Resmikan Bendungan, Presiden Jokowi Tekankan Air Kunci Kemandirian Pangan
Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Pidekso di Wonogiri, Jawa Tengah. Dalam kesempatan itu, Presiden menekankan pemerintah akan terus membangun bendungan di banyak provinsi di Tanah Air.
Oleh
Nina Susilo
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo mengingatkan, penyediaan air irigasi sangat menentukan dalam peningkatan produktivitas pertanian di Indonesia. Karena itu, pemerintah membangun bendungan untuk menyediakan air irigasi yang dilakukan di seluruh provinsi. Air menjadi kunci mencapai kedaulatan pangan.
”Oleh sebab itu, kita bangun waduk di seluruh provinsi di Tanah Air,” ujar Presiden saat meresmikan Bendungan Pidekso di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa (28/12/2021) sore.
Pada Selasa pagi Presiden juga meresmikan Bendungan Ladongi di Kabupaten Kolaka Timur, Sulawesi Tenggara. Turut mendampingi Presiden dalam kunjungan kerja di Sulawesi Tenggara dan Jawa Tengah, antara lain, Sekretaris Kabinet Pramono Anung dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono.
Bendungan Pidekso di Wonogiri berkapasitas tampung 25 juta meter kubik dan memiliki luas genangan 232 hektar. Dengan kapasitas tersebut, bendungan ini bisa mengairi 1.500 hektar lahan di tiga kecamatan di Wonogiri.
Direktur Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PUPR Jarot Widyoko kepada Presiden menjelaskan, dengan kemampuan mengairi 1.500 hektar, indeks pertanian masyarakat akan meningkat dari 133 menjadi 240. Dengan demikian, petani bisa menanam dua sampai tiga kali dalam setahun.
Bendungan Pidekso yang berhulu di Sungai Bengawan Solo ini juga memiliki manfaat lain. Sebagai pengendali banjir, setidaknya banjir bisa dikurangi 11 persen. Luasan yang dinilai aman dari banjir dengan keberadaan Bendungan Pidekso sekitar 275 hektar.
Jarot mengemukakan, bendungan yang akan lebih banyak berkontribusi dalam mengendalikan banjir adalah Bendungan Gajahmungkur di Wonogiri yang sudah lebih dulu ada. Sebab, tampungan bendungan ini sekitar 350 juta meter kubik.
Bendungan Pidekso juga bisa menyediakan air baku 300 liter per detik untuk Wonogiri, Sukoharjo, dan Solo. Pembangunan Bendungan Pidekso yang memakan biaya Rp 772 miliar ini berlangsung sejak 2014. Sebab, kata Jarot, pembebasan lahan menghabiskan waktu empat tahun. Sementara itu, konstruksi berlangsung 2018 sampai 2021.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menambahkan, Bendungan Pidekso adalah salah satu proyek strategis nasional (PSN) untuk mewujudkan ketahanan air dan pangan. ”Diharapkan dengan selesainya bendungan ini nanti dapat mendorong pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 khususnya di bidang pertanian,” kata Basuki dalam keterangan yang diterima Kompas.
Disambut petani
Keberadaan Bendungan Pidekso disambut petani. Surahmin, petani dari Desa Kebunharjo, mengatakan, bendungan ini akan memberikan manfaat yang luar biasa dan dapat memberikan kemakmuran kepada masyarakat. ”Kami yang tadinya hanya panen satu kali bahkan dua kali, nanti bisa tiga kali atau empat kali,” katanya.
Dia juga berharap manfaat irigasi Bendungan Pidekso dapat segera terwujud untuk meningkatkan produksi para petani. Saat ini hasil panen petani di desanya berkisar 6 ton sampai 7 ton per hektar.
Hal serupa disampaikan Trianto, petani dari Desa Balepanjang, dan Mariyono, petani dari Desa Ngancar. Namun, keberadaan bendungan diharapkan juga dibarengi dengan perbaikan jaringan irigasi tersier.
”Ke depannya harapan kami nanti saluran hantaran sudah sampai di tempat saya. Saya pesan karena saluran irigasi tersiernya juga kurang bagus, jadi air enggak bisa langsung ke sasaran,” tutur Mariyono.
Dua tahap
Kepala Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo Agus Rudyanto menambahkan, pembangunan bendungan dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama berupa akses jalan, bangunan cofferdam, terowongan saluran pengelak, dan untuk proses pengelakan sungai juga sudah selesai. Tahap kedua berupa pembangunan tubuh bendungan, fasilitas pelengkap, serta instrumen hidromekanikal elektrikal bendungan.
Setelah pembangunan tahap I rampung, saat ini tengah dilakukan proses lelang untuk pembangunan tahap II dengan target konstruksi bendungan seluruhnya akan rampung pada 2022. Pembangunan Bendungan Pidekso tahap I dikerjakan oleh PT Pembangunan Perumahan dengan dana APBN Rp 436,9 miliar. Pembangunan tahap II diperkirakan memerlukan Rp 376 miliar.
Bendungan dengan tipe urukan random inti tegak ini memiliki saluran pelimpah (spillway) di sandaran kiri bendungan. Bagian spillway dibagi menjadi empat zona, yakni zona inlet, zona transisi, zona chuteway, dan zona saluran pembawa. Adapun tinggi bendungan utama dari bendungan ini 44 meter, lebar puncak 10 meter, dan panjang puncak total 383 meter.
Sejak 2015, Kementerian PUPR membangun tujuh bendungan lainnya di Jawa Tengah. Tujuh bendungan itu ialah Bendungan Logung di Kabupaten Kudus dan Gondang di Kabupaten Karanganyar yang keduanya telah rampung dan terisi air. Bendungan yang masih dalam proses konstruksi ialah Bendungan Bener di Kabupaten Purworejo, Randugunting di Kabupaten Blora, Jlantah di Kabupaten Karanganyar, Jragung di Kabupaten Demak, dan Bendungan Matenggeng di Kabupaten Cilacap.
Secara nasional, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 61 bendungan sepanjang 2015-2024. Sebanyak 15 bendungan rampung di periode 2015-2019. Tahun 2021 ini diselesaikan 17 bendungan.