Penggunaan Mata Uang Lokal Dorong Transaksi Perdagangan
Penggunaan mata uang lokal atau ”local currency settlement” (LCS) dalam perdagangan Indonesia-Jepang mengalami kenaikan hingga 10 kali lipat.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Penggunaan mata uang lokal atau local currency settlement dalam perdagangan Indonesia-Jepang mengalami kenaikan hingga 10 kali lipat. Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya aktivitas perdagangan kedua negara.
Data Bank Indonesia (BI), nilai penggunaan mata uang lokal Indonesia (rupiah) dan Jepang (yen) dalam penyelesaian transaksi bilateral (local currency settlement/LCS) pada 2020 setiap bulan mencapai setara dengan 9,8 juta dollar AS (Rp 142,10 miliar). Jumlah itu meningkat 10 kali lipat lebih pada 2021. Sampai dengan September 2021, nilai LCS Indonesia-Jepang mencapai 109,4 juta dollar AS per bulan.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti mengatakan, Jepang tercatat sebagai mitra dagang terbesar kedua bagi Indonesia dari sisi ekspor dan ketiga dari sisi negara impor. Dengan adanya kerja sama LCS antara Jepang dan Indonesia, volume dan nilai perdagangan hingga investasi kedua negara diharapkan dapat terus meningkat.
”Hubungan perdagangan dan investasi Jepang terus mengalami peningkatan. Ini kita bisa optimalkan melalui LCS Indonesia dengan Jepang,” kata Destry pada acara Webinar Local Currency Settlement Indonesia-Jepang dengan tema ”Merajut Asa Pemulihan Ekonomi Nasional Melalui Local Currency Settlement”, Rabu (10/11/2021).
Destry menjelaskan, kerja sama LCS dengan Jepang dan juga negara lain memiliki tujuan utama untuk mengurangi ketergantungan penggunaan mata uang dollar AS dalam transaksi perdagangan. Dengan menggunakan mata uang lokal kedua negara, perdagangan menjadi lebih efisien dan tidak terlalu bergantung pada pergerakan nilai tukar mata uang dollar AS. Penyelesaian transaksi ekspor rata-rata pada tahun 2015 hingga 2020, sebesar 94 persen untuk ekspor dan 83 persen untuk impor menggunakan mata uang dollar AS.
Ke depan, Destry menyampaikan, ketergantungan terhadap satu mata uang bisa dikurangi melalui penerapan LCS. ”Kita coba untuk tidak terjadi ketergantungan terhadap satu mata uang tertentu. Kita coba diversifikasi agar risikonya menjadi manageable,” tambahnya.
Saat ini kerja sama LCS telah terjalin dengan empat negara mitra dagang terbesar di Indonesia, yaitu Thailand, Malaysia, Jepang, dan China. Keempat negara tersebut dipilih karena nilai transaksi perdagangan dan investasi yang tinggi.
Mengutip data BI, penggunaan LCS gabungan dari mata uang rupiah, baht Thailand, dan ringgit Malaysia pada 2018 mencapai setara dengan 350 juta dollar AS. Artinya, pada tahun itu ada transaksi senilai 350 juta dollar AS yang terkonversi dalam mata uang rupiah, baht Thailand, dan ringgit Malaysia.
Pada 2019 penggunaan LCS masih dari tiga mata uang itu mencapai setara dengan 760 juta dollar AS atau meningkat dua kali lipat lebih dibandingkan 2018. Adapun pada 2020, negara yang menjalin LCS bertambah satu lagi, yakni Jepang. Dengan demikian, nilai penggunaan LCS pada 2020 dari empat mata uang, yakni rupiah, baht Thailand, ringgit Malaysia, dan yen Jepang, mencapai 800 juta dollar AS.
Pada 2021, negara yang menjalin kerja sama LCS bertambah satu lagi, yakni China. Sampai dengan Juli, nilai LCS sudah mencapai setara dengan 1,2 miliar dollar AS dari lima mata uang, yakni rupiah, baht Thailand, ringgit Malaysia, yen Jepang, dan renminbi China.
Ekspor
Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengapresiasi andil BI dalam hal surplus neraca perdagangan Indonesia pada September 2021, yang tercatat sebesar 4,37 miliar dollar AS. Penerapan LCS, kata Jerry, sangat membantu pertumbuhan kinerja ekspor di tengah pandemi, termasuk kinerja perdagangan ke Jepang.
”Ini hal positif untuk bersama-sama meningkatkan neraca perdagangan. Sebab, sektor perdagangan terkait sektor keuangan,” ujar Jerry.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan BI Donny Hutabarat menambahkan, LCS merupakan bagian dari Blueprint Pengembangan Pasar Uang (BPPU) 2025. LCS, lanjut Donny, menjadi program kerja dari tiga inisiatif utama BPPU 2025, khususnya pada inisiatif peningkatan transmisi kebijakan moneter.
Secara teknis, transaksi LCS seperti Indonesia dan Jepang difasilitasi oleh mitra Bank Appointed Cross Currency Dealer (ACCD) yang ditunjuk oleh bank sentral kedua negara. Bank yang ditunjuk ini membantu proses penyelesaian transaksi perdagangan hingga investasi dengan mata uang lokal. Jadi, nantinya transaksi bisa langsung menggunakan rupiah dan yuan tanpa perlu dikonversi ke mata uang dollar.
”Melalui Bank ACCD, transaksi didorong direct, tidak memakai cross currency rate,” ungkap Donny.
Donny menambahkan, pihaknya membuka peluang bagi bank di Indonesia untuk bergabung ke dalam Bank ACCD yang mendukung penerapan LCS. Ke depan, BI mendorong agar transaksi LCS juga menjadi lebih efisien.