Nasi padang dan komodo menjadi bagian paling tak terlupakan bagi pengunjung mancanegara di Paviliun Indonesia di Dubai Expo 2020. Hingga satu bulan pameran, sekitar 200.000 orang telah berkunjung ke Paviliun Indonesia.
Oleh
Benediktus Krisna Yogatama
·5 menit baca
Di antara stan 192 negara peserta yang hadir sebagai peserta pameran Dubai Expo 2020, Paviliun Indonesia termasuk yang mendapat perhatian pengunjung yang datang dari berbagai belahan dunia. Dengan menampilkan berbagai kekayaan budaya, Paviliun Indonesia memiliki daya tarik unik yang tak dimiliki negara lain. Sebagian yang digemari pengunjung adalah nasi padang dan komodo.
Pada Selasa (2/11/2021) siang, Connor dan Sarah berkeliling di arena Dubai Expo 2020 dan menikmati sajian pameran tiap negara. Ketika sedang menyusuri salah satu dari empat koridor terbesar pameran, yakni District Opportunity, langkah kaki pasangan suami istri asal Skotlandia itu terhenti.
Keduanya mengamati desain batik berwarna kecokelatan yang menghiasi dinding luar bangunan paviliun. Mata mereka menatap tulisan ”Indonesia” setinggi 0,5 meter dan lebar sekitar 4 meter berwarna-warni yang dipasang di beranda dan dinding bangunan. Penasaran dengan isinya, mereka pun masuk ke paviliun.
Paviliun Indonesia terbagi menjadi tiga area, yaitu Indonesia Yesterday, Indonesia Today, dan Indonesia Tomorrow. Semuanya terhubung dalam satu jalan sehingga pengunjung hanya tinggal berjalan mengikuti rute yang telah disiapkan.
Bagian Indonesia Yesterday menceritakan peran Indonesia sebagai pusat perdagangan dunia melalui komoditas rempah-rempah. Dulu rempah-rempah merupakan komoditas yang sangat penting karena menjadi barang yang digemari banyak orang karena khasiatnya serta memberikan rasa pada masakan.
Untuk menguatkan pesan itu, di area Indonesia Yesterday, dipajang 23 jenis rempah, antara lain pala, kunyit, dan kemiri, yang dikemas dalam 5.800 resin. Connor dan Sarah pun menyimak narasi pesan yang diberikan, baik dalam bentuk teks yang ditampilkan dengan videotron maupun narasi audio dari pengeras suara. Mereka mendekati etalase resin rempah-rempah untuk bisa melihat lebih detail.
Pasangan suami istri berusia paruh baya itu masuk area Indonesia Today yang memajang videotron yang menyajikan gambar kondisi Indonesia saat ini. Layar itu menyajikan kondisi Indonesia yang tidak lagi sekadar negara agraris pemasok rempah-rempah, tetapi juga berbagai kekayaan satwa, seperti komodo, kekayaan alam, dan wisata budaya, seperti Candi Borobudur. Selain itu, ditampilkan pula bahwa Indonesia hari ini telah menjelma menjadi kekuatan baru ekonomi digital dunia.
Pada saat itu, Connor dan Sarah hadir menyaksikan video itu bersama rombongan anak-anak sekolah setempat. Mereka bersorak senang ketika melihat video komodo sedang berjalan. ”Binatang apa itu?” tanya seorang murid dengan bahasa Inggris kepada gurunya.
”Itu adalah komodo,” jawab gurunya.
Puas menyaksikan video keanekaragaman itu, para pengunjung akan tiba di area Indonesia Tomorrow yang berisi harapan dan cita-cita Indonesia di masa mendatang. Di sana dipajang 11 videotron yang menampilkan video anak-anak berbusana daerah Indonesia berbicara dengan 11 bahasa, antara lain bahasa Indonesia, Inggris, Mandarin, Jepang, dan Jerman.
Anak-anak itu berkata seperti ini, ”Saya berjanji untuk melindungi masa depan planet kita bersama.” Connor dan Sarah mengangguk-angguk terenyuh mendengarkan kata-kata anak-anak itu.
Setelah itu, mereka akan memasuki area teater yang memutar video tentang keanekaragaman budaya, kuliner, kerajinan tangan, dan lokasi wisata Indonesia.
