Jumlah investor pasar modal per 17 Desember 2021 mencapai 7,3 juta ”single investor indentification” (SID) atau naik 89,58 persen dibandingkan jumlah investor tahun 2020. Sejumlah faktor mendukung pertumbuhan tersebut.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Perkembangan digital mendorong pertumbuhan jumlah investor di pasar modal. Demokratisasi dan simplifikasi sehingga investasi dapat dilakukan oleh siapa pun menjadi pendorong semakin banyak orang berinvestasi.
PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) mencatat, jumlah investor pasar modal per 17 Desember 2021 mencapai 7,3 juta single investor indentification (SID). Jumlah itu meningkat 89,58 persen jika dibandingkan dengan jumlah investor pada tahun 2020 yang mencapai 3,88 juta SID. SID merupakan nomor identifikasi investor yang harus dimiliki seorang investor pasar modal, baik ketika berinvestasi pada saham, reksa dana, maupun obligasi ritel.
Direktur Utama KSEI Uriep Budhi Prasetyo merinci, jumlah total investor tersebut terdiri atas investor saham sebanyak 3,4 juta SID, reksa dana 6,7 juta SID, dan aset lain seperti obligasi negara sebanyak 607.000 SID.
Saat ini, 81,36 persen investor pasar modal Indonesia merupakan generasi Milenial dan Gen Z. Dengan demikian, pengembangan dari sisi teknologi digital dan pembangunan infrastruktur pasar modal yang memungkinkan kegiatan daring harus dapat diwujudkan KSEI.
”Bukti keberhasilan atas inovasi yang telah diselenggarakan KSEI salah satunya tecermin dari pertumbuhan jumlah investor pasar modal Indonesia. Simplifikasi pembukaan rekening maupun eASY.KSEI turut berperan dalam pertumbuhan jumlah investor pasar modal, khususnya investor saham yang mengalami pertumbuhan jumlah hingga 100 persen,” kata Uriep Budhi ketika memaparkan pencapaian tersebut, Kamis (23/12/2021).
Sebanyak 73,61 persen dari SID tersebut membuka rekening melalui agen penjualan melalui teknologi finansial (selling agent financial technology). Oleh karena itu, platform digital memang menjadi sarana yang banyak dimanfaatkan oleh investor untuk berinvestasi pasar modal.
Direktur KSEI Supranoto Prajogo menambahkan, investor pasar modal didominasi laki-laki, yakni mencapai 62,55 persen. Jika dilihat dari kelompok usia, separuh lebih atau 59,84 persen merupakan investor yang berusia di bawah 30 tahun. Jika dilihat dari pekerjannya, sepertiga atau 32,88 persen merupakan pegawai swasta.
Dominasi investor dari Pulau Jawa terus menurun karena saat ini sudah banyak investor yang berasal dari luar Jawa.
Sementara itu, separuh lebih (58,33 persen) investor pasar modal merupakan lulusan strata satu (S-1) dan hampir 70 persen investor pasar modal berdomisili di Pulau Jawa. Dominasi investor dari Pulau Jawa terus menurun karena saat ini sudah banyak investor yang berasal dari luar Jawa.
KSEI juga mengembangkan teknologi digital lain terkait eASY.KSEI. Dalam waktu dekat, KSEI akan melanjutkan pengembangan eASY.KSEI agar dapat digunakan untuk penyelenggaraan e-RUPEBUS (rapat umum pemegang efek bersifat utang) dan e-RUPUP (rapat umum pemegang unit penyertaan) secara daring.
eASY.KSEI juga akan dilengkapi dengan dukungan terkait multi-voting shares atau saham dengan hak multipel. Dengan fasilitas ini, para pemegang saham dapat menghadiri rapat pemegang saham secara virtual dari mana saja sehingga hak suaranya dapat digunakan dengan baik.
Dampak pandemi
Peningkatan jumlah investor di tengah pandemi juga terjadi di negara lain. Survei global yang dilakukan manajer investasi Schroders di 33 negara menunjukkan bahwa pandemi juga telah membuat orang lebih sadar pentingnya berinvestasi. Penurunan penghasilan atau bahkan kehilangan penghasilan karena pandemi membuat lebih banyak orang merasa perlu memiliki investasi.
Survei Schroders lainnya menunjukkan, investor global beralih ke risiko lebih tinggi di tengah pandemi. Survei ini dilakukan terhadap 23.000 orang di 33 negara. Ada 37 persen responden yang bersedia mengalokasikan investasinya ke aset yang berisiko lebih tinggi, terutama investor muda. Generasi muda lebih tahan menghadapi risiko dibandingkan dengan generasi tua.