Ada sejumlah kesulitan yang biasa dihadapi para pemilik bisnis dalam mengembangkan usahanya, antara lain soal logistik, promosi daring, dan perdagangan lintas negara. Dukungan diperlukan agar usaha terus berkembang.
Oleh
Joice Tauris Santi
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Agregator brand Open Labs mempersiapkan dana Rp 1,4 triliun untuk membantu mengembangkan pengusaha daring agar dapat menumbuhkan bisnisnya. Sasaran pengusaha yang dijadikan mitra beragam, tidak terbatas pada beberapa sektor saja.
Open Labs dapat membeli hingga 50 persen saham pemilik lama dan memberikan bantuan teknis, seperti promosi secara daring, pergudangan, juga menjual barang hingga ke luar negeri. Jika pemilik usaha mau menjual 100 persen sahamnya, Open Labs pun dapat mempertimbangkan skema tersebut.
”Kami mengidentifikasi biasanya ada 16 jenis kesulitan yang dihadapi para pemilik bisnis dalam mengembangkan usahanya. Contohnya yang paling banyak ada tiga, yakni logistik, promosi daring, dan crossboarder,” kata CEO dan Pendiri Open Labs Jeffrey Juwono, Kamis (28/10/2021).
Bisnis yang semakin besar memerlukan barang lebih banyak dan tempat penyimpanan lebih luas. ”Salah satu mitra kami bahkan mengunakan dapur sebagai gudang,” kata Jeffrey.
Tim Open Labs akan membantu mengatasi masalah ini. Selain itu, tim juga akan membantu untuk mengatasi hal operasional lain, seperti anggaran dan rencana-rencana perusahaan satu tahun ke depan.
Untuk menjadi mitra Open Labs, sebuah perusahan harus memiliki omzet setidaknya Rp 3 miliar dalam satu tahun. Selain itu, pendiri perusahaan pun diharapkan orang yang benar-benar menjalankan bisnis dengan benar.
Transaksi penjualan perusahaan harus merupakan transaksi penjualan secara daring. Selain itu, Open Labs hanya mau mendanai perusahaan yang omzetnya bertumbuh setiap tahun.
Agregator brand merupakan alternatif sumber pendanaan selain modal ventura atau private equity. Modal ventura biasanya menyukai perusahaan yang menggunakan teknologi tinggi, sementara private equity menyukai perusahaan yang sudah besar.
Claudia Sastra, pendiri produsen bumbu tabur Emaku Indonesia, mengatakan, bekerja sama dengan agregator brand merupakan salah satu cara untuk berkembang. Emaku Indonesia merupakan mitra pertama Open Labs.
”Untuk berkembang, tidak mudah mendapatkan dana. Saya menahan diri untuk tidak banyak berutang kepada bank. Perusahaan saya terlalu tradisional untuk modal ventura, terlalu kecil untuk private equity, jadi pas dengan agreagor brand seperti Open Labs ini,” kata Claudia.
Dia mengatakan, Emaku awalnya berdiri dengan hanya satu orang dan sekarang menjadi 10 orang. Claudia mengakui, pada awalnya mengambil berbagai keputusan hanya dengan perasaan. Ketika dibantu oleh tim Open Labs, keputusan bisnis dilakukan berdasarkan pada data yang ada. Saat ini, Claudia dan Open Labs sedang menjajaki pengembangan pemasaran agar produknya dapat masuk ke warung-warung.