Pemerintah mendorong pengembangan fasilitas penukaran baterai guna mempermudah pengguna kendaraan bermotor listrik. Ketersediaan infrastruktur dan harga yang terjangkau diyakini mendongkrak pengguna kendaraan listrik.
Oleh
Stefanus Osa Triyatna
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kemudahan proses penggantian baterai kendaraan listrik diyakini bakal mendorong konsumen beralih dari kendaraan berbahan bakar minyak ke kendaraan listrik. Langkah itu mempermudah pengguna kendaraan listrik dan merupakan salah satu terobosan di tengah upaya menyediakan stasiun pengisian kendaraan listrik umum. Namun, hingga saat ini, baru sepeda motor yang sangat memungkinkan melakukan mekanisme swap atau penukaran baterai.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi di Jakarta, Minggu (14/11/2021), mengatakan, skema pembelian kendaraan bermotor tanpa baterai, yaitu dengan konsep tukar atau swap baterai, tengah didorong untuk menekan harga kendaraan. Sebab, selama ini biaya produksi kendaraan listrik yang terbesar berasal dari komponen baterainya.
Budi menjelaskan, baru ada dua perusahaan yang bergelut di bidang penyediaan baterai sepeda motor listrik, yaitu PT Oyika Powered Solution dan PT Swap Energi Indonesia. Nantinya, pengguna sepeda motor listrik tak perlu repot memperoleh baterai kendaraannya. Mereka tinggal menuju ke minimarket terdekat yang menyediakan fasilitas swap baterai, kemudian menukar baterai kosong dengan baterai yang telah terisi penuh. ”Jadi, pembelian sepeda motor listrik bisa lebih murah karena tanpa baterai. Mereka cukup membayar sewa (baterai) saja,” ujar Budi.
Terobosan pemerintah yang lain adalah mendorong masyarakat untuk mengonversi kendaraan konvensional atau berbahan bakar minyak ke teknologi listrik. Hal ini bisa menjadi salah satu cara mempercepat program elektrifikasi kendaraan bermotor nasional. Regulasinya telah tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 2020 tentang Konversi Sepeda Motor dengan Penggerak Motor Bakar Menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai.
Budi mengatakan, Kementerian Perhubungan telah beberapa kali membahas hal ini bersama Badan Standardisasi Nasional (BSN) supaya baterai yang akan digunakan untuk sepeda motor listrik memiliki dimensi yang sama. Proses rancang bangun dimensi baterai itu sedang berlangsung.
Populasi sepeda motor listrik saat ini diperkirakan mencapai 10.300 unit yang sudah beredar di masyarakat. Namun, setelah Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai diterbitkan, perkembangan jumlah kepemilikan dan manufaktur industri kendaraan bermotor listrik juga meningkat. ”Awalnya hanya lima produsen, tetapi sekarang sudah 22 agen pemegang merek sepeda motor listrik. Untuk populasi mobil listrik masih di angka 1.500-an unit,” lanjut Budi.
Inisiasi pemerintah
Dalam upaya mendorong pengurangan emisi karbon, berbagai inisiasi pemerintah terus dilakukan dalam pemakaian kendaraan listrik. Pemerintah dinilai tidak dapat bekerja sendirian, tetapi melibatkan swasta, baik produsen otomotif maupun baterai kendaraan listrik.
Pekan ini, kata Budi, Damri direncanakan akan meluncurkan penggunaan bus listrik dengan rute Jakarta Kota-Bandara Soekarno-Hatta.
Terkait ketersediaan stasiun pengisian (charging station) kendaraan listrik, sesuai Perpres No 55/2019, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi sudah menugaskan kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) secara bertahap untuk membangun stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) dengan prioritas di perkotaan, seperti di kompleks perkantoran dan pusat belanja. ”Di simpul-simpul transportasi, Menteri Perhubungan juga sudah memerintahkan seluruh terminal tipe A dan stasiun kereta api untuk disiapkan SPKLU,” ujar Budi.
Hal lain yang menjadi tantangan adalah harga kendaraan listrik yang cukup tinggi, terutama komponen baterainya. Selain baterai, motor penggeraknya juga masih mahal. Pemerintah mengupayakan agar harga baterai semakin terjangkau, salah satunya dengan mulai dibangunnya pabrik baterai di Karawang, Jawa Barat. Pada September 2021, Presiden Joko Widodo melakukan peletakan batu pertama pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik ini.
Secara terpisah, Presiden and CEO Mitsubishi Fuso Truck and Bus Corporation (MFTBC) Hartmut Schick dalam pembukaan Gaikindo Indonesia International Auto Show di ICE BSD, Tangerang, Banten, Kamis (11/11/2021), mengatakan, mencermati perkembangan kebutuhan global, termasuk kebutuhan kendaraan listrik di Indonesia, Mitsubishi juga ingin menghadirkan kendaraan niaga berbasis listrik yang sebetulnya sudah dipasarkan di negara-negara maju.
”Saya ingin menjelaskan strategi kami untuk kendaraan listrik. Seperti telah diketahui, pemanasan global adalah salah satu masalah paling kritis bagi planet kita. Dalam situasi ini, perusahaan di industri otomotif harus memiliki misi ambisius untuk beralih dari kendaraan konvensional ke kendaraan listrik dan fuel cell sesegera mungkin untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara global,” kata Hartmut.
Mitsubishi Fuso, kata Hartmut, mengikuti target global Daimler dan telah berkontribusi menjadi perusahaan pertama yang mengembangkan truk listrik yang diproduksi seri ”e-Canter” di dunia. Truk listrik ini telah diperkenalkan di Jepang, Australia, Eropa, dan Amerika Serikat. Akhir tahun ini, Mitsubishi berharap dapat memiliki sekitar 300 unit truk eCanter untuk dikirim ke pelanggan di seluruh dunia.
”Adapun pemasaran Indonesia, kami memahami dan sangat menghargai orang Indonesia dan keinginan Pemerintah Indonesia untuk secara aktif mengejar dan memajukan kebijakan kendaraan listrik. Bahkan, mereka juga memiliki peta jalan untuk pengembangan kendaraan listrik,” kata Hartmut.
Apalagi, lanjut Hartmut, Indonesia merupakan salah satu negara produsen nikel terbesar. Ada potensi besar bagi negara Indonesia sebagai pasar maupun pusat produksi kendaraan listrik. Dari perspektif ini, Mitsubishi ingin berkolaborasi lebih jauh dengan Indonesia. Studi kelayakan peluncuran truk e-Canter di Indonesia sedang dipersiapkan dan diharapkan dapat terwujud dalam waktu dekat.
Marketing Director Sales and Marketing Division PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors (KTB) Duljatmono mengatakan, ”Sekarang ini, kami masih melakukan studi kelayakan. Semakin hari, studinya akan semakin dipercepat. Kami sejalan dengan misi pemerintah untuk membuka pemasaran kendaraan listrik di Indonesia.”
Menurut Duljatmono, truk listrik e-Canter sebenarnya sudah dipasarkan ke berbagai negara. Jumlahnya mencapai 200 unit. Untuk pemasaran di Indonesia, Mitsubishi telah menangkap peluang pasarnya. Namun, studi kelayakannya masih harus terus dilakukan.