menaikkan 40 persen dan ternyata kemahalan. Namun, terbalaskan pada malam Tahun Baru. Untuk dinner, semuanya sold out,” kata Benk.
Pada 2022, ia memperkirakan para wisatawan akan lebih banyak meminati tempat menginap outdoor. Karena itu, saat ini sejumlah pelaku usaha mulai menyiapkan glamping (glamorous camping) atau tenda yang di dalamnya diatur menyerupai kamar. Suasana outdoor selama ini dianggap lebih aman dari penyebaran Covid-19.
Benk menambahkan, pihaknya masih berharap tetap ada keringanan-keringanan pajak hotel dan restoran pada 2022. ”Protokol kesehatan, termasuk penggunaan (aplikasi) Peduli Lindungi, harus tetap diutamakan. Juga perilaku karyawan. Ini penting untuk membangun kepercayaan masyarakat,” ujarnya.
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Andreas Lako meyakini, pertumbuhan ekonomi akan semakin membaik pada 2022. Sejumlah daerah perkotaan, antara lain, perlu meningkatkan berbagai hal terkait kepariwisataan agar perekonomian terus bangkit.