Pelaku Industri Keuangan Nonbank Perkuat Ekosistem Digital
Pelaku industri keuangan nonbank berinovasi dengan mengeluarkan layanan aplikasi digital dan berkolaborasi dengan perusahaan teknologi finansial dan e-dagang untuk memperkuat kehadiran mereka di ekosistem digital.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Memasuki era digital, pelaku Industri Keuangan Nonbank atau IKNB berinovasi mengembangkan aplikasi teknologi hingga menjalin kerja sama dengan perusahaan teknologi finansial dan e-dagang untuk meningkatkan kapasitas mereka di ekosistem digital. Ini dilakukan untuk meningkatkan layanan kepada nasabah.
Direktur Teknologi Informasi dan Digital PT Pegadaian (Persero) Teguh Wahyono menjelaskan, menghadapi era digitalisasi yang dipercepat oleh pandemi, pihaknya berinovasi dengan memperkuat keberadaan mereka di dalam ekosistem digital. Salah satu upayanya adalah bekerja sama dengan perusahaan tekfin dan e-dagang untuk memasarkan layanan dari Pegadaian.
Saat ini pihaknya telah bekerja sama dengan berbagai pihak, seperti Tokopedia, Blibli.com, Shopee, Bareksa, Traveloka, Garasi.id, dan Link Aja, untuk memasarkan layanan pegadaian, seperti tabungan emas, gadai emas, kartu emas, cicil kendaraan, dan gadai BPKB.
Ia menjelaskan, melakukan digitalisasi dengan membuat situs sebenarnya mudah saja. Namun, yang sulit adalah mendapatkan arus besar pengguna internet agar bisa menggunakan layanan produk Pegadaian.
”Kami kerja sama untuk menaruh produk-produk kami di saluran-saluran perusahaan tekfin dan e-dagang ini. Kolaborasi ini untuk perkuat keberadaan kami di ekosistem digital,” ujar Teguh dalam webinar bertajuk ”Reinforce Business Fundamental Post-New Normal” yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Selasa (23/11/2021).
Sejauh ini, layanan transaksi digital Pegadaian digunakan 4,6 juta orang yang melakukan sebanyak 2,7 juta transaksi dengan nilai Rp 3,98 triliun. Dari jumlah pengguna itu, sebanyak 60 persen adalah konsumen usia milenial.
Upaya memperkuat layanan digital juga dilakukan oleh perusahaan pembiayaan PT CIMB Niaga Auto Finance (CNAF). Pihaknya memiliki aplikasi layanan digital CNAF Mobile yang memiliki fitur, antara lain, face recognition dan geotagging.
Presiden Direktur CNAF Ristiawan Suherman menjelaskan, fitur face recognition memungkinkan teknologinya mengenali biometrik wajah konsumen sehingga pengurusan dokumen pembiayaan bisa dilakukan secara jarak jauh tanpa perlu bertatap muka ke kantor cabang. Adapun fitur geotagging memungkinkan pegawainya bisa melakukan survei rumah calon debitor melalui digital tanpa perlu mendatangi langsung ke lokasi.
”Jadi, inovasi digital kami ini untuk memberikan value lebih kepada nasabah. Selain itu, juga meningkatkan efisiensi kerja kami,” ujar Ristiawan Suherman.
Peningkatan layanan dengan digitalisasi juga dilakukan PT Taspen. Direktur Utama PT Taspen Antonius Kosasih mengembangkan layanan Taspen Pesona (Tanggap Andal Selamatkan Pensiunan dengan Pelayanan Bebas Corona). Melalui layanan digital ini, nasabah Taspen yang merupakan pensiunan aparatur sipil negara bisa mendapatkan klaim asuransi dan pencairan uang pensiun tanpa proses ke kantor cabang.
”Walau pandemi, kebutuhan pelayanan uang pensiun tetap harus jalan. Kami tidak ingin sampai terjadi kluster Covid-19 dari antrean di Taspen. Maka, kami berinovasi untuk ciptakan layanan ini,” ujar Antonius.
Direktur Utama PT BNI Life Insurance Shadiq Akasya menjelaskan, perubahan digital harus diikuti dengan perubahan pola pikir digital. Ini berfokus pada pola pikir pertumbuhan bisnis, kolaborasi, belajar dengan cepat, dan menciptakan sumber daya manusia yang andal dalam dunia digital.
”Tidak hanya persiapan infrastrukturnya, tetapi juga yang tak kalah penting pola pikirnya yang harus dibentuk,” ujar Shadiq.
Tetap bertumbuh
Inovasi digital yang dilakukan perusahaan IKNB itu membuat mereka bertahan di tengah tekanan ekonomi yang dipicu pandemi. Mengutip data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aset total IKNB sampai dengan September mencapai Rp 2.759 triliun atau bertumbuh 9,38 persen secara tahunan. Investasi total IKNB sampai dengan September juga bertumbuh 12,84 persen menjadi Rp 1.663 triliun. Adapun total pendapatan operasional IKNB sampai dengan September mencapai Rp 571,13 triliun atau bertumbuh 11,25 persen.
Kepala Eksekutif Pengawas IKNB OJK Riswinandi mengatakan, IKNB masih terus menunjukkan tren pertumbuhan positif. ”Pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat tersebut tentunya berdampak positif terhadap kinerja sector IKNB, yang juga terbukti cukup resilien dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19,” ujar Riswinandi.
Senada dengan Riswinandi, Direktur Utama LPPI Mirza Adityaswara mengatakan, pulihnya perekonomian ke jalur pertumbuhan positif mulai triwulan II-2021 memberi dampak positif pada kinerja IKNB. ”Diharapkan ini bisa terus berlanjut di triwulan terakhir tahun ini dan bersiap untuk fase pertumbuhan pada tahun mendatang,” ujar Mirza.