Sektor Hulu Tetap Dinilai Strategis bagi Indonesia
Selain mendukung penyediaan energi, keberadaan industri hulu minyak dan gas bumi dinilai turut menggerakkan perekonomian nasional. Oleh karena itu, pemerintah tetap mengejar target produksi di tengah transisi energi.
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·3 menit baca
BADUNG, KOMPAS — Sektor hulu minyak dan gas bumi dinilai tetap memiliki peran strategis bagi Indonesia di tengah transisi ke energi baru dan terbarukan. Selain mendukung penyediaan energi di masa depan, keberadaannya turut menggerakkan perekonomian nasional.
”Industri hulu migas (minyak dan gas bumi), tidak akan serta-merta ditinggalkan karena industri ini menjadi salah satu pilar ekonomi Indonesia,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, pada pembukaan, The 2nd Internasional Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG) 2021, Senin (29/11/2021).
Konvensi internasional hulu migas itu digelar Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) secara hibrida dengan penyelenggaraan fisik di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, selama tiga hari hingga Rabu (1/12/2021).
Arifin menambahkan, ada efek berganda (multiplier effect) yang tercipta dari kegiatan industri hulu migas. Pemakaian kapasitas nasional terbilang besar. Pada tahun 2020, misalnya, penggunaan kapasitas nasional 57 persen dengan nilai pengadaan sekitar 2,54 miliar dollar AS.
Hasil studi Universitas Indonesia atas dampak usaha hulu migas tahun 2003-2017, kata Arifin, efek berganda industri hulu migas terus meningkat. Pada awalnya, industri ini menghasilkan manfaat berupa penerimaan negara, lalu dikembangkan menjadi salah satu mesin penggerak kegiatan penunjang, seperti perbankan dan perhotelan.
”Dalam perhitungan umum, setiap investasi 1 dollar AS menghasilkan dampak senilai 1,6 dollar AS yang dapat dinikmati oleh industri penunjangnya,” kata Arifin yang hadir secara virtual.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, yang hadir mewakili Presiden Joko Widodo untuk membuka IOG 2021, menyatakan, Pemerintah Indonesia melihat industri hulu migas sebagai pendorong ekonomi yang kuat dan berkelanjutan. ”Di masa depan, kita memiliki visi industri hulu migas tetap menjadi pendorong ekonomi yang kuat dan berkelanjutan, tak hanya dengan menciptakan nilai tambah, tetapi juga meningkatkan pembangunan infrastruktur di daerah,” ujarnya.
Transisi
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, para pelaku industri hulu migas memiliki visi memberikan karya terbaik, termasuk menciptakan transisi yang mulus dalam masa peralihan energi. Menurut dia, guna memberikan kontribusi maksimal, industri hulu migas memerlukan investasi yang signifikan dan partisipasi aktif dari para pemain domestik dan internasional.
”Konvensi ini diharapkan dapat menjadi platform untuk perubahan industri hulu migas yang mampu memberikan tingkat imbal balik (IRR) proyek yang kompetitif, peraturan yang stabil, serta mampu mendorong eksplorasi untuk giant discovery (penemuan besar), dan menciptakan ekosistem hulu migas sesuai peta jalan pengembangan emisi nol tahun 2060 atau lebih cepat,” kata Dwi Soetjipto.
SKK Migas berharap konvensi IOG 2021 dapat mengidentifikasi kebijakan dan strategi meningkatkan daya tarik investasi di hulu migas Indonesia di tengah kondisi global yang semakin kompetitif, mengidentifikasi dampak global terkait transisi energi ke industri hulu, meningkatkan kolaborasi antarinvestor dan pemangku, serta mendapatkan masukan dari para pemangku.
Pada penyelenggaraan tahun 2020, IOG dihadiri oleh lebih dari 10.000 orang secara daring dan menghasilkan rumusan strategi mencapai visi target produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan gas 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD) tahun 2030. Tahun ini, visi bersama itu dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo menjadi arah kebijakan serta strategi subsektor sumber daya minyak dan gas sebagaimana tertuang di dalam lampiran pidato kenegaraan Presiden pada peringatan HUT Kemerdekaan Ke-76 RI pada 16 Agustus 2021.