Kluster Usaha Serai Wangi Percepat Penyaluran KUR di Minahasa
Pemerintah berupaya mempercepat penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR di Sulawesi Utara dengan membentuk kluster usaha pengolahan minyak dari serai wangi. Hal ini juga mempercepat penyaluran KUR.
Oleh
Kristian Oka Prasetyadi
·4 menit baca
MINAHASA, KOMPAS — Pemerintah berupaya mempercepat penyaluran kredit usaha rakyat atau KUR di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, dengan membentuk kluster usaha pengolahan minyak dari serai wangi. Otoritas Jasa Keuangan menyatakan akan berfokus pada sektor pertanian agar alokasi nasional KUR sebesar Rp 253 triliun bisa segera tersalurkan seluruhnya.
Pusat pengolahan minyak wangi ini terletak di Desa Tountimomor, Kecamatan Kakas Barat. Di dalamnya terdapat 192 orang yang terdiri dari petani serai wangi (Cymbopogon nardus). Serai yang tersisa dari pengolahan minyak itu dijadikan pakan bagi peternakan sapi di sana.
Kluster usaha tersebut dibangun dengan dana KUR dari Bank Sulut Gorontalo (BSG). Dalam peresmiannya, Kamis (14/10/2021), Direktur Utama BSG Revino Pepah mengatakan, sekitar Rp 6,9 miliar disalurkan kepada 192 debitur dalam ekosistem usaha tersebut. ”Kami biayai petaninya dan offtaker-nya, yaitu usaha penyulingannya,” kata dia.
Para petani mendapatkan sekitar Rp 12 juta untuk setiap hektar lahan yang ditanami serai wangi. Adapun koperasi yang menyuling minyak serai, Maesa Maju Jaya (MMJ), memperoleh Rp 500 juta untuk pengadaan sebuah alat penyulingan. Revino berharap, penyaluran kredit ini bisa menjadikan minyak serai wangi produk andalan yang menyejahterakan petani Minahasa.
”Produk ini baik untuk dikembangkan karena banyak produk turunannya, seperti sabun, minyak wangi, bahkan produk minyak pelumas senjata. Ini produk yang sangat prospektif, dan kami senang ada yang mau mengembangkan produk ini,” kata Revino.
Pemimpin koperasi MMJ Herli Walandouw mengatakan, luasan lahan petani yang dinaunginya saat ini mencapai 120 hektar. Selama dua tahun terakhir ada beberapa petani yang sudah menanam serai wangi, termasuk dirinya, tetapi tidak tahu harus menjualnya ke mana.
Pintu pasar terbuka setelah datang permintaan dari perusahaan minyak nabati PT Indesso Aroma di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Menurut Herli, perusahaan ini tidak mau repot berurusan dengan petani sehingga ia pun berinisiatif mendirikan usaha penyulingan minyak untuk dipasok ke sana.
”Setelah mulai produksi tiga bulan, rata-rata saya baru bisa menghasilkan 300 kilogram minyak, sedangkan PT Indesso Aroma meminta setidaknya 500 kg tiap bulan. Makanya, kami akan kembangkan setelah mengadakan mesin penyulingan baru dari KUR yang kami dapat dari BSG,” kata Herli.
MMJ membeli serai wangi dari petani dengan harga Rp 150.000 per kg. Ketika panen sekali dalam empat bulan, Herli memperkirakan para petani bisa mendapatkan Rp 20 juta dari setiap hektar lahan serai wangi.
Denny Kemur, petani dari Tataaran, Minahasa, yang memiliki lahan serai wani seluas 2 hektar, juga tertarik untuk mengajukan permohonan KUR kepada BSG. ”Dari dua tahun lalu saya sudah menanam serai wangi, tetapi tidak pernah panen karena tidak ada pembelinya. Karena sekarang ada ini (kluster pengolahan serai wangi), saya mau kembangkan potensinya juga,” katanya.
Pengembangan sektor pertanian masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak.
Pembentukan kluster pertanian ini dikoordinasikan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Turut hadir di Minahasa, Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso. Dia mengatakan, ini adalah bentuk upaya untuk mengoptimalkan fungsi lahan tidur yang sebenarnya menyimpan potensi pertanian.
Masyarakat desalah yang akan mendapatkan manfaat paling besar dari pemanfaatan lahan ini, yaitu peningkatan pendapatan dan kesejahteraan. OJK pun menjaminnya dengan mencarikan pembeli produk-produk pertanian yang dihasilkan.
Menurut Wimboh, pembentukan kluster usaha pertanian, perkebunan, dan peternakan juga merupakan suatu upaya mendorong penyaluran KUR ke masyarakat. Pemerintah mengalokasikan KUR sebesar Rp 253 triliun selama 2021. Per 6 September lalu, realisasinya sudah mencapai Rp 176,92 triliun atau 69,93 persen dari target.
”Di Sulut, yang sudah tersalurkan Rp 1,548 triliun atau 70,76 persen dari target. Tapi, jangan terkendala target, tetap boleh melebihi target. Tinggal kami sesuaikan ulang, apakah ada kendala dari Jakarta. Kalau tidak, nanti kami tambah alokasinya,” kata Wimboh.
Khusus sektor pertanian Sulut, penyaluran KUR telah mencapai Rp 282 miliar atau 18,21 persen dari total di Sulut. KUR itu diberikan kepada 10.000 debitur. Menurut Wimboh, proporsi ini cukup tepat karena sektor pertanian masih berkontribusi paling besar bagi produk domestik regional bruto Sulut, yaitu 19,86 persen. Salah satu produk terbesar adalah minyak nabati.
”Pengembangan sektor pertanian masih memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Tidak hanya di bidang pembiayaan, tetapi juga mengenai pendampingan, pemasaran, sampai ekspor. OJK dan seluruh kementerian selalu berkoordinasi agar program pembuatan kluster ini bisa bergulir dengan baik agar bisa memberikan manfaat bagi petani,” kata Wimboh.
Sementara itu, Bupati Minahasa Royke Octavian Roring berharap serai wangi, yang tergolong komoditas baru, bisa semakin berkembang hingga diekspor. ”Kalau sudah disosialisasikan bahwa ada offtaker (pembeli) hasil, pasti produksinya akan terus bertambah,” katanya.