Kinerja Perbankan Sumbar Tahun 2021 Tumbuh Positif
OJK menyebut indikator perbankan di Sumbar, yaitu pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan pertumbuhan kredit, menunjukkan hal positif. Pertumbuhan ekonomi tahun 2022 akan ditopang sektor perdagangan dan pariwisata.
Oleh
YOLA SASTRA
·4 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pertumbuhan kinerja perbankan di Sumatera Barat disebut positif di tahun 2021. Otoritas Jasa Keuangan Sumbar menyebut, salah satu indikasinya terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang menandakan aktivitas usahanya menggembirakan.
Kepala OJK Sumbar Yusri di Padang, Rabu (8/12/2021), mengatakan, indikator perbankan di Sumbar, yaitu pertumbuhan aset, dana pihak ketiga, dan pertumbuhan kredit, menunjukkan hal positif. Itu tidak hanya terjadi selama 2021, tetapi juga di tahun 2020. Secara nasional, pertumbuhan kredit sempat mengalami kontraksi pada 2020.
”Aset, dana pihak ketiga, dan kredit atau pembiayaan perbankan di Sumbar tumbuh positif, baik pada 2020 maupun 2021,” kata Yusri dalam paparannya di Padang, Rabu.
Menurut Yusri, aset perbankan di Sumbar hingga Oktober 2021 tumbuh menjadi Rp 70,72 triliun dari Rp 64,65 triliun Oktober 2020 atau tumbuh 9,40 persen tahun demi tahun (YoY). Sementara pada 2020, aset tetap tumbuh meskipun tidak terlalu besar. Dari Rp 63,3 triliun pada Desember 2019 menjadi Rp 64,38 triliun pada Desember 2020.
Selanjutnya, dana pihak ketiga, pada 2021 tumbuh dari Rp 50,07 triliun pada Oktober 2020 menjadi Rp 52,59 triliun pada Oktober 2021 atau tumbuh 5,03 persen. Tahun lalu, dana pihak ketiga juga tumbuh dari Rp 45,72 triliun pada Desember 2019 menjadi Rp 48,60 triliun pada Desember 2020.
Kredit perbankan di Sumbar tahun 2021 juga tumbuh besar dari Rp 55 triliun pada Oktober 2020 menjadi Rp 59,33 triliun pada Oktober 2021 atau tumbuh 8,47 persen YoY. Sebelumnya, kredit juga tumbuh baik dari Rp 54,14 triliun pada Desember 2019 menjadi Rp 56,10 triliun pada Desember 2020.
”Pertumbuhan kredit perbankan di Sumbar 8,47 persen, lebih baik dibandingkan pertumbuhan kredit nasional 2,82 persen. Ini cerminan kegiatan ekonomi di Sumbar cukup menggembirakan. Ini sebetulnya sudah di atas target. Target kami 7 persen,” kata Yusri.
Hal lainnya yang menunjukkan tren positif adalah rasio kredit bermasalah di Sumbar. Sejak Desember 2019, jumlah kredit macet (nonperforming loan/NPL) di provinsi ini terus turun dari 2,57 persen menjadi 2,07 persen pada Desember 2020. Pada Oktober 2021, jumlah kredit macet naik menjadi 2,12 persen.
Penurunan NPL tersebut, kata Yusri, adalah pengaruh kebijakan yang dikeluarkan OJK tentang restrukturisasi kredit sejak 2020. Terakhir OJK mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 18/POJK.03/2021, isinya tentang perpanjangan kebijakan restrukturisasi kredit hingga Maret 2023.
”Kebijakan ini memberikan ruang lebih leluasa kepada pelaku usaha, UMKM, untuk bisa menata bisnisnya dan cashflow dengan baik sehingga masih mampu melakukan aktivitas bisnisnya, menggerakkan roda perekonomian, menyerap tenaga kerja, dan sebagainya,” kata Yusri.
Ditambahkan Yusri, jumlah kredit macet 2,12 persen di Sumbar itu, dari segi risiko masih termitigasi dengan baik jika dibandingkan dengan jumlah kredit macet nasional 3,28 persen.
Dalam kesempatan yang sama, Wakil Dekan I Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Endrizal Ridwan mengatakan, produk domestik regional bruto (PDRB) Sumbar pada triwulan III 2021 berdasarkan harga berlaku sebesar Rp 63,34 triliun. Pertumbuhan ekonomi Sumbar tahun demi tahun pada triwulan III tahun 2021 relatif baik sebesar 3,32 persen.
”Angka tersebut sesuai dengan prediksi tahun lalu berkisar 3-4 persen,” katanya.
Menurut Endrizal, pada triwulan II 2020, pertumbuhan ekonomi Sumbar turun karena pandemi Covid-19, yaitu minus 4,92 persen. Pada triwulan II 2021, membaik menjadi 5,74 persen dibandingkan periode sama tahun lalu.
”Pertumbuhan triwulan II-2021 tinggi karena triwulan II-2020 negatif. Triwulan III-2021 tumbuh 3,32 persen. Kami prediksi tahun depan pertumbuhan ekonomi Sumbar 4,7-5,7 persen,” ujarnya.
Berdasarkan data BPS, kata Endrizal, Sumbar menyumbang 6,73 persen terhadap perekonomian di Pulau Sumatera dan 1,48 persen terhadap perekonomian Nasional. Di Sumatera, pertumbuhan ekonomi Sumbar berada pada ranking keenam.
Endrizal melanjutkan, pertumbuhan PDRB Sumbar berdasarkan lapangan usaha, yaitu pertanian tumbuh 4,29 persen, pertambangan dan penggalian minus 4,27 persen, industri pengolahan 4,60 persen, konstruksi 3,13 persen, dan perdagangan dan reparasi 4,74 persen.
”Kami prediksi tahun 2022 pertumbuhan ekonomi akan ditopang sektor perdagangan dan pariwisata. Mudah-mudahan dengan makin terkontrolnya Covid-19, kami sangat optimistis untuk tahun 2022. Tren saat ini bagus, vaksinasi bisa dianggap sukses, orang optimistis lakukan transaksi,” ujar Endrizal.