Seusai menonton video di teater, pengunjung akan tiba di area toko cendera mata yang diberi nama Night Markets. Di sini dipajang hasil karya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang berasal dari seluruh Indonesia. Barang-barang yang dijual beragam, mulai dari produk bumbu rempah-rempah, kain tradisional, tas, batik, hingga jaket.
Setelah berbelanja, pengunjung berarti telah selesai menikmati seluruh sajian di Paviliun Indonesia. Jika mengikuti semua sajian pameran, pengunjung akan memerlukan waktu sekitar 30 menit untuk menyaksikan semuanya.
Di luar area Night Markets, ada restoran dan kedai kopi yang menjual makanan khas Indonesia, seperti nasi padang, soto betawi, sate, dan martabak. Adapun di kedai kopi disajikan kopi dari berbagai daerah di Nusantara.
Setelah merampungkan semuanya, Connor dan Sarah merasa lapar dan tertarik untuk mencoba nasi padang. Dibanderol 60 dirham (sekitar Rp 240.000), mereka memesan dua porsi. Nasi padang itu berisi rendang, ayam, perkedel, dan sayuran. Wajah mereka menunjukkan kepuasaan seusai mengecap salah satu makanan yang diakui terenak seluruh dunia itu. ”Makanan yang enak sekali,” ujar Connor disambut anggukan Sarah.
Sarah bercerita, pasangan yang berkecimpung di bidang keuangan itu pernah berkunjung ke Jakarta sekitar 5 tahun lalu untuk sebuah pertemuan bisnis. Pada saat itu, salah satu mitra bisnisnya mengajak mereka makan nasi padang. Saat itu juga, Sarah dan Connor langsung jatuh hati pada nasi padang. ”Saya mau menikmati lagi cita rasa yang lezat itu,” ujar Sarah.
Mengenalkan Indonesia
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan, tujuan utama dari Paviliun Indonesia adalah memperkenalkan lebih detail mengenai Indonesia kepada pengunjung yang datang dari berbagai penjuru dunia.
”Kita ingin memberi tahu dunia soal betapa vitalnya Indonesia pada masa lampau dari perdagangan rempah-rempah. Lalu memberitahukan kondisi Indonesia hari ini dan ke mana kita akan melangkah di masa depan,” ujar Lutfi.
Lutfi mengatakan, meski semua sajian yang ditampilkan di paviliun itu sudah baik, dia mengakui magnet nasi padang dan komodo mengundang pengunjung dan paling memberikan kesan. ”Nasi padang sudah makin mendunia. Lalu anak-anak itu suka sekali komodo karena mereka baru melihat binatang yang tidak ada di negaranya,” ujar Lutfi.
Paviliun Indonesia itu berada di koridor Opportunity District. Jalur itu disiapkan panitia kepada negara-negara yang membuka diri untuk investasi dan kerja sama guna menjalin perdagangan internasional. Di jalur itu juga terdapat paviliun negara lain, seperti Bahrain, Ukraina, Luksemburg, dan Iran.
Paviliun Indonesia memiliki luas total 3.000 meter persegi yang dibangun di lahan seluas 1.860 meter persegi. Paviliun tiga lantai itu dibangun oleh PT Wijaya Karya (Persero) Tbk.
Sejak pameran Dubai Expo 2020 dibuka pada 1 Oktober 2021 sampai 1 November, tercatat 200.000 pengunjung datang ke Paviliun Indonesia. Jumlah itu setara dengan 10 persen dari total pengunjung Dubai Expo yang mencapai 2 juta orang.
Seusai menyantap habis nasi padangnya, Connor dan Sarah beranjak pergi dari Paviliun Indonesia. Namun, satu hal yang pasti, mereka berjanji akan mengunjungi kembali Indonesia. ”Pameran ini membuka mata saya lebih luas betapa kayanya Indonesia dan banyak tempat wisata yang menarik untuk dikunjungi. Kami akan kembali ke sana,” ujar Connor.
Kami tunggu kedatangannya di Indonesia, ya, Connor dan Sarah serta para pengunjung Paviliun Indonesia.
Baca juga laporan Kompas lainnya terkait Dubai Expo 2020: