BI Sulut Salurkan Uang Kertas Baru di Empat Pulau Terluar
Bank Indonesia akan menyinggahi empat pulau terluar di wilayah Kepulauan Talaud, Sulawesi Utara, untuk mengganti uang rupiah yang sudah tidak layak pakai dari masyarakat dengan yang baru.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
BITUNG, KOMPAS — Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Sulawesi Utara akan menyinggahi empat pulau terluar di wilayah Kepulauan Talaud untuk mengganti uang rupiah yang sudah tidak layak pakai dari masyarakat dengan yang baru. Kepastian beredarnya rupiah di wilayah perbatasan akan mempertegas kehadiran negara dan memperlancar kegiatan ekonomi.
Empat daerah yang akan disinggahi dalam ekspedisi layanan kas keliling Bank Indonesia (BI) mulai Minggu hingga Jumat (24-29/10/2021) tersebar di Pulau Salibabu, Kabaruan, Karakelang, dan Miangas. Tim terdiri dari belasan karyawan Bank Indonesia (BI) serta 50 anak buah Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) Kakap 811 milik TNI Angkatan Laut, kapal yang digunakan dalam ekspedisi.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sulut Arbonas Hutabarat mengatakan, masyarakat dan bank-bank di keempat wilayah dapat menukarkan uang kertas nominal berapa pun dengan yang baru. BI menargetkan nilai yang ditukarkan mencapai Rp 2 miliar-Rp 3 miliar. ”Ini adalah upaya kami untuk menerapkan kebijakan clean money (penyegaran uang),” katanya.
Ekspedisi layanan kas keliling ke daerah kepulauan terluar Sulut terakhir digelar pada Oktober 2019. Saat itu, tim BI diantar oleh KRI Sultan Nuku 373 ke tujuh pulau di Sangihe dan Talaud. Program ini tak dapat digelar pada 2020 karena merebaknya pandemi Covid-19.
Menurut Arbonas, program kas keliling di pulau-pulau terluar Sulut adalah upaya untuk meningkatkan pemahaman, kecintaan, dan kebanggaan masyarakat akan rupiah di perbatasan utara Indonesia. Harapannya, masyarakat akan mampu memperlakukan rupiah dengan pantas, misalnya dengan tidak melipat dan meremasnya hingga kusut.
Masyarakat juga diharapkan mampu memahami peran rupiah sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah di wilayah RI, baik tunai maupun nontunai. ”Kami ingin masyarakat semakin menyadari bahwa rupiah adalah salah satu alat untuk menjaga kedaulatan negara. Kalau sudah begitu, kita akan semakin bangga dan mampu menjaga rupiah,” kata Arbonas.
Selain penukaran uang, BI Sulut juga akan menggelar sosialisasi tentang peran BI sebagai bank sentral serta digitalisasi keuangan masa kini, seperti kode respons cepat standar Indonesia (QRIS). Menurut Arbonas, perkembangan metode pembayaran perlu tetap disosialisasikan sekalipun belum dapat diterapkan di pulau-pulau terluar.
”Di Miangas, misalnya, masih ada kendala infrastruktur IT (teknologi informasi). Internet belum lancar. Jadi, kami akan jelaskan saja dulu (soal digitalisasi pembayaran). Penerapannya bergantung pada kesiapan Telkom,” kata Arbonas.
Tim ekspedisi juga akan menggelar Program Sosial Bank Indonesia dengan memberikan bantuan berupa laptop untuk sekolah-sekolah, alat musik dan olahraga di beberapa kelurahan, genset di beberapa desa, dan sebagainya. Untuk merayakan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober, BI juga akan menggelar vaksinasi Covid-19 di Miangas.
Komandan Pangkalan Utama TNI AL VIII Brigadir Jenderal (Mar) I Wayan Ariwijaya mengatakan, penting baginya untuk memastikan kegiatan perekonomian masyarakat bahari di perbatasan dapat berputar dengan baik. Hal ini dapat dijamin oleh ketersediaan rupiah hingga ke garis terdepan negara.
Ke depan, kegiatan seperti kas keliling ini dapat kita sandingkan dengan program-program lain untuk menjaga perbatasan.
”Masyarakat adalah bagian dari pertahanan. Kalau perekonomian masyarakat di wilayah terluar kuat, kedaulatan negara kita juga akan terjaga. Karena itu, rupiah harus kuat dan perkasa di negeri sendiri,” kata Wayan.
Saat ini, kata Wayan, wilayah Nusa Utara rawan konflik yang disebabkan klaim batas negara. Namun, saat ini tidak ada lagi perselisihan antara Indonesia dan Filipina soal perbatasan setelah kesepakatan yang dibuat di antara kedua negara pada 2014. Namun, keadaan ini harus dijaga dengan mempertegas kehadiran negara di wilayah tersebut.
”TNI AL rutin melaksanakan operasi keamanan laut di wilayah pulau-pulau terluar kita. Kami sudah menyediakan anggaran sesuai dengan jumlah kapal perang yang ada. Patroli kami laksanakan bergiliran sehingga perbatasan kita selalu terjaga. Ke depan, kegiatan seperti kas keliling ini dapat kita sandingkan dengan program-program lain untuk menjaga perbatasan,” katanya.
Sementara itu, Wali Kota Bitung Maurits Mantiri mengatakan, program ini mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari Gubernur Sulut Olly Dondokambey. ”Masyarakat perlu terus diberikan wawasan yang luas soal apa arti rupiah. Kami akan selalu mendukung kegiatan ini sebagai bagian yang tak terpisahkan dari program-program pemerintah ke depan,” katanya.