Dengan berbagai langkah, seperti divestasi jalan tol dan penambahan modal, Waskita Karya optimistis mampu membukukan laba bersih tahun 2023. Pemerintah menyuntik modal Waskita Karya Rp 7,9 triliun pada triwulan III-2021.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —- Emiten konstruksi PT Waskita Karya (Persero) Tbk telah melaksanakan sebagian dari delapan upaya penyehatan keuangan. Dengan berbagai langkah yang telah dilakukan, seperti divestasi ruas jalan tol dan penambahan modal, manajemen Waskita optimistis mampu membukukan laba bersih pada 2023.
”Pada triwulan ketiga (2021) ini, kami mendapatkan dukungan pemerintah berupa PMN (penyertaan modal negara) 2021 untuk menyelesaikan proyek tol,” kata Direktur Utama Waskita Karya Destiawan Soewardjono dalam pertemuan virtual, Kamis (4/11/2021).
Modal yang disertakan oleh pemerintah ke Waskita Karya mencapai Rp 7,9 triliun. Selain itu, perseroan juga menerima obligasi penjaminan pemerintah untuk pembiayaan dan tambahan modal kerja sindikasi dengan penjaminan pemerintah untuk melanjutkan dan mendorong percepatan pembangunan proyek infrastruktur.
Dalam kesempatan itu, Destiawan mengatakan, pihaknya akan terus melakukan divestasi ruas tol hingga 2025. Saat ini sebagian dari ruas itu belum selesai dan akan diselesaikan segera. ”Jika ruas tol sudah selesai, semakin enak berbicara dengan investor karena sudah ada data berapa traffic di jalan tersebut, seperti ruas di Sumatera Selatan,” ujarnya.
Destiawan mengatakan, dengan pelepasan ruas tol tersebut, beban utang Waskita Karya segera dapat diselesaikan. Waskita juga berupaya mencari peluang-peluang baru.
”Tentu dengan risiko dan keuangan yang lebih tertata baik sehingga tidak membebani Waskita dan Waskita tetap dapat menjalankan bisnisnya,” ujar Destiawan.
Salah satu peluang adalah pembangunan ibu kota baru. Jika tender sudah dibuka, Waskita berencana ikut dalam kesempatan tersebut. Nilai kontrak baru yang diperoleh hingga triwulan III-2021 mencapai Rp 12,01 triliun atau setara dengan 72 persen dari target hingga akhir tahun ini yang sebesar Rp 20,68 triliun.
”Right issue”
Guna menambah modal, Waskita juga akan menerbitkan saham baru dengan hak memesan efek terlebih dahulu atau right issue. Adapun nilai right issue sekitar Rp 4 triliun. Rencana itu juga terkait dengan penambahan modal dari pemerintah sebesar Rp 7,9 triliun. Dengan penambahan modal itu, kepemilikan pemerintah menjadi semakin besar.
Right issue juga dimaksudkan untuk menjaga keseimbangan komposisi kepemilikan saham pemerintah dan publik. ”Dengan tambahan right issue tersebut, komposisi kepemilikan antara publik dan pemerintah sama seperti saat ini,” kata Destiawan.
Saat ini pemerintah memegang 66 persen saham Waskita dan publik 34 persen. Right issue ini diharapkan akan selesai pada akhir tahun ini.
Dalam risetnya, analis Andreas Kristo dari Samuel Sekuritas mengatakan optimistis manajemen dapat mencapai target pemulihan kinerja paling lambat pada 2025. Adapun asumsi yang digunakan adalah strategi yang telah disiapkan dapat dieksekusi dengan baik.
Selain itu, Waskita melalui anak usahanya, Waskita Toll Road, juga telah melepas 55 persen saham di Cibitung Tanjung Priok Port Tollways (pemegang konsesi Jalan Tol Cibitung-Cilincing) kepada Akses Pelabuhan Indonesia senilai Rp 244 triliun.
Menurut perhitungan Andreas, transaksi ini dilakukan divaluasi 1,96 kali price to book value dan akan menurunkan tingkat utang Rp 5,8 triliun. Proses divestasi jalan tol akan terus berlanjut hingga tahun 2024 untuk meningkatkan kapasitas neraca dan transformasi bisnis.
”Utang diproyeksikan turun ke Rp 41 triliun dari sebelumnya Rp 90 triliun yang disebabkan dekonsolidasi dan pembayaran utang,” demikian riset Andreas.