Kontribusi Lonjakan Harga Pangan terhadap Inflasi Desember 2021 Cukup Besar
Lonjakan harga pangan global terus tertransmisi ke harga sejumlah pangan di dalam negeri beberapa bulan terakhir. Hal ini menyebabkan tingkat inflasi nasional pada Desember 2021 cukup tinggi.
Oleh
Hendriyo Widi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Desember 2021 mencapai 0,57 persen secara bulanan. Angka inflasi itu tertinggi dalam dua tahun terakhir. Lonjakan harga cabai rawit, minyak goreng, telur ayam ras, dan cabai merah berkontribusi besar terhadap inflasi tersebut.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan, pada Desember 2021, kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau mengalami inflasi sebesar 1,61 persen. Andilnya terhadap inflasi juga paling besar, yaitu 0,41 persen.
”Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi tersebut adalah cabai rawit, yakni mencapai 0,11 persen, sementara minyak goreng 0,08 persen, telur ayam ras 0,05 persen, daging ayam ras 0,03 persen, dan cabai merah 0,02 persen,” ujarnya dalam telekonferensi pers di Jakarta, Senin (3/1/2022).
Hal itu tecermin pula dari tingkat inflasi menurut komponen harga yang bergejolak dan bahan makanan. Pada Desember 2021, inflasi komponen harga yang bergejolak mencapai 2,32 persen dan bahan makanan 2,15 persen.
Komoditas yang dominan memberikan andil inflasi tersebut adalah cabai rawit sebesar 0,11 persen, minyak goreng 0,08 persen, telur ayam ras 0,05 persen, daging ayam ras 0,03 persen, dan cabai merah 0,02 persen.
Selain itu, lanjut Margo, kelompok pengeluaran transportasi juga mengalami inflasi cukup tinggi, yaitu 0,62 persen. Kontribusinya terhadap inflasi juga cukup besar, yaitu 0,07 persen. Tarif angkutan udara mendominasi dan memberikan andil sebesar 0,06 persen.
BPS mencatat, inflasi sepanjang 2021 sebesar 1,87 persen. Adapun inflasi inti pada Desember 2021 sebesar 0,16 persen. ”Meningkatnya inflasi komponen inti itu mengindikasikan kemampuan masyarakat membeli berbagai komoditas yang dibutuhkan ada perbaikan. Ini berarti, daya beli masyarakat mulai menggeliat,” kata Margo.
Menurut Margo, perbaikan daya beli masyarakat juga tecermin dari nilai tukar petani (NTP). Pada Desember 2021, NTP petani mencapai 108,34, meningkat 1,08 persen dibandingkan November 2021. ”Komoditas yang berkontribusi besar terhadap kenaikan NTP itu adalah gabah, cabai rawit, kelapa sawit, dan jagung,” katanya.
Kepala Departemen Riset Industri dan Regional Kantor Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Dendi Ramdani berpendapat, inflasi terjadi lantaran lonjakan harga bahan pangan dan kenaikan biaya produksi pangan olahan. Hal ini tidak terlepas dari imbas kenaikan harga sejumlah komoditas global.
Dendi mencontohkan, harga minyak kelapa sawit mentah (CPO) global yang masih tinggi berpengaruh terhadap harga minyak goreng di dalam negeri. Harga CPO global itu tertransmisikan ke biaya produksi minyak goreng sehingga harga minyak goreng di tingkat konsumen tinggi.
Hal serupa juga terjadi di sektor energi. Di tengah kenaikan harga gas dan batubara global, industri yang mengandalkan kedua komoditas untuk bahan baku maupun produksi juga mulai menaikkan harga produk-produknya.
”Beberapa waktu lalu, pengusaha yang terimbas kenaikan harga bahan baku dan energi menahan diri untuk menaikkan harga produknya. Dengan mempertimbangkan kondisi usahanya yang tertekan selama pandemi Covid-19 dan melihat adanya perbaikan daya beli beli masyarakat, mereka langsung menaikkan harga produk-produknya,” kata Dendi.