Digitalisasi menjadi salah satu pola pikir yang perlu ditanamkan kepada para pelaku UKMK agar dapat beradaptasi dengan perkembangan pasar.
Oleh
Joice Tauris Santi
·3 menit baca
Perkembangan digital memungkinkan pelaku usaha kecil dan menengah mengembangkan bisnis. Banyak kemudahan dan kesempatan yang dapat diraih dengan melakukan digitalisasi.
Penjualan produk pada platform lokapasar, misalnya, akan memperluas pemasaran. Digitalisasi juga memberi akses data sehingga produk dapat dipasarkan lebih terarah dan tepat sasaran.
”Pengusaha UKM tidak boleh hanya berhenti pada zona nyaman. Dunia sudah berubah, semua dilakukan secara online. Jika kita hanya diam saja, akan ketinggalan di zona konvensonal,” kata CEO GK Hebat Ansari Kadir dalam IG Live Ngulik Bisnis yang diselenggarakan harian Kompas bersama Blibli dan GK Hebat, Kamis (23/9/2021).
GK Hebat merupakan akselerator UMKM yang memberikan berbagai pendampingan dan pelatihan agar bisnis UMKM dapat lebih berdaya dan berdampak.
Ansari mengatakan, perubahan pola pikir menjadi tantangan dalam membuat bisnis UMKM berkembang. Digitalisasi menjadi salah satu pola pikir yang perlu ditanamkan kepada para pelaku UKMK agar dapat beradaptasi dengan perkembangan. ”Dengan digitalisasi, penjualan dapat meningkat 1.000 persen. Itu bisa terjadi karena ada perubahan mindset dan mau ikut beradaptasi,” tambah Ansari.
Ansari mengatakan, UMKM berpotensi berkembang bahkan memiliki ekosistem sendiri. Produsen mi, misalnya, ketika memiliki banyak order sudah saatnya memikirkan memiliki pabrik mi, memiliki distributor sendiri, serta merekrut karyawan sendiri.
Pelaku UMKM yang mendapatkan pendampingan oleh GK Hebat dikurasi, lalu dicari apa kebutuhannya. Kebutuhan dari tiap pelaku usaha berbeda. Ada yang memerlukan rebranding produk atau mengganti kemasan produk.
”Setelah itu diperiksa bagaimana rantai pasoknya. Apakah produksi sejalan dengan pasokan bahan baku. Setelah itu ada penguatan marketing hingga membuat perkiraan dalam 1 tahun, 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun ke depan usaha ini mau menjadi apa,” kata Ansari.
Salah satu contoh pelaku UMKM yang mengandalkan digitalisasi adalah Bintari Saptanti, pemilik Bakmi Sundoro, yang akrab disapa Tanti. Seperti pelaku UMKM lainnya, awalnya Tanti hanya menawarkan produk dari rumah ke rumah. Setelah masuk ke lokapasar Blibli.com, pemasarannya bertambah luas.
”Saya ini gaptek. Dulu bagi saya, data itu memusingkan, sekarang tanpa data, saya malahan pusing,” kata Tanti. Dia menuturkan, pendampingan dari GK Hebat membuat bisnisnya melaju pesat. Pola pikirnya yang semula hanya menjual produk sudah berkembang.
”Sekarang saya memikirkan marketing, memperluas jaringan. UMKM tidak hanya sekadar membuat produk, lalu menjualnya. Saya tidak lagi mengurusi pembuatan mi. Dulu saya membuat sendiri 25 kilogram mi,” ujar Tanti lagi.
Berdasarkan data yang didapat, Tanti, antara lain, dapat memetakan pembelinya dan rantai pasoknya. Tanti kini juga memiliki tayangan podcast.
Keberhasilan penjualan secara daring membuat Tanti tidak kesulitan dalam memasarkan produk ke toko-toko konvensional. ”Mereka sudah melihat, produk ini sudah terjual banyak di platform online sehingga toko-toko dengan tangan terbuka menerima produk kami,” kata Tanti.
Selain memperluas pemasaran, Tanti pun berinovasi dalam produksi. Enam bulan lalu, dia membuat produk baru berupa mi kering, bukan mi beku yang ternyata laku di pasaran. Bagi Tanti, kemauan untuk terus belajar merupakan salah satu kunci dalam mencapai keberhasilan bisnisnya.