Dalam rantai pasokan makanan, ketertelusuran merupakan faktor krusial yang mendorong daya tawar produk, terutama karena menjamin mutu, antipemalsuan, dan ketidaksesuaian label. Teknologi ”blockchain” memungkinkannya.
Oleh
Mukhamad Kurniawan
·4 menit baca
Pekan lalu, perusahaan rintisan makanan berkelanjutan asal Taiwan, Earthling Superfood, mengumumkan kemitraannya dengan Dancing Tea, perkebunan teh organik di Hualien, untuk meluncurkan produk teh kombucha dengan sistem keterlacakan berbasis teknologi rantai blok atau blockchain. Sebuah usaha rintisan rantai blok Taiwan, TuringCerts, menyediakan layanan verifikasinya.
Dalam rantai pasokan makanan dan pertanian, ketertelusuran (traceability) merupakan faktor krusial. Ketika unsur itu terpenuhi, konsumen akan lebih mudah melacak perjalanan produk, mulai dari proses budidaya/penanaman, pemanenan, pengeringan, pengolahan, pengemasan, pengangkutan, hingga penjualan. Riwayat itu mendukung jaminan mutu sekaligus keaslian produk.
”Kami berharap dapat menyimpan catatan semua laporan pemeriksaan terkait dengan keamanan pangan dan data yang dihasilkan selama berbagai tahap produksi, termasuk penamanan, pemupukan, pemanenan, pengeringan, dan inspeksi,” kata Samantha Huang, salah satu pendiri Earthling, dalam laporan platform berita Forkast.
Ketertelusuran penting bagi produk pangan premium karena rentan dipalsukan di tengah tingginya harga dan permintaan. Teh premium, misalnya, bahkan sering dijuluki ”emas hijau” karena harganya bisa lebih tinggi dibandingkan dengan harga emas. Karena itu, pemanfaatan blockchain merupakan inisiatif yang pas, sebagaimana ditempuh Earthling-Dancing Tea dan sejumlah produsen teh premium lain.
Teknologi rantai blok memungkinkan pencatatan riwayat perjalanan produk pangan dari hulu hingga ke hilir. Dari kebun teh hingga ke cangkir konsumen atau dari kandang peternak hingga ke atas piring di meja makan secara efisien dan transparan. Dengan teknologi buku besar yang terdistribusi (distributed ledger technology), riwayat transaksi dan perpindahan produk tercatat di semua buku pihak-pihak yang terlibat, tidak terpusat di satu pihak dan tidak terputus tahap per tahap prosesnya.
Teknologi rantai blok memungkinkan semua peserta mendapatkan semua perubahan dan informasi terkini. Salah satu keunggulan blockchain, yakni meski banyak pihak berperan dalam sistem akuntansi digital yang terdesentralisasi ini, konsensus tentang entri mana yang benar bisa tercapai. Teknologi rantai blok menyediakan lingkungan di mana setiap peserta memiliki akses ke setiap data. Namun, setelah dimasukkan dan diverifikasi, data tidak bisa dimodifikasi sehingga keamanannya terjamin.
Teknologi rantai blok mengatasi segenap ketidakpastian yang selama ini melingkupi industri makanan. Selain meningkatkan ketertelusuran makanan, teknologi ini memastikan keamanan pangan, mengatasi problem produk palsu, membuktikan klaim label, mencegah pemaksaan harga, serta mengefektifkan proses pengiriman dan pengelolaan stok.
Adopsi teknologi blockchain di industri makanan dan pertanian diperkirakan melonjak seiring meningkatnya tuntutan transparansi rantai pasokan dalam beberapa tahun ke depan. Aplikasinya diyakini meningkat sejalan dengan meningkatnya pemahaman pelaku industri akan manfaat yang ditawarkan teknologi rantai blok.
Perusahaan analis dan riset pasar Research and Markets menyebutkan, blockchain global dalam ukuran pasar rantai pasok pertanian dan makanan diperkirakan 133 juta dollar AS pada 2020. Pasar tersebut diproyeksikan melonjak hingga mencapai 948 juta dollar AS tahun 2025 dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) mencapai 48,1 persen selama periode perkiraan.
Sejumlah perusahaan multinasional telah memanfaatkan teknologi itu dalam operasinya. Adopsi teknologi rantai blok juga terjadi di Indonesia. Namun, pemanfaatannya masih terbatas pada sebagian proses dalam rantai industri, sektor, dan beberapa masih dalam tahap eksperimen.
Akan tetapi, teknologi rantai blok menawarkan solusi pencatatan digital untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Di sektor logistik, misalnya, blockchain membantu kelancaran dan mengefisienkan pengantaran barang. Peluang ini, antara lain, dimanfaatkan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang bekerja sama dengan IBM Indonesia dan AP Moller-Maersk menggunakan platform TradeLens. Platform digital perdagangan global ini bisa melacak dan membagikan informasi posisi kontainer secara lebih akurat kepada penggunanya.
Setelah melalui serangkaian ’uji coba’ di tahap-tahap awal, teknologi rantai blok makin berkembang dengan laju adopsi yang makin kencang beberapa tahun terakhir.
Sementara perusahaan peternakan terpadu PT Sierad Produce Tbk memanfaatkan blockchain untuk menjamin kehalalan produknya. Teknologi dirancang untuk memungkinkan pelanggan menelusuri riwayat kehalalan ayam dari rumah pemotongan ayam hingga sampai ke tangan konsumen. Adapun HARA, usaha rintisan pertukaran data terdesentralisasi berbasis blockchain, menawarkan solusi untuk mengatasi problem asimetri dan inefisiensi di industri pertanian dan pangan.
Setelah melalui serangkaian ”uji coba” di tahap-tahap awal, teknologi rantai blok makin berkembang dengan laju adopsi yang makin kencang beberapa tahun terakhir. Bagi pelaku usaha di Tanah Air, teknologi ini tentu bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak daya tawar komoditas, seperti kopi, rempah, dan buah. Problem ketertelusuran pada produk perikanan ekspor, minyak sawit, serta turunannya juga berpeluang diatasi dengan teknologi ini. Kini, instrumen dan kesempatannya sudah terbuka, tinggal bagaimana kita memanfaatkannya.