470 Lulusan Pendidikan Perhotelan Magang di Lima Destinasi Superprioritas
Kemnaker membuka kesempatan magang bagi 470 orang berlatar pendidikan kejuruan dan vokasi di bidang perhotelan di lima destinasi pariwisata superprioritas. Program ini diharapkan mematangkan tenaga kerja.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
MINAHASA UTARA, KOMPAS — Kementerian Ketenagakerjaan membuka kesempatan magang di lima destinasi pariwisata superprioritas bagi 470 orang berlatar pendidikan kejuruan dan vokasi di bidang perhotelan. Program ini diharapkan dapat membantu Indonesia memetik keuntungan maksimal dari bonus demografi 2030.
Program magang bagi calon tenaga kerja di bidang pariwisata ini diluncurkan oleh Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah di Likupang, Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Jumat (24/9/2021). Para peserta magang dapat memperoleh pengalaman kerja di 46 hotel dan akomodasi lainnya di sekitar Borobudur (Jawa Tengah), Danau Toba (Sumatera Utara), Labuan Bajo (Nusa Tenggara Timur), Mandalika (Nusa Tenggara Barat), dan Likupang.
Ida mengatakan, program ini adalah bagian dari target 7.800 peserta program magang di seluruh Indonesia pada 2021. Para peserta berkesempatan magang selama empat bulan dan diupah dengan anggaran negara.
”Tentunya ini bukan program untuk menyediakan tenaga kerja murah. Akan ada upah bagi peserta magang yang dianggarkan melalui dana APBN,” kata Ida tanpa menyebut besaran upah ataupun APBN yang disediakan.
Para peserta magang akan mengisi berbagai peran dalam layanan jasa boga, akuntansi, teknologi informasi, resepsi, penatu, perkantoran, dan kru selam. Mereka diharapkan bisa belajar dari pengalaman kerja sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi pada masa revolusi industri 4.0.
Program magang ini juga menjadi persiapan menyambut bonus demografi pada 2030. Menurut prediksi, penduduk Indonesia yang berada di usia produktif akan mencapai lebih dari 70 persen. Indonesia pun berpeluang menjadi satu dari setidaknya empat negara dengan pertumbuhan ekonomi terbesar, dan angka kemiskinan bisa berada di angka nol.
Karena itu, tenaga kerja di Indonesia harus dipersiapkan secara matang dengan pengalaman kerja yang riil. Selain itu, juga kemampuan memanfaatkan teknologi informasi agar semua tenaga kerja mendapat tempat.
”Tantangan kita terletak pada kemampuan kita mengelola dan menciptakan kesempatan seluas-luasnya. Tenaga kerja kita juga harus memiliki kompetensi dan skill (keahlian) yang sesuai dengan pasar kerja. Dengan magang, kita bisa membentuk mental, perilaku kerja, dan kompetensi yang sesuai,” kata Ida.
Program magang juga, kata Ida, dapat menopang program triple skilling yang terdiri dari pemberian keahlian (skilling), peningkatan keahlian (upskilling), serta penyesuaian keahlian dengan perkembangan teknologi (reskilling). Kendati begitu, situasi ini terhambat oleh pandemi Covid-19 yang menyebabkan kurangnya lapangan pekerjaan.
Pandemi pun menegasikan capaian pemerintah pada 2019 ketika angka pengangguran di Indonesia mencapai titik terendah pada 4,49 persen. Covid-19 yang merebak pada 2020 menyebabkan angka pengangguran naik lagi ke 7,07 persen atau 9,7 juta orang di seluruh Indonesia. Tahun ini, tercatat penurunan sekitar 1,02 juta orang.
Tingkat pengangguran terbuka kita masih didominasi anak-anak dari pendidikan vokasi SMK dan perguruan tinggi.
”Dalam kondisi sekarang, proses pemagangan jadi solusi tepat untuk siapkan tenaga kerja. Tingkat pengangguran terbuka kita masih didominasi anak-anak dari pendidikan vokasi SMK dan perguruan tinggi. Sebaliknya, mereka yang pendidikannya SMP ke bawah lebih banyak terserap. Karena itu, kita perlu skilling, upskilling, dan reskilling dari lingkungan kerja nyata,” kata Ida.
Direktur Jenderal Pembinaan Pelatihan Vokasi dan Produktivitas Kemnaker Budi Hartawan mengatakan, penurunan pengangguran sekitar 1,02 juta orang yang diiringi peningkatan jumlah orang yang bekerja sebanyak 2,61 juta adalah dampak dari langkah memitigasi dan menangani Covid-19. Per Februari 2021, terdapat 131,06 juta orang bekerja dan 8,75 juta pengangguran.
Sejak program ini dimulai, Kemnaker telah melatih 6.154 mentor koordinator dan master pemagangan di 2.175 perusahaan. Menurut Budi, program magang akan memperkuat angkatan kerja di Indonesia, terutama di lima destinasi superprioritas. Pelatihan pun dilaksanakan sesuai kurikulum yang telah dibuat.
Salah satu peserta magang, Lucia Sampel (18), mengatakan, dirinya baru lulus dari SMK di Jurusan Jasa Boga. Ia telah terdaftar untuk magang selama lima bulan di JLE’s Hotel Manado. Namun, ia mendapat tugas di bagian akuntansi serta pembelian barang. Ia direkrut oleh gurunya yang bekerja di hotel tersebut.
”Tidak sesuai jurusan, sih. Awalnya saya gugup, tetapi dengan proses pembelajaran, pasti saya bisa menyesuaikan karena itulah yang dibutuhkan hotel. Saya harap saya bisa jadi pekerja yang baik di tempat saya bekerja nanti,” kata warga Tombariri Timur, Minahasa, itu.
Sementara itu, Gubernur Sulut Olly Dondokambey mengapresiasi program Kemnaker ini. Menurut dia, program ini akan mempersiapkan tenaga kerja andal yang dapat menyambut wisatawan datang. Di sisi lain, para peserta magang bisa mempersiapkan diri untuk menambah devisa negara dari bekerja di negara-negara lain.
”Mari kita bersatu agar pariwisata di negeri kita semakin dikenal dan membawa dampak ekonomi yang sangat baik. Kami di Sulut tidak punya harapan lain selain menjadikan Likupang destinasi wisata yang baik bagi para wisatawan,” katanya.