Pemerintah terus menggencarkan produksi udang untuk mencapai target kenaikan produksi 2 juta ton pada 2024.
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menargetkan produksi budidaya udang mencapai 2 juta ton pada tahun 2024. Salah satu cara yang dibidik adalah revitalisasi tambak udang tradisional.
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Tb Haeru Rahayu mengatakan, pihaknya fokus mengembangkan produksi udang vaname. Oleh karena itu, sentra produksi yang dinilai potensial akan diikutsertakan dalam revitalisasi tambak udang tradisional maupun kluster tambak udang berkelanjutan.
Salah satu wilayah yang kini didorong untuk revitalisasi tambak udang tradisional adalah Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh. Wilayah Aceh Timur memiliki kondisi alam yang masih sangat mendukung untuk budidaya udang, antara lain kualitas air sangat baik, lahan cukup luas, dan masyarakat setempat dinilai memiliki minat besar untuk budidaya udang.
Aceh Timur dinilai telah sukses dengan program kegiatan kluster tambak udang vaname berkelanjutan di Mantang Rayeuk sehingga kini juga diikutsertakan untuk program revitalisasi tambak udang tradisional. Luas tambak udang masyarakat di 14 kecamatan mencapai 18.000 hektar.
Aceh Timur memiliki kondisi alam yang masih sangat mendukung untuk budidaya udang, antara lain kualitas air sangat baik, lahan cukup luas, dan masyarakat setempat dinilai memiliki minat besar untuk budidaya udang.
”Upaya KKP untuk membuat model kluster tambak udang vaname berkelanjutan diharapkan dapat direplikasi oleh masyarakat dan investor dalam rangka menggenjot produksi udang 2 juta ton pada tahun 2024,” ujar Tb Haeru dalam keterangan pers, Sabtu (25/12/2021).
KKP telah memberikan bantuan satu paket kluster tambak udang vaname berkelanjutan di Paya Gajah, Peureulak Barat, Aceh Timur, senilai Rp 5,81 miliar. Jumlah bantuan tambak sebanyak delapan petak seluas 3.000 meter persegi per petak dengan padat tebar 240.000 ekor. Produksi tambak itu ditargetkan sekitar 27 ton per siklus.
Sebelumnya, Tb Haeru mengemukakan, produksi udang nasional di kisaran 856.000-900.000 ton per tahun. Tersisa waktu tiga tahun untuk menaikkan produksi sebesar 1 juta ton menjadi 2 juta ton pada tahun 2024. Untuk mencapai target itu, tiga langkah disiapkan. Pertama, dilakukan evaluasi lahan, pembudidaya, dan produktivitasnya. Berikutnya, langkah revitalisasi. Langkah ketiga, dibuat model percontohan kluster tambak berkelanjutan.
”Tiga langkah kita sinergikan jadi satu, tidak bisa (berjalan) parsial, karena waktu sangat singkat dan kita punya target lumayan besar mencapai 2 juta ton,” kata Tb Haeru dalam refleksi akhir tahun 2021 perikanan budidaya, beberapa waktu lalu.
Kluster (tambak) mempermudah dalam manajemen, meningkatkan efisiensi, serta dapat meminimalkan dampak terhadap lingkungan dan serangan penyakit
Sementara itu, Kepala Balai Perikanan Budidaya Air Payau Ujung Batee, M Tahang, menambahkan, tambak-tambak tradisional di Aceh Timur itu memiliki hasil panen rata-rata 250 kilogram per hektar per siklus, dengan masa siklus panen dua kali per tahun. Kluster tambak udang vaname berkelanjutan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas tambak menjadi 12-15 ton per hektar per siklus.
”Kluster (tambak) mempermudah dalam manajemen, meningkatkan efisiensi, serta dapat meminimalkan dampak terhadap lingkungan dan serangan penyakit,” katanya.
Pemerintah menargetkan revitalisasi tambak udang tradisional seluas 45.000 ha, dengan lokasi di Sumatera Utara seluas 10.000 ha, Nusa Tenggara 2.000 ha, Sulawesi 22.500 ha, dan Kalimantan 10.500 ha. Adapun Jawa, khususnya pantai utara (pantura) Jawa, tidak lagi diarahkan untuk revitalisasi tambak.
Revitalisasi tambak tradisional untuk menjadi tambak semi-intensif ditargetkan mendongkrak produktivitas tahunan hingga 20-30 ton per ha. Revitalisasi, antara lain, mengusung penyediaan dan pembenahan instalasi pengolahan air limbah serta cara budidaya udang yang baik (CBIB) agar tidak memicu kerusakan lingkungan.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengemukakan, tambak-tambak tradisional masyarakat akan direvitalisasi menjadi tambak udang model kluster dengan produktivitas yang lebih tinggi dan lebih ramah lingkungan.