"Kresek Kesadaran" Kelola Kreatif Sampah Masker Sekali Pakai (AKAN DITAMBAH)
Pandemi Covid-19 yang berjalan hampir dua tahun menyebabkan pemakaian masker sekali pakai jadi kebiasaan baru. Di sisi lain ini menimbulkan masalah. Segala inovasi coba dikembangkan untuk mengolahnya.
Oleh
Mediana
·4 menit baca
Pandemi Covid-19 yang tak kunjung selesai menyisakan satu persoalan serius mengenai sampah masker sekali pakai. Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Frontiers of Environmental Science and Engineering memperkirakan, manusia menggunakan 129 miliar masker sekali pakai setiap bulan di seluruh dunia. Pemakaian rata-rata masker sekali pakai per menit sekitar 2,8 juta. Menurut data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, sampah masker di Indonesia telah mencapai lebih dari tiga juta ton dan terus bertambah setiap harinya.
Anjuran agar sampah masker sekali pakai tidak aman dibuang bersama sampah lainnya sudah marak. Sebab, selain risiko terpapar bakteri ataupun virus penggunanya, sampah masker sekali pakai butuh waktu ratusan tahun bisa terurai. Meski demikian, masih ada warga yang belum memahami hal itu, bahkan membuang sampah masker sekali pakai sembarangan. Musisi dan aktivis lingkungan Nugie Nugraha, Jumat (24/9/2021), di Jakarta, mencontohkan sungai dan got saluran air jadi sasaran tempat membuang. Jika dibiarkan, hal itu akan menimbulkan kerentanan baru.
"Memperlakukan sampah masker sekali pakai perlu menjadi gaya hidup. Apabila hanya jadi praktik, warga biasanya cenderung merasa anggap sepele seperti mau pakai dan urusan sampahnya diserahkan ke orang lain. Mereka harus dibiasakan sadar akan tanggung jawab terhadap sampah maskernya sendiri," ujar dia saat peluncuran program Kresek Kesadaran (KESAN) - Waste to Art.
Pendiri Parongpong Recycle and Waste (RAW) Lab Rendy Aditya Wachid mengatakan, setelah pandemi Covid-19 berjalan hampir dua tahun, Parongpong dan Evoware memikirkan cara agar sampah masker sekali pakai tertangani dengan tetap meminimalkan risiko penyebaran bakteri atau virus. Lahirlah program KESAN - Waste to Art. Program ini juga didukung oleh Most Valued Brand (MVB) Indonesia. MVB merupakan organisasi independen berpusat di Singapura yang khusus bergerak di bidang pemberdayaan bisnis keberlanjutan.
Evoware merupakan wirausaha sosial yang bergerak di penciptaan kemasan/wadah ramah lingkungan, sedangkan Parongpong RAW Lab bergerak di inovasi pengembangan material dari limbah.
Cara kerja KESAN dimulai dari individu warga membeli paket KESAN di salah satu lokapasar nasional. Harga per paketnya hanya Rp 100.000. Paket KESAN juga tersedia untuk korporat. Satu paket terdiri dari sepuluh kantong.
Di dalam paket terdiri dari kantong sampah buatan Evoware yang memakai material singkong, sepasang sarung tangan, dan buku petunjuk. Warga mengumpulkan sampah masker sekali pakai yang sudah desinfeksi dan dirusak dengan menggunting tali dan belah dua bagian. Sampah tersebut dimasukkan ke dalam kantong sampah material singkong. Kantong itu kemudian diikat rapat dan disimpan di tempat kering yang aman.
Setelah penuh, kantong dikirim ke drop point Parongpong RAW Lab yang sejauh ini baru tersedia di Bandung, Bali, dan Jakarta. Parongpong RAW Lab menggunakan mesin hidrothermal. Mesin ini mampu mengolah sampah residu tanpa dioksin. Kantong bermaterial singkong lengkap dengan isian sampah masker sekali pakai itu langsung dimasukkan ke dalam mesin. Gunanya untuk menghindari kontak.
Lama pemprosesan kurang dari seminggu. Hasil dari pengolahan berupa material yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan dasar pembuatan meja, kursi, ataupun material lantai rumah. Hanya saja, perlakuannya belum bisa masif. Rendy mengistilahkan selayaknya "seni".
"Kami sudah mulai uji coba ini sejak tahun lalu. Kami tidak segera mengumumkan ke publik karena kami sadar bahwa ada kecenderungan masyarakat kita suka hal praktis dan menggampangkan," kata Rendy saat dihubungi kembali Minggu (26/9/2021).
Adanya tarif paket juga bertujuan agar masyarakat semakin sadar tanggung jawabnya sendiri terhadap masker sekali pakai yang mereka gunakan. Pembatasan sosial akan tetap terjadi karena pandemi Covid-19 belum usai sehingga masker akan tetap digunakan.
Rendy menyadari, solusi itu belum sempurna. Inovasi akan terus dilakukan.
Ketua MVB Indonesia Alistair Speirs menyebut sampah plastik kaleng dan botol masih ada keekonomiannya, tetapi tidak dengan masker sekali pakai. Adanya proyek terobosan itu seharusnya menyadarkan warga agar tidak seharusnya menyerahkan tanggung jawab pengelolaan sampah residu mereka ke orang lain. Proyek KESAN jadi perhatian MVB Indonesia karena dianggap sebagai gerakan brilian.
Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia DKI Jakarta (Badan Pengurus Daerah HIPMI Jaya) Sona Maesana menyampaikan, pemerintah Indonesia sebenarnya telah menargetkan ada pengurangan sampah medis, seperti masker sekali pakai. Targetnya sampai tahun 2025 yaitu pengurangan mencapai 75 persen. Sementara satu orang per hari bisa memakai dua sampai tiga masker sekali pakai.
"Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri. Gerakan hijau seperti KESAN membantu. Kami punya ribuan anggota pengusaha yang punya bisnis ramah lingkungan dan siap mendukung pemerintah," kata dia